Sistem Kekeluargaan PENGELOLAAN LINGKUNGAN KAWASAN WISATA DANAU LEBO KECAMATAN TALIWANG KAB. SUMBAWA BARAT - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

lxxxix Dari mitos tersebut diatas bila dikaitkan dengan pengelolaan lingkungan bisa terlihat bahwa pantangan ini bisa dikategorikan sebagai suatu kearifan lokal yang membatasi penangkapan ikan yang berlebihan sehingga walaupun cuma dalam hitungan hari, ikan-ikan tersebut mungkin dapat berkembang biak guna kelestariannya. Bila hari produktif masyarakat mencari ikan adalah 7 hari dalam seminggu, maka dengan adanya kearifan lokal ini hari produktifnya menjadi 6 hari ditambah lagi pada jam-jam tertentu yang mengharuskan mereka istirahat mitos Dea Bide. Namun seiring dengan menyempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia dan tuntutan ekonomi yang mengharuskan masyarakat untuk memenuhi keperluan mereka, mitos-mitos ini sekarang hanyalah tinggal cerita yang tidak berarti bagi masyarakat yang mementingkan pemenuhan kebutuhan hidupnya.

5.1.7 Sistem Kekeluargaan

Umumnya di daerah Sumbawa, hubungan kekeluargaan dapat terjadi melalui perkawinan. Perkawinan antara si A dengan si B menjadikan seluruh sanak famili keluarga si A memiliki hubungan kekeluargaan dengan sanak famili si B, sekalipun diantara kedua sanak famili tersebut tidak ada hubungan darah sama sekali. Karena itu, sering kali masyarakat satu desa berada dalam satu sistem kekeluargaan. Kepedulian sosial di antara orang-orang yang terhimpun dalam sistem kekeluargaan di daerah pedesaan Sumbawa umumnya cukup kuat. Sistem kekeluargaan seperti itu juga nampak sangat kuat di Desa Meraran, Rempe, Sampir dan Mura. Mengapa masyarakat di desa-desa tersebut terutama Meraran dan Rempe tidak memanfaatkan pekarangan rumah mereka dan lahan kering yang ada di sekitar kampung mereka untuk menanam pisang, singkong, atau jagung? Jawabannya adalah karena banyak ternak seperti kerbau, sapi dan kambing yang berkeliaran memakan tanaman mereka. Sebetulnya di desa-desa tersebut ada aturan yang tidak tertulis yang menyatakan bahwa, kerbau ataupun ternak lain yang merusak tanaman orang di kebun dapat ditebas dilukai dengan parang untuk membuat pemiliknya jera. Namun aturan itu tidak berjalan karena adanya xc hubungan kekeluargaan sebagai kendala. Akhirnya orang yang memiliki tanamanlah yang harus memagari kebun dan sawah mereka. Dalam suatu masyarakat, selalu ada orang rajin dan orang malas. Pada umumnya orang yang rajin akan berhasil dan hidupnya sejahtera, sebaliknya orang malas cenderung menjadi miskin. Sistem kekeluargaan yang kuat dan kepedulian sosial yang tinggi membuat orang yang rajin tidak dapat menjadi sejahtera karena harus turut menghidupi orang yang malas. Akhirnya semuanya menjadi apatis dan malas. Fenomena seperti ini nampak menjadi salah satu latar belakang kehidupan sosial masyarakat di desa-desa lokasi penelitian terutama yang sangat menonjol di Desa Rempe. 5.2 Konsep Perencanaan Danau Lebo Kecamatan Taliwang Oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat 5.2.1 Prinsip Dasar Pembangunan Kawasan Danau Lebo Pengertian pekerjaan pembangunan kawasan Danau Lebo adalah sebagai berikut: ¾ Pembangunan Kawasan Merupakan suatu bentuk konsilidasi secara ruang yang terkait dengan kondisi saat ini maupun yang akan dating di bidang penggunaan lahan dan penataan infrastruktur kawasan tersebut. ¾ Kawasan Danau Merupakan kawasan reservasi atau daerah cadangan danau. Mengacu pada pengertian umum di atas, maka yang dimaksud dengan pembangunan kawasan Danau Lebo adalah xci pembangunan dan penataan daerah reservasi atau cadangan di kawasan Danau Lebo Kecamatan Taliwang. Sebelum dilakukan kegiatan pembangunan terhadah Danau Lebo di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat, maka terdapat beberapa prinsip dasar pembangunan kawasan sebagai berikut:

1. Keserasian dan Pelestarian

Pembangunan dan reservasi kawasan danau harus dapat melindungi kelestarian lingkungan dan mencegah merosotnya kualitas biot maupun flora yang menjadi cirri khas keberadaan kawasan tersebut.

2. Pembangunan Terpadu

Perencanaan pembangunan akan dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif dari segi sosial, ekonomi, budaya, kepariwisataan, optimalisasi daya dukung lingkungan dan sumber dayanya.

3. Berdaya Guna

Dapat mewujudkan kualitas lingkungan kawasan yang sesuai dengan potensi dan fungsinya.

4. Serasi, Selaras dan Seimbang

Dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan struktur serta pola memanfaatan ruang.

5. Berkelanjutan

Dapat menjamin terwujudnya kelestarian daya dukung sumber dayanya dengan memperhatikan kepentingan masa depan. xcii

5.2.2 Sarana Pengembangan Kepariwisataan Mengacu pada dokumen pembangunan kawasan danau,