merasakan manfaat dari kegiatan pembangunan tersebut sejak awal, yang pada akhirnya akan tumbuh perasaan memiliki dalam
diri mereka. Selain itu dalam pengelolaan Danau Lebo dari struktur
organisasi pengelolaan terlihat adanya dominasi birokrasi dengan dibentuknya Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD tanpa
adanya keterlibatan unsur masyarakat. Padahal jika berpijak pada prinsip pariwisata berkelanjutan yang menuntut adanya
partisipasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif, akan lebih bijaksana apabila pengelolaan diserahkan kepada masyarakat
baik dalam bentuk koperasi maupun kelompok-kelompok usaha yang mereka bentuk dimana hal ini akan lebih menjamin
keberlanjutan kegiatan wisata dan lingkungan Danau Lebo karena secara moral mereka akan ikut bertanggung jawab
mengingat ketergantungan mereka terhadap keberadaan kawasan tersebut.
5.8.4 Pengendalian
Setiap kelompok masyarakat dengan berbagai lingkungan fisik, sosial dan budaya yang majemuk di Indonesia ini pasti
memiliki kearifan-kearifan lokal yang seringkali tidak dikenali, atau tidak disadari oleh pemerintah daerah. Kearifan lokal
tersebut bisa terdapat terutama di wilayah pedesaan termasuk pada masyarakat di sekitar Danau Lebo ini. Dalam pendekatan
pembangunan yang sentralistik, dalam formulasi kebijakannya, apalagi dalam palaksanaannya pemerintah seringkali
mengabaikan kearifan-kearifan lokal masyarakat. Fenomena lokal sering dianggap sebagai kasus saja, meskipun hal tersebut
merupakan suatu hal yang menjadi sangat serius. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pola pengendalian
atas lingkungan sosial ini tidaklah hanya berbentuk pembatasan untuk mencegah dan memberi sanksi atas suatu kekeliruan dan
kesalahan. Pola pengendalian merupakan instrumen dengan berbagai bentuk dan teknik.
Beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pengedalian terhadap pembanguan terhadap kawasan Danau
Lebo diantaranya adalah dengan sejumlah peraturan yang mewajibkan dan melarang dengan sanksi-sanksinya yang
disesuaikan dengan adat masyarakat setempat. Cara yang lain adalah dengan cara mengadakan perlengkapan aturan yang
protektif agar suatu ancaman dalam lingkungan sosial tersebut tidak terjadi. Cara lainnya adalah dengan menyerahkan pada
masyarakat itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa dalam masyarakat Samawa
ada istilah yang disebut dengan “ila” atau malu. Mereka yang melakukan pengrusakan akan mendapatkan sanksi dari
masyarakat itu sendiri atau minimal dari keluarga si perusak karena merasa malu dengan tindakan yang ia lakukan.
5.8.5 Pengawasan
Pengawasan diperlukan untuk menyesuaikan perencanaan dan pelaksanaannya dengan memperkecil dampak negatif yang
mungkin ditimbulkan. Di lain pihak, pemantauan dimaksudkan juga untuk menyusun kebijakan pemberdayaan masyarakat lokal
guna menghadapi tantangan pembangunan yang menguntungkan.
Dalam pembangunan Danau Lebo, pengawasan perlu dilakukan sejak tahap prakonstruksi, konstruksi dan pasca
pembangunan. Pengawasan tersebut harus melibatkan stakeholder yang setidak-tidaknya terdiri dari:
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat sebagai
pengelola operasional yang lebih mengetahui secara komprehensif model-model strategis pembangunan tersebut;
2. Pihak swastainvestor yang berpotensi sebagai sumbersumber
informasi yang efektif dan efisien dalam alokasi investasi di sektor-sektor strategis serta sebagai pelaksana pembangunan
daerah; 3.
Masyarakat sebagai sasaran dan pemanfaat pembangunan yang dituntut untuk berperan aktif dalam mengelola dan
memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada bagi peningkatan kesejahteraan serta mampu menilai secara
obyektif kinerja pembangunan; 4.
Perguruan tinggi sebagai lembaga akademik yang mengkaji berbagai proses pembangunan secara ilmiah serta mampu
menemukan permasalahan-permasalahan dalam masyarakat yang bersangkutan, beriut solusi pemecahannya;
5. Lembaga swadaya masyarakat sebagai mitra pengawasan yang
efektif.
5.8.6 Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengkaji terhadap program