Analisis Hasil Simulasi

V.2 Analisis Hasil Simulasi

Walaupun skenario dasar menunjukkan peningkatan pendapatan per kapita US$ 13.683 pada tahun 2030 dan US$ 63.421 pada tahun 2050, hal ini tidak ditopang

1 Dalam ketiga simulasi di atas, Gambar 5.5, menunjukkan bahwa asumsi KOR konstan diimbangi oleh hasil simulasi yang menunjukkan variabel K_per_Y relatif konstan sepanjang jalannya 1 Dalam ketiga simulasi di atas, Gambar 5.5, menunjukkan bahwa asumsi KOR konstan diimbangi oleh hasil simulasi yang menunjukkan variabel K_per_Y relatif konstan sepanjang jalannya

Causal loop yang dapat menyatakan pentingnya investasi sebagai leading pertumbuhan ekonomi dapat kiranya dinyatakan dalam Gambar 5.12 di bawah ini. Loop positif (loop 1 di atas) menunjukkan bahwa peningkatan investasi (yang berasal dari tabungan dalam negeri) bersifat pengganda bagi peningkatan PDB dan pendapatan. Sebaliknya loop negatif (loop 2 di atas) menunjukkan bahwa konsumsi merupakan faktor pelemah bagi peningkatan PDB dan pendapatan.

Gambar 5.12 Peranan Investasi sebagai leading pertumbuhan ekonomi

Ini menandai pentingnya kita untuk meningkatkan peran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ibaratnya, konsumsi adalah gerbong dan investasi adalah lokomotif, “ terlalu banyak gerbong, lokomotif tidak dapat menarik gerbong yang terlalu banyak, sebaliknya lokomotif yang lebih banyak memungkinkan peningkatan jumlah gerbong yang dapat ditarik”. Pernyataan ini sejalan dengan sejarah pertumbuhan Macan Asia Timur yang mampu meningkatkan pendapatan per kapitanya 7% per tahun (dengan meningkatkan peran investasi dalam pertumbuhan ekonomi) pada saat pendapatan per kapita Amerika Serikat (anggota G-8) hanya tumbuh 2% per tahun.

Dalam skenario 2 dan 3, simulasi menghasilkan output dan pendapatan per kapita yang relatif sama. Namun perbedaan yang terpenting adalah, pada skenario 3 perekonomian mampu meningkatkan besaran fungsi produksi (PTY-potential output) dengan laju eksponensial. Ini membawa implikasi penting, karena peningkatan kemampuan produksi (PTY-potential output) akan meningkatkan kemampuan suatu negara untuk meningkatkan standar hidupnya (Mankiew dalam Partowidago, 2003).

Selain itu, melalui Gambar 5.8 kita dapat melihat perubahan pertumbuhan dengan mengandalkan investasi sebagai faktor penting pertumbuhan dan skenario ke arah sektor industri padat modal menunjukkan bahwa price level relatif konstan pada ketiga skenario. Peningkatan modal sebagai peran utama tidak menyebabkan kita terjerumus pada inflasi yang tinggi.

Simulasi juga menunjukkan bahwa grand scenario ke arah industri padat modal sama sekali tidak menunjukkan penurunan lapangan kerja tapi justru akan meningkatkan kesediaan lapangan kerja jika kita mampu mencapai tingkat investasi sesuai sasaran investasi (sesuai Gambar 5.9 dan Gambar 5.10).

Pencapaian skenario 2 dan 3 ini jelas memerlukan kerja keras, karena membutuhkan tingkat investasi yang memadai, yang didukung oleh peningkatan penguasaan teknologi dan situasi dalam negeri kondusif sejalan dengan dukungan pemerintah bagi pengembangan industri.

Kita juga dapat menyimpulkan bahwa skenario dasar tidak mampu membawa kita menuju visi 2030 (pendapatan per kapita US$ 18.000 per tahun) tapi mampu membawa kita menuju impian E-7 (Emerging-Seven versi The Price WaterHouse Coopers) atau N-11 (Next-Eleven versi Goldman Sachs).

Goldman Sachs (2007) dan PriceWater House Coopers (2006) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan ekonomi nomor 7 (Goldman Sachs) atau 6 (PriceWater House Coopers) dengan besaran PDB US$ 10.000 milyar atau pendapatan per kapita US$ 30.000 pada tahun 2050. Apakah prediksi itu memiliki alasan kuat ?

Simulasi (sesuai skenario 2) menunjukkan bahwa pencapaian besaran PDB per Simulasi (sesuai skenario 2) menunjukkan bahwa pencapaian besaran PDB per

Goldman Sachs memperkirakan bahwa pada tahun 2025 Indonesia mencapai pendapatan per kapita US$ 5.100. Simulasi menunjukkan bahwa pencapaian pada tahun yang sama dapat mencapai US$ 8.000 jika ada peningkatan peranan investasi dalam perekonomian Indonesia.

Dalam model, terjadi peningkatan nilai variabel (variabel mengecil) yang menunjukkan perubahan menuju industri padat modal. Yang perlu ditekankan dalam perubahan menuju industri padat modal ialah pengembangan industri yang dapat mengurangi ketergantungan pada produk impor dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat (lihat Tabel 5.1). Sehingga diperoleh efek ganda, yaitu peningkatan pendapatan masyarakat dan kemandirian perekonomian.

Tabel 5.1 Persentase Impor Indonesia menurut golongan barang

BAKU PENOLONG BARANG

Perubahan industri ke arah padat modal banyak memberi keuntungan diantaranya: peningkatan fungsi produksi yang tinggi dibandingkan dengan fungsi produksi

sesuai skenario 1 dan 2; peningkatan output (PDB) yang tajam; peningkatan peranan investasi sebagai motor pembangunan; dan mempunyai potensi peningkatan lapangan kerja jika sasaran investasinya terpenuhi (tingkat desired investment-nya tercapai);

Karena fungsi produksinya lebih tinggi, maka kebergantungan impor atas consumer good, barang modal dan bahan baku penolong dapat dikurangi.

Keseluruhan hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan input kapital dan Keseluruhan hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan input kapital dan

Pendapatan per

kapita (US$ )

PDB (Rp)

Rp 8 Milyar (2030)

Rp 12,9 Milyar (2030)

Rp 13 Milyar (2030)

Rp 30,5 Milyar (2050) Rp 70,6 Milyar (2050)

Rp 71,7 Milyar (2050)

Fungsi Produksi

Relatif lebih rendah

Relatif lebih tinggi

Sangat tinggi baik

(PTY-Potential

pada tahun 2030 dan

pada tahun 2030 dan

tahun 2030 dan 2050

Price Level (P)

Relatif tidak berbeda

Relatif tidak berbeda

Relatif tidak berbeda

Membutuhkan investasi Membutuhkan investasi Membutuhkan investasi

yang rendah

yang relatif lebih tinggi

yang relatif sangat tinggi

Karakter

Masih Padat Karya;

Relatif lebih padat

Sangat padat modal;

Industri

meningkat dari 0,24

modal; meningkat

meningkat menjadi

0,54 Kemungkinan peningkatan investasi untuk mendukung intervensi kebijakan dapat

ke 0,249

menjadi 0,251

disimak dari Tabel 5.3 yang menampilkan data investasi dan dana pihak ketiga (DPK).

Tabel 5.3 Dana Pihak Ketiga Yang Terhimpun di Perbankan Indonesia (Milyar)

Dana Pihak Ketiga (triliun)

Investasi

275.881 323.875 353.967 392.789 515.381 657.625 800.083 Diagram alir (Gambar 5.13 di halaman berikut) menggambarkan hubungan antara tingkat investasi tersedia dengan tingkat tabungan dan dana perbankan yang

tersedia, dimana fraksi investasi=50% per tahun dan tingkat pertumbuhan FDI (Foreign Direct Investment=Investasi Asing Langsung) 10% per tahun. Hasil simulasi (Gambar 5.14 di halaman berikut) menunjukkan bahwa dana investasi tersedia, dimana fraksi investasi=50% per tahun dan tingkat pertumbuhan FDI (Foreign Direct Investment=Investasi Asing Langsung) 10% per tahun. Hasil simulasi (Gambar 5.14 di halaman berikut) menunjukkan bahwa dana investasi

Tabel 5.4 Realisasi FDI

Tahun

Rp (Juta)

Rata-Rata Pertumbuhan 10% per tahun 3

Investasi_Tersedia_dlm_Negeri

PY Dana_Perbankan

Tingkat_Tabungan

fraksi_investasi

dana_investasi_tersedia

FDI

Gambar 5.13 Diagram Flow yang menjelaskan hubungan tingkat investasi

3e16

2e16

2e16 2 1 Investasi_aktual

1e16

1 2 dana_investasi_tersedia

Gambar 5.14 Tingkat Investasi yang Tersedia