Jika kegiatan tersebut telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengurutan prioritas masalah
yang paling penting dipecahkan, sekaligus menentukan langkah- langkah kegiatannya. Untuk mempermudah skala prioritas, perlu
dilakukan kesepakatan untuk menentukan kriteria skala prioritas tersebut. Menurut Kantor Menteri Lingkunan Hidup 2002,
belajar dari pengalaman LSM di Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi NTT, kriteria tersebut adalah: kriteria
kemendesakan, kriteria masalah utama akar masalah, kriteria kepentingan umum, kriteria ketersediaan sumber daya, kriteria
menambah pendapatan, dan kriteria lainnya termasuk kriteria kebijakan dan kriteria tabu-tabu atau pemali-pemali.
5.8.3 Implementasi
Apabila hal-hal tersebut di atas telah dilakukan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan kegiatan tersebut
sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama oleh semua pihak, khususnya oleh warga masyarakat yang yang akan terkena
dampak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam implementasi rencana tersebut, terkait dengan
pengelolaan Danau Lebo, harus dapat melibatkan semua pihak yang ada dalam kawasan pembangunan terutama mereka yang
selama ini memanfaatkan danau secara internsif, tanpa memandang perbedaan lapisan sosial, jenis kelamin dan
kelompok usia. Kalaupun ada perbedaan, maka ini semua merupakan kesepakatan dalam perencanaan. Seringkali dalam
pelaksanaan pengelolaan lingkungan sosial pada masa lalu, hanya sebagian kecil dari komunitas yang terlibat, sedangkan yang
lainnya hanya menonton karena dianggap tidak layak terlibat, yang terjadi antara lain karena kedudukan sosialnya yang
rendah. Hal ini harus dihindari, justru mereka yang tadinya tidak terlibat yang perlu diprioritaskan. Yang tidak boleh dilupakan
dalam pengelolaan Danau Lebo ini adalah prinsip keberlanjutan suistainable. Hal ini menjadi penting karena kegiatan
pengelolaan lingkungan social bukanlan kegiatan proyek pembangunan, yang berhenti sesuai dengan target pembangunan
itu sendiri. Oleh sebab itu kegitan pengelolaan lingkungan sosial pembangunan Danau Lebo sebagai kawasan wisata ini harus
dilakukan, dimonitor dan dievaluasi secara terus-menerus, dan diperbaiki baik kualitas maupun kuantitas kegiatannya, sehingga
program akan makin sempurna. Pelaksanaan pembangunan kawasan Danau Lebo ini
bukanlan untuk menunjukkan keahlian seseorang atau sekelompok orang, melainkan kerja bersama, dan setiap pihak
yang terlibat saling memberi, dan saling belajar dari kegiatan bersama tersebut, seringkali dalam pelaksanaannya ada
perbedaan-perbedaan pendapat dan teknik namun perbedaan tersebut harus ditanggapi sebagai pengkayaan kegiatan tersebut,
yang penting adalah bagaimana menyikapi dan menyepakati perbedaan tersebut secara arif dan bijaksana. Haru dipahami
bahwa pembangunan kawasan ini bukanlah milik segolongan orang atau kepentingan pihak tertentu saja, tetapi merupakan
kepentingan bersama dan merupakan hasil keputusan bersama, yang hasilnya akan diraskan manfaatnya oleh semua stakeholders,
oleh karena itu unsur-unsur partisipatif perlu dikedepankan dan diutamakan.
Dalam pembangunan kawasan Danau Lebo ini, dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan sosial masyarakat,
orang luar harus menyadari bahwa mereka hanya berperan sebagai fasilitator dan bukannya guru, penyuluh atau instruktur
serta pelaksana kegiatan tersebut. Seharusnya semua pelaksanaan kegiatan diputuskan dan dilaksanakan oleh
masyarakat sendiri. Pihak luar sebagai fasilitator, hanya memberikan berbagai alternatif pilihan, dan juga menjelaskan
pihak-pihak mana saja yang dapat membantu berbagai persoalan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam
pelaksanaannya juga seringkali ditemui berbagai kesalahan yang menyebabkan kegagalan pelaksanaan rencana yang telah
ditetapkan, namun kesalahan semacam itu tidak perlu ditanggapi sebagai kegagalan keseluruhan program kegiatan, dan yang harus
dilakukan bahwa kesalahan tersebut adalah pengalaman berharga yang perlu diperlajari, agar hal tersebut tidak terulang
lagi. Dalam tahap pelaksanaan rencana ini, untuk tahap awal
pembersihan danau terhadap tanaman eceng gondok tidak perlu dilakukan dengan penggunaan teknologi yang menggunakan
peralatan modern yang berat. Kegiatan ini bisa memanfaatkan jasa masyarakat sekitar secara tradisional, sehingga mereka
merasakan manfaat dari kegiatan pembangunan tersebut sejak awal, yang pada akhirnya akan tumbuh perasaan memiliki dalam
diri mereka. Selain itu dalam pengelolaan Danau Lebo dari struktur
organisasi pengelolaan terlihat adanya dominasi birokrasi dengan dibentuknya Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD tanpa
adanya keterlibatan unsur masyarakat. Padahal jika berpijak pada prinsip pariwisata berkelanjutan yang menuntut adanya
partisipasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif, akan lebih bijaksana apabila pengelolaan diserahkan kepada masyarakat
baik dalam bentuk koperasi maupun kelompok-kelompok usaha yang mereka bentuk dimana hal ini akan lebih menjamin
keberlanjutan kegiatan wisata dan lingkungan Danau Lebo karena secara moral mereka akan ikut bertanggung jawab
mengingat ketergantungan mereka terhadap keberadaan kawasan tersebut.
5.8.4 Pengendalian