18407725 MENCAPAI VISI 2030 SEBUAH MODEL MAKROEKONOMI INDONESIA DENGAN PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS

MENCAPAI VISI 2030: SEBUAH MODEL MAKROEKONOMI INDONESIA DENGAN PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS TESIS

Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Oleh MUHAMAD KHAIRUL BAHRI NIM : 24007044

Program Studi : Studi Pembangunan

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008

ABSTRAK MENCAPAI VISI 2030: SEBUAH MODEL MAKROEKONOMI INDONESIA DENGAN PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS

Oleh MUHAMAD KHAIRUL BAHRI NIM : 24007044

Dua lembaga konsultan keuangan dunia, Price Water House Coopers (2006) dan Goldman Sachs (2007), memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar pada tahun 2050. Goldman Sachs dalam makalahnya yang berjudul N-11: More than Acronym menggolongkan Indonesia dalam kelompok Next-Eleven (N-11) pada urutan ke 7. N-11 adalah kelompok 11 negara yang mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi besar dan diprediksi akan merajai PDB dunia setidaknya paling lambat tahun 2050. Senada dengan Goldman Sachs, Price Water House Coopers juga menetapkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor 6 paling lambat pada tahun 2050 dalam artikel berjudul “The World in 2050”. Bahkan untuk menguatkan prediksi itu telah terbit visi 2030 ( www.indforum.org ) yang menyatakan bahwa Indonesia akan mampu tampil sebagai negara dengan kekuatan ekonomi ke-lima didunia dengan pendapatan per kapita US$ 18.000 per tahun pada tahun 2030.

Perkembangan ekonomi Indonesia tahun-tahun terakhir ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang positif. Peningkatan besaran PDB (Produk Domestik Bruto) yang ditandai dengan tingkat inflasi yang relatif rendah dan nilai tukar yang relatif stabil menunjukkan peluang Indonesia untuk tampil sebagai negara adidaya ekonomi.

Analisis dengan suatu pendekatan system dynamics menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia mempunyai peluang untuk mewujudkan visi 2030, jika arah pembangunan diarahkan dengan meletakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada peningkatan investasi dan penguasaan teknologi. Pendekatan business as usual dalam perekonomian Indonesia tidak memadai untuk memandu Indonesia mencapai visi 2030.

Hasil studi menunjukkan bahwa: a) perekonomian Indonesia cenderung ke arah overheating economy, karena mengandalkan konsumsi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi; b) perlunya pengarahan pembangunan Indonesia pada sektor investasi dan daya saing iptek sehingga pertumbuhan ekonomi sejalan dengan penyediaan kesempatan kerja dan kemandirian perekonomian; c) diperlukan orientasi pengembangan industri yang mengurangi kebergantungan Hasil studi menunjukkan bahwa: a) perekonomian Indonesia cenderung ke arah overheating economy, karena mengandalkan konsumsi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi; b) perlunya pengarahan pembangunan Indonesia pada sektor investasi dan daya saing iptek sehingga pertumbuhan ekonomi sejalan dengan penyediaan kesempatan kerja dan kemandirian perekonomian; c) diperlukan orientasi pengembangan industri yang mengurangi kebergantungan

Kata kunci : teknologi , visi 2030, system dynamics

ABSTRACT ACHIEVING THE VISION 2030: AN INDONESIA MACROECONOMIC MODEL WITH SYSTEM DYNAMICS MODELING BY MUHAMAD KHAIRUL BAHRI

NIM : 24007044

Price Water House Coopers (2006) and Goldman Sachs (2007), predict that Indonesia will be one of the great economic blockbusters in year 2050. Goldman Sachs in a titled article N-11: More than Acronym supposed that Indonesia will be the seventh world economic blockbuster. N-11 is a group of eleven countries around the world that will dominate world GDP by year 2050. In line with Goldman Sachs, Price Water House Coopers also predict that Indonesia has potential chance to be the sixth economy blockbuster by late 2050 in an article of “The World in 2050”. Indonesian experts who named themselves as Yayasan Indonesia Forum ( www.indforum.org ) also has same prediction with those institusions’s prediction. Yayasan Indonesia Forum account Indonesia’s vision of 2030 which suppose that Indonesia will be the top of five of the world largest GDP by year 2030 with predicted income per capita US$ 18.000.

Within later decade, Indonesia noted good economic growth. Indonesia’s economic growth reached (4-6) % per year accompanied by low inflation and stable exchange rate that show Indonesia’s chance to be one of the world largest GDP.

Analysis with system dynamics reveals that Indonesia has chance to achieve the vision 2030, if the economy strengthen investment as leading sector with enhancing technology capability. Analysis also show that business as usual approach not suitable to reach the vision 2030.

This study summarize of the following results a) Indonesia economy tend to be overheating economy, caused consumption being a dominant factor in economic growth b) we shall arrange the economic development to account investment as leading sector and enhance our technological capability so that economic development in line with labor demand and high economic foundation c) we shall This study summarize of the following results a) Indonesia economy tend to be overheating economy, caused consumption being a dominant factor in economic growth b) we shall arrange the economic development to account investment as leading sector and enhance our technological capability so that economic development in line with labor demand and high economic foundation c) we shall

Keyword: technology, the vision of 2030, system dynamics

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan penulisan tesis S2 pada Program Magister Studi Pembangunan ITB ini dengan Judul: Mencapai Visi 2030: Sebuah Model Makroekonomi Indonesia Dengan Pemodelan System Dynamics.

Selama pembuatan tesis, penulis menyadari bahwa tesis ini takkan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak baik bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Muhammad Tasrif, M.Eng, selaku Ketua Program Studi Pembangunan dan sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis, yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini.

2. Bapak Dr. Ir. Sonny Yuliar dan Dr. Ir. Indra Budiman Syamwil selaku dosen dan sekaligus sebagai penguji tesis. Banyak sumbangan pemikiran yang kemudian menyempurnakan tesis ini.

3. BPKSDM Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan beasiswa tugas belajar di Institut Teknologi Bandung.

4. Pemerintah Daerah Kota Mataram yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama dalam selama proses pendidikan. Terima kasih khususnya kepada Bapak Mustaan dan Mas Rudi atas bantuan untuk ijin belajarnya.

5. Seluruh staf administrasi Program Studi Pembangunan ITB yang telah banyak membantu penulis selama proses perkuliahan dan menyelesaikan tesis ini. Terima kasih untuk Pak Gunawan, Pak Tarsiwad, Mbak Fitri dan Mbak Yani atas segala bantuannya selama penulis mengikuti studi.

6. Seluruh rekan-rekan Angkatan 2007 SP-ITB khususnya kelas PU-Bandung, terutama kepada Jopi Herlian Joeniaga, Sri Damar Agustina, Fitri Novitasari, Adri Yanti Rivai serta Nurul Fajri (Rully) yang telah membantu baik berupa saran maupun dukungan moril sehingga penulis dapat merampungkan penulisan tesis ini.

Penghargaan yang setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada Aurik Gustomo yang telah sangat banyak membantu selama penulis melaksanakan studi, baik bantuan moril dan materiil.

Tesis ini juga saya persembahkan untuk Bapak-Ibu, my beloved wife (Rida), dan my funny little girls (Ema dan Alia) atas kesabaran, doa dan dukungan kepada penulis selama dalam menyelesaikan studi.

Yang terakhir, semoga saja tesis ini memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.

Bandung, September 2008

Muhamad Khairul Bahri

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dua lembaga konsultan keuangan dunia, Price Water House Coopers (2006) dan Goldman Sachs (2007), memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar pada tahun 2050. Goldman Sachs dalam makalahnya yang berjudul N-11: More than Acronym menggolongkan Indonesia dalam kelompok Next-Eleven (N-11) pada urutan ke 7. N-11 adalah kelompok 11 negara yang mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi besar dan diprediksi akan merajai PDB dunia setidaknya paling lambat tahun 2050. Senada dengan Goldman Sachs, Price Water House Coopers juga menetapkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor 6 paling lambat pada tahun 2050 dalam artikel berjudul “The World in 2050”.

Ada banyak pertimbangan kedua lembaga tersebut menempatkan Indonesia layak sebagai salah satu bakal kekuatan ekonomi terbesar pada tahun 2050 yang akan datang. Antara lain adanya pertumbuhan ekonomi yang mempunyai rentang 4% - 6% per tahun, jumlah populasi yang besar dan stabilnya nilai tukar rupiah dalam tahun-tahun terakhir ini.

Indonesia sendiri, berdasarkan perkiraan di atas, telah membuat visi Indonesia 2030 (YIF, 2007) yang pada intinya merumuskan visi Indonesia untuk menjadi negara industri tangguh pada tahun 2030, dimana pada saat itu pendapatan per kapita Indonesia diperkirakan akan mencapai US$ 18.000 per tahun.

Dari segi ekonomi sendiri, Indonesia sendiri mempunyai beberapa keunggulan yaitu: a) jumlah populasi yang sangat besar (Indonesia termasuk negara berpenduduk terbesar ke empat di dunia), b) kekayaan alam yang melimpah,

c) kemandirian Indonesia dari IMF – dengan melunasi semua komitmen utang luar negeri Indonesia (sesuai Letter of Intent yang ditandatangani tahun 1997), dan

d) keberhasilan Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi yang mendekati angka 6% per tahun (sama dengan pertumbuhan ekonomi sebelum krisis moneter). Yang d) keberhasilan Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi yang mendekati angka 6% per tahun (sama dengan pertumbuhan ekonomi sebelum krisis moneter). Yang

Gambar 1.1 Rasio Hutang Indonesia terhadap PDB (sumber: Bank Dunia) Untuk itu perlu disadari pentingnya kita memahami struktur pertumbuhan

ekonomi Indonesia untuk meraih visi Indonesia 2030 sekaligus meraih posisi terhormat sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia terbesar pada tahun 2050.

Pemahaman struktur perekonomian suatu negara sangatlah penting, di antaranya untuk mengetahui kelebihan dan kelemahannya. Dengan memahami kelebihan dan kekurangannya, kita dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang strategis untuk meraih kemajuan yang kita harapkan.

Di sisi lain, selama ini kajian makroekonomi Indonesia yang ada hanya berkutat mengenai peran TPF (Total Productivity Factor=Faktor Produktivitas Total) dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan metodologi system dynamics, penulis akan melakukan pendekatan yang dinamis dan menyeluruh dengan melihat interaksi di antara 1 dan TPF sehingga kita dapat mengenali kelebihan dan kelemahan

perekonomian kita. Dan dari itu kita dapat menetapkan strategi yang paling tepat bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang kita harapkan bersama.

Yang juga menjadi sumber perbedaan pendapat dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah “ bagaimana sebaiknya pengembangan sektor industri ? ”. Suatu pendapat menyatakan pentingnya pengembangan sektor industri padat Yang juga menjadi sumber perbedaan pendapat dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah “ bagaimana sebaiknya pengembangan sektor industri ? ”. Suatu pendapat menyatakan pentingnya pengembangan sektor industri padat

Kenyataan yang kita hadapi memberikan fakta bahwa industri padat karya seperti industri sepatu, TPT (tekstil dan produk tekstil) mengalami masa-masa sulit akibat serbuan produk impor dengan harga jauh lebih murah. Industri padat karya yang selama ini kita andalkan untuk meningkatkan kesediaan lapangan kerja justru yang paling pertama mengurangi jumlah karyawannya belakangan ini. Timbul pertanyaan bagaimana seharusnya kita membangun industri yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi jumlah pengangguran.

I.2 Perumusan Masalah

Standar kehidupan suatu negara sangat ditentukan oleh fungsi produksinya (Mankiew, 2003). Semakin tinggi nilai fungsi produksi atau makin tinggi tingkat produksinya, maka makin besar potensi negara tersebut untuk meningkatkan standar kehidupannya. Besaran fungsi produksi dipengaruhi oleh jumlah kapital, tenaga kerja dan faktor produktivitas total (total productivity factor). Ketiga faktor ini sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Gambar 1.2 Pertumbuhan PDB dan PDB per kapita Seperti yang yang dapat kita amati dalam Gambar 1.2 diatas (Thomson, Western, Gambar 1.2 Pertumbuhan PDB dan PDB per kapita Seperti yang yang dapat kita amati dalam Gambar 1.2 diatas (Thomson, Western,

Studi terakhir menunjukkan bahwa pertumbuhan standar kehidupan Macan Asian didukung oleh peningkatan rasio investasi terhadap PDB (yang akan meningkatkan jumlah kapital) dan peningkatan produktivitas (Mankiew, 2003). Pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, jumlah kapital dan tingkat penguasaan teknologi. Makin tinggi salah satu faktor di atas (jumlah kapital, tenaga kerja dan faktor produktivitas total), maka makin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Karena itu memahami peran kapital, tenaga kerja dan faktor produktivitas total dalam struktur ekonomi suatu negara menjadi hal yang amat penting difahami untuk menggiring ekonomi suatu negara ke arah yang lebih baik.

Dalam pandangan ekonomi, jumlah populasi dan kapital merupakan suatu keniscayaan untuk melakukan kegiatan ekonomi. Jumlah populasi kita yang besar merupakan suatu faktor penting yang jika dapat kita kelola dengan baik dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang penting.

Di sisi lain, jumlah kapital yang berasal dari investasi (dalam dan luar negeri) merupakan alat produksi yang kita butuhkan untuk meningkatkan jumlah produksi. Sedangkan untuk menggunakan kapital itu sendiri diperlukan pengetahuan dan penguasaan teknologi yang memadai. Tanpa penguasaan teknologi yang memadai, maka kita takkan dapat menggunakan kapital tersebut secara memadai. Inilah gambaran keterkaitan penting antara tenaga kerja, kapital dan tingkat penguasaan teknologi. Tingkat penguasaan teknologi erat kaitannya dengan faktor produktivitas total, makin tinggi penguasaan teknologi dan makin kondusif interaksi di antara masyarakat-swasta-pemerintah, makin besar potensi untuk meningkatkan produktivitas output suatu negara.

Dalam penelitian ini yang akan dikaji ialah ”Bagaimana peran kapital, tenaga kerja dan penguasaan teknologi dalam struktur ekonomi Indonesia ?”. Dalam kaitan dengan rumusan permasalahan akan dikaji hal-hal sebagai berikut:

1) bagaimana struktur dan perilaku sistem perekonomian Indonesia;

2) apa saja faktor-faktor pendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia; dan

3) dengan memahami jawaban pertanyaan di atas, bagaimana skenario pertumbuhan agar Indonesia dapat mencapai visi 2030.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain : membuat model struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia jangka panjang untuk memprediksi pertumbuhan ekonomi ke depan guna menyusun skenario menuju visi Indonesia 2030, khususnya mencapai sasaran kuantitatif pendapatan per kapita US$ 18.000 per tahun. Selain itu juga dapat diketahui pengaruh pertumbuhan kapital dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

I.4 Lingkup Permasalahan

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi untuk menyusun skenario-skenario kebijakan ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju visi Indonesia 2030. Pemahaman atas struktur ekonomi dilakukan dengan pemodelan sistem yang dibangun dari serangkaian proses tiruan dunia nyata. Melalui pemahaman atas perilaku sistem yang tidak diinginkan akan ditemukan pilihan skenario kebijakan yang dapat mengurangi atau dalam kondisi yang tidak kita inginkan, sehingga kita dapat membangun suatu struktur ekonomi yang kokoh dan mampu membimbing kita ke arah yang kita cita-citakan.

I.5 Metodologi Penelitian

Penelitian dimulai bulan Juli 2008 dengan melakukan pengumpulan data-data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data-data yang dikumpulkan antara lain: data PDB (Produk Domestik Bruto), jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi.

Metodologi dinamika sistem (system dynamics) digunakan untuk menyusun struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia jangka panjang dan merumuskan skenario-skenario guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

sistem serta kemampuan simulasinya untuk memprediksi masa depan merupakan faktor penting pemilihan system dynamics sebagai metodologi penelitian. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kemampuan system dynamics untuk mempresentasikan interaksi

dan Faktor Produktivitas Total (TPF) juga merupakan alasan lain yang dianggap penting. Interaksi dinamis

dan TPF mampu membantu kita melakukan pendekatan yang dinamis dan menyeluruh untuk memahami struktur perekonomian kita sehingga dapat mengenali kelebihan dan kelemahan perekonomian kita.

Langkah-langkah analisis adalah sebagai berikut ini:

1) menelaah faktor-faktor pertumbuhan Indonesia. Termasuk pengaruh sektor konsumsi, pemerintah, impor dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Termasuk mengkaji peran kapital dan jumlah tenaga kerja Indonesia;

2) membuat model system dynamics yang menggambarkan struktur perekonomian Indonesia; dan

3) hasil simulasi model yang dibuat di atas dibandingkan dengan data aktual pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika ditemukan kesamaan, maka model selanjutnya digunakan untuk memprediksi pertumbuhan ekonomi ke depan dengan sejumlah skenario. Skenario pertumbuhan ekonomi ke depan dibuat berdasarkan telaah butir 1 di atas.

I.6 Sistematika Penulisan

Bab I terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, lingkup permasalahan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan yang akan memberi batas dan arahan dalam tesis ini. Bab II mencakup konsep-konsep ilmu ekonomi, system dynamics dan visi 2030 yang menjadi dasar penulisan tesis ini. Bab III akan menguraikan tentang metodologi penelitian yang akan menjadi guidelines dalam proses penelitian tesis ini, sedangkan Bab IV menguraikan gambaran umum perekonomian Indonesia dan model dasar yang digunakan dalam penelitian ini. Bab V merupakan tahapan simulasi, analisis dan pembahasan perilaku model untuk semua skenario kebijakan. Bab VI berisi kesimpulan dan saran dari hasil simulasi dan analisis kebijakan.

BAB II LANDASAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)

Kegiatan ekonomi secara garis besarnya dapat digolongkan dalam kegiatan produksi dan konsumsi barang dan jasa. Sejumlah perusahaan memproduksi barang dan jasa yang menghasilkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat, sehingga dari pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan konsumsi maupun investasi.

Karena itu, nilai produk akhir dari barang dan jasa yang diproduksi suatu golongan akan sama dengan pendapatan yang diterima oleh golongan-golongan lain dalam masyarakat dan akan sama pula dengan jumlah pengeluaran oleh berbagai golongan dalam masyarakat.

Atas prinsip dasar di atas maka PDB yang didasarkan jumlah produksi, PDB berdasarkan jumlah pendapatan dan PDB berdasarkan jumlah pengeluaran sebenarnya sama. Hanya cara melihatnya saja yang berbeda :

Kalau ditinjau dari segi produksi, PDB adalah merupakan jumlah nilai produk akhir atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit- unit produksi yang dimiliki oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu.

Ditinjau dari segi pendapatan, PDB adalah merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh seluruh masyarakat di suatu negara dalam jangka waktu tertentu.

PDB yang dihitung berdasarkan jumlah pengeluaran konsumsi keseluruhan masyarakat disuatu negara dinamakan PDB atas pengeluaran.

Hubungan antara PDB di atas dapat dirumuskan dalam persamaan berikut, PDB atas produksi = PDB atas pendapatan = PDB atas pengeluaran. Dalam format laporannya, PDB disajikan 2 bentuk nilai tukar yaitu PDB atas harga konstan (GDP at constant prices) dan PDB atas harga berlaku (GDP at current prices). PDB atas harga konstan adalah PDB yang dihitung atas harga dasar pada tahun Hubungan antara PDB di atas dapat dirumuskan dalam persamaan berikut, PDB atas produksi = PDB atas pendapatan = PDB atas pengeluaran. Dalam format laporannya, PDB disajikan 2 bentuk nilai tukar yaitu PDB atas harga konstan (GDP at constant prices) dan PDB atas harga berlaku (GDP at current prices). PDB atas harga konstan adalah PDB yang dihitung atas harga dasar pada tahun

Perbandingan antara PDB harga berlaku dan PDB harga konstan dapat dipakai sebagai indikator umtuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi (deflator PDB). Penyajian PDB secara sektoral dapat memperlihatkan struktur ekonomi di wilayah itu. Bila angka PDB dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, atau jumlah input yang digunakan, akan dapat menggambarkan tingkat produktifitas secara sektoral maupun menyeluruh. Sejak tahun 2004, BPS mempublikasikan pertumbuhan ekonomi dan nilai PDB atas dasar harga konstan 2000 (sebelumnya menggunakan harga konstan 1993) untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis dan memperlihatkan perubahan struktur ekonomi terkini. Nilai PDB atas harga konstan tahun 2000 lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan 1993. Sebagai contoh, nilai PDB pada tahun 2003 atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 444.453,5 milyar atau tumbuh sebesar 4,10 persen jika dibandingkan tahun 2002. Sementara nilai PDB pada tahun 2003 atas dasar harga konstan 2000 menjadi Rp. 1.579.558,9 milyar atau tumbuh sebesar 4,51 persen. Gambar 2.1 mengilustrasikan PDB atas harga konstan 1993 dan 2000.

PDB harga berlaku (Rp.billion) PDB 2000=100 (Rp.billion)

PDB 1993=100 (Rp.billion)

Gambar 2.1 PDB harga konstan 1993 & 2000 dan PDB harga berlaku

PDB yang disajikan dalam bentuk neraca akan menggambarkan bagaimana barang dan jasa itu di produksi, di konsumsi, di investasikan maupun di ekspor, dan bagaimana sumber-sumber pembiayaan terhadap konsumsi, investasi maupun ekspor atau impor.

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa angka-angka yang disajikan oleh PDB dapat menggambarkan kondisi ekonomi yang terjadi, baik mengenai struktur ekonomi di masa lalu, keadaan yang sedang berjalan maupun kemungkinan- kemungkinan dimasa yang akan datang. Dengan demikian PDB berfungsi sebagai:

Indikator pertumbuhan ekonomi; Indikator pertumbuhan pendapatan per kapita; Indikator inflasi dan deflasi; Indikator struktur perekonomian; Indikator hubungan antar sektor.

Karena itu PDB menyajikan data-data yang sangat berguna jika kita ingin melakukan perencanaan ekonomi (jangka pendek atau jangka panjang) atau untuk menilai kebijakan ekonomi suatu negara.

II.1.2 Beberapa Indikator Ekonomi

Dalam memahami pertumbuhan ekonomi suatu negara dikembangkan-lah beberapa indikator ekonomi yang umumnya dapat kita temui dalam berbagai media massa atau laporan ekonomi:

a. Inflasi Harga dari waktu ke waktu selalu berubah. Secara umum semakin stabil keadaan ekonomi suatu negara, makin rendah tingkat inflasinya. Ada dua jenis perubahan harga atau inflasi yang dikenal yaitu a) Indeks Harga Konsumer dan Deflator PDB. IHK (Indeks Harga Konsumen) merupakan perhitungan yang digunakan untuk menghitung perubahan harga atas komoditi yang telah ditetapkan jenisnya. Karena IHK sering dinamakan inflasi dengan komoditi tetap. Penetapan komoditi dalam perhitungan IHK didasarkan atas perhitungan barang dan jasa yang paling sering dikonsumsi oleh golongan masyarakat atau rumah tangga. Sedangkan a. Inflasi Harga dari waktu ke waktu selalu berubah. Secara umum semakin stabil keadaan ekonomi suatu negara, makin rendah tingkat inflasinya. Ada dua jenis perubahan harga atau inflasi yang dikenal yaitu a) Indeks Harga Konsumer dan Deflator PDB. IHK (Indeks Harga Konsumen) merupakan perhitungan yang digunakan untuk menghitung perubahan harga atas komoditi yang telah ditetapkan jenisnya. Karena IHK sering dinamakan inflasi dengan komoditi tetap. Penetapan komoditi dalam perhitungan IHK didasarkan atas perhitungan barang dan jasa yang paling sering dikonsumsi oleh golongan masyarakat atau rumah tangga. Sedangkan

Para ahli ekonomi sering bertanya-tanya ukuran inflasi yang manakah yang paling efektif dalam menggambarkan keadaan ekonomi suatu negara ?. Apakah inflasi dari IHK atau Deflator PDB lebih baik dari yang lain dalam menggambarkan perubahan harga ? Jawabannya ternyata tidak ada satu yang paling unggul diantara kedua cara perhitungan inflasi diatas (Mankiew, 2003).

Ilustrasinya demikian. Jika suatu hari, terjadi kegagalan panen jeruk, maka IHK akan cenderung menghitung inflasi yang terlalu tinggi karena tidak menghitung kemungkinan subsitusi jeruk dengan apel. Disisi lain, deflator PDB dalam kasus yang sama mungkin tidak dapat menangkap penurunan daya beli masyarakat karena kenaikan harga jeruk.

Untungnya dalam praktek perbedaan atas inflasi yang dihitung dari IHK dan deflator PDB mempunyai perbedaan yang tidak terlalu besar (Mankiew, 2003). Kedua ukuran inflasi biasanya dapat memberi cerita yang sama tentang seberapa harga naik.

Grafik Deflator and IHK

Gambar 2.2 Perbandingan Deflator PDB dan IHK (tahun dasar 2000) Gambar 2.2 Perbandingan Deflator PDB dan IHK (tahun dasar 2000)

Dilihat dari tujuannya, pembiayaan pemerintah digolongkan atas a) government spending dan government transfer. Government spending boleh dikatakan merupakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat luas mencakup pengeluaran proyek pemerintah, administrasi pemerintahan dan gaji pegawai. Sedangkan government transfer, merupakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk meredistribusi ulang kekayaan masyarakat. Dimanapun kita berada, selalu ada kesenjangan dalam pendapatan ekonomi. Melalui subsidi dan bantuan langsung tunai kita dapat mengurangi ketimpangan pendapatan. Inilah tujuan dari goverment transfer.

c. Investasi Pemerintah dan swasta, dalam sebuah perekonomian, membeli barang-barang investasi. Perusahaan membeli investasi untuk menambah persediaan modal dan mengganti modal yang sudah aus. Rumah tangga, disisi lain, membeli rumah baru yang juga merupakan bagian dari investasi. Jumlah barang modal yang diminta tergantung pada tingkat suku bunga, makin rendah suku bunga makin tinggi investasi yang diminta dan sebaliknya.

d. Konsumsi Rumah tangga membelanjakan pendapatan yang didapatnya dengan membeli makanan, pakaian dan perlengkapan. Setelah membayar bermacam-macam pajak, rumah tangga membagi pendapatannya dalam konsumsi dan tabungan.

e. Net Ekspor Net Ekspor merupakan selisih antara ekspor dan impor. Impor, karena bukan bagian dari produksi, akan dikurang dari ekspor (hasil produksi suatu negara) untuk menghasilkan tingkat net ekspor.

f. Pendapatan Permanen (Permanent Income) Definisi pendapatan permanen merupakan karya monetaris terkenal, Milton Friedman. Friedman beranggapan bahwa kenaikan pendapatan rumah tangga tidak berarti serentak akan meningkatkan pengeluaran rumah tangga, karena pendapatan rumah tangga mengandung 2 jenis pendapatan yaitu pendapatan transitoris dan pendapatan permanen. Dalam jangka panjang pendapatan permanen yang akan meningkatkan konsumsi dan pendapatan transitoris umumnya akan ditabung masyarakat.

Contoh pendapatan permanen dan pendapatan transitoris. Pak Jopi yang mempunyai pendidikan lebih tinggi dibanding Pak Tofid, mempunyai pekerjaaan dengan penghasilan lebih tinggi, maka dapat dikatakan Pak Jopi mempunyai pendapatan permanen yang lebih tinggi dibanding Pak Tofid. Tapi dalam suatu ketika, Pak Tofid menang undian (kuis) maka hadiah uang yang diterima Pak Tofid tadi termasuk pendapatan transitoris (sementara).

Dalam pandangan Friedman, hadiah uang yang diterima Pak Tofid, tidak otomatis akan meningkatkan konsumsi Pak Tofid ( karena merupakan pendapatan sementara/transitoris) tapi cenderung akan dikonsumsi sepanjang hidup atau ditabung. Disisi lain kenaikan penghasilan Pak Jopi dipandang sebagai pendapatan permanen yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat secara umum (Mankiew, 2003).

g. Pendapatan Disposable (Disposable Income) Pendapata per kapita seseorang tidak lantas dapat langsung dibelanjakan untuk keperluan sehari-hari. Karena ada pajak atau pengeluaran wajib yang harus bayar individu setiap kali menerima pendapatan atau gajinya. Ini menimbulkan istilah baru yang dinamakan pendapatan disposable. Pendapatan disposable merupakan pendapatan individu setelah dikurangi dengan pajak-pajak. Termasuk pajak disini ialah iuran pensiun, pajak penghasilan dan iuran ASKES. Pendapatan disposable dapat juga didefinisikan sebagai pendapatan yang siap dibelanjakan.

II.2 Masalah Pengangguran

Masalah pengangguran merupakan masalah yang selalu menghantui pengambil Masalah pengangguran merupakan masalah yang selalu menghantui pengambil

Pada awalnya, kurva Philip hanya mengandung hubungan antara tingkat upah dan pengangguran. Namun dalam perkembangan selanjutnya kurva Philip mengandung hubungan antar tingkat inflasi dan pengangguran. Penambahan dalam kurva Philip modern juga mencakup inflasi yang diharapkan (Mankiew, 2003).

Umumnya teori pertumbuhan dibangun dengan asumsi bahwa perekonomian selalu menyerap tenaga kerja atau dalam kondisi full employment (Mankiew, 2003). Kenyataan-nya tentu saja semua perekonomian mempunyai masalah pengangguran.

Ada beberapa definisi pengangguran:

a. Pengangguran friksional; Dalam kenyataan-nya, walau ada lowongan pekerjaan, tidak semua semua pekerjaan dapat segera penuhi. Para pekerja bisa saja mempunyai preferensi dan kemampuan yang berbeda dengan yang diharapkan oleh dunia kerja. Karena itu mencari pekerjaan membutuhkan waktu dan usaha. Pengangguran friksional adalah karakteristik pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan.

b. Pengangguran struktural Alasan lain yang menyebabkan adanya pengangguran ialah kekakuan harga. Kadang-kadang upah tertahan diatas tingkat equilibriumnya, sehingga tingkat penawaran dan tingkat permintaan tenaga kerja tidak bersesuaian. Pengangguran struktural ialah pengangguran yang disebabkan kekakuan harga (atau karena adanya peraturan upah minimum). Pengangguran jenis ini timbul bukanlah karena pencari kerja tidak sesuai dengan kriteria dunia kerja, tapi karena pada tingkat upah tertentu penawaran kerja melebihi permintaanya.

Karena itu alasan-alasan yang diuraikan diatas, maka setiap perekonomian umumnya mempunyai tingkat pengangguran alamiah. Yaitu tingkat pengangguran yang ada dalam jangka panjang (Mankiew, 2003).

II.3 Teori Pertumbuhan Solow

Robert M. Solow mengasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara bergantung pada fungsi produksi yang mencakup faktor input kapital (sebagai modal) dan tenaga kerja. Dalam pandangan Solow, semakin tinggi input kapital (atau tenaga kerja), maka makin tinggi pertumbuhan ekonomi. Walau demikian faktor input kapital dan tenaga kerja bersifat diminishing returns. Artinya pertambahan output akan berkurang sejalan dengan pertambahan input. Karena mengandung sifat diminishing returns ini teori Solow sering juga digolongkan sebagai teori pertumbuhan neoklasik

Lebih jelasnya, teori pertumbuhan Solow dapat di uraikan sebagai kombinasi dari tiga persamaan berikut ini (Bergman, 2005):

1. Fungsi Produksi Agregat: Y = F(K, L)= A*K*L ,

dengan pemenuhan kondisi dibawah ini :

a) jumlah Kapital (K) dan Tenaga Kerja (L) >0; Fk > 0, Fl > 0, dimana Fk=fungsi turunan pertama Y atas Kapital dan Fl =fungsi turunan Y atas Tenaga Kerja (L). Dimana Fk=Y/K dan Fl=Y/L;

b) faktor kapital dan tenaga kerja bersifat penambahan output menurun sejalan dengan peningkatan faktor kapital dan tenaga kerja:

2 Fkk < 0, Fll < 0; dimana Fkk=-Y/K 2 dan Fll=-Y/L ;

c) fungsi produksi di atas mempunyai sifat “skala pengembalian konstan” (constant returns to scale – artinya penambahan suatu faktor akan meningkatkan output sebesar jumlah yang sama dengan penambahan faktor tesebut): AF ( K, N) = AF (K, N) Dalam banyak kajian makroekonomi fungsi produksi yang sejalan dengan karakteristik di atas adalah fungsi produksi Cobb-Douglas :

a F = A K(t) 1- L(t) ………………………………………….. [2.2]

Pada awalnya teori pertumbuhan Solow mengasumsikan A sebagai technological change atau technological progress (tingkat penguasaan teknologi). Dimana peningkatan perekonomian selain dipicu penambahan kapital dan tenaga kerja, juga disebabkan meningkatnya penguasaan teknologi.

Setelah mengaplikasikan teori Solow untuk menjelaskan pertumbuhan sejumlah negara, konstanta A kemudian didefinisikan sebagai faktor produktivitas total (TPF=total productivity factor) yang menginterprestasikan efisiensi pada sistem pasar atau produksi dan efisiensi penggunaan input produksi (mencakup instabilitas politik, proteksi industri dalam negeri).

Jika r = tingkat hasil kapital (return of capital), w=tingkat upah, =bagian output yang dihasilkan kapital, =bagian output yang dihasilkan tenaga kerja dan Y=output (PDB) maka:

=r*K/Y dan =w*L/Y, dimana + =1 …………………. ……….. [2.4] Y=rK+wL atau Y= K+ L ………..…………………. ……….. [2.5]

Sedangkan tingkat kapital dan tenaga kerja yang diinginkan dapat dirumuskan sebagai berikut: Dk= * (AG/(1/t+i) dan Dl = * (AG/w), ………………..… [2.6]

Dimana Dk= tingkat kapital yang diinginkan, Dl=tingkat kebutuhan tenaga kerja yang dinginkan, AG=Aggregate Demand, t=harapan hidup kapital dan i= tingkat suku bunga riil. Menurut Tasrif (1995), variabel

dapat dirumuskan sebagai

berikut:

= (ln A+ln KOR)/(ln KLR), …………………………………… [2.7] = 1 - (ln A+ln KOR)/(ln KLR), ……………………………..… [2.8]

dimana KOR = kapital output ratio = K/Y dan KLR = kapital labor ratio=K/(L*w).

II.3.1 Potensial Output

Dalam literatur makroekonomi seringkali fungsi produksi Cobb-Douglas diatas diberi nama lain yaitu “Potensial Output”. Fungsi produksi atau potensial output menunjukkan kemampuan penduduk dan kapital suatu negara dalam Dalam literatur makroekonomi seringkali fungsi produksi Cobb-Douglas diatas diberi nama lain yaitu “Potensial Output”. Fungsi produksi atau potensial output menunjukkan kemampuan penduduk dan kapital suatu negara dalam

Misalkan A=1 (tetap), maka perubahan output_Y (PDB) sebanding dengan perubahan input K dan L. Tapi jika output_Y > Potensial Output, menandakan adanya pertumbuhan produktivitas dari tiap input. Pada awalnya Solow melabeli

A sebagai technological change. Belakangan, para ahli melabeli A sebagai TPF (Total Producitivity Factor=Faktor Produktivitas Total) yang menyatakan A mencakup peningkatan output_Y (PDB) sebagai efisiensi yang lebih luas, yaitu mencakup peningkatan output_Y karena meningkatnya tingkat pendidikan, perluasan skala pasar ekspor (dari produk suatu negara/daerah) dan kebijakan pemerintah yang kondusif (Mankiew, 2003).

Menurut Hornstein dan Krussel (1996), TPF tidak selalu mengandung perubahan teknologi, tapi juga dapat mencakup monetary shocks, military spending dan perubahan politik. Sebagai perbandingan A sebagai technological change dan A sebagai faktor produktivitas total, dibawah ini dilampirkan tabel di bawah ini:

A sebagai technological change

A sebagai Faktor Produktivitas Total

Pertambahan output_Y [yang lebih Pertambahan output_Y [yang lebih besar dari tambahan input K atau L] besar dari tambahan input K atau L] diakibatkan

oleh peningkatan penguasaan teknologi. Padahal dalam penguasaaan teknologi plus adanya prakteknya mungkin saja peningkatan peningkatan kondisi ekonomi secara teknologi terjadi, tapi peningkatan umum. teknologi tidak terlihat karena kondisi perekonomian

oleh

peningkatan diakibatkan

Dengan melihat persamaan 2.3 diatas kita dapat melihat bahwa peningkatan output (produksi) per pekerja suatu negara akan dipengaruhi oleh jumlah kapital,

tenaga kerja, besaran variabel dan nilai TPF. Dalam banyak literatur makroekonomi yang menggunakan pendekatan

ekonometrika (dimana variabel diasumsikan konstan), peningkatan nilai TPF ekonometrika (dimana variabel diasumsikan konstan), peningkatan nilai TPF

Meningkatnya variabel

menunjukkan tingkat penggunaan teknologi (produktivitas parsial tenaga kerja atas output, yaitu peningkatan produktivitas tenaga kerja untuk memproduksi lebih besar). Seperti yang telah diuraikan TPF akan mencakup perluasan ekspor, eksternalitas positif (negatif) terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.Menurut Mankiew (2003) TPF mencakup semua yang merubah hubungan antara input dan output.

Nilai TPF ini umumnya sering dihitung sebagai residu (residu Solow) sebagai berikut:

Dengan sedikit modifikasi kita dapat mencari nilai TPF sebagai berikut: Y=AK L , dimana Y=output (PDB); tetapkan A=1; dengan Yo output awal, Lo tenaga kerja awal dan Ko kapital awal, maka persamaan (2.5) dapat diturunkan sebagai berikut:

1 ) ; karena 1- - =0, maka

Y Yo * ( ) ˆ * ( ) ˆ , jika Potential Output (PTY) atau Fungsi Produksi

Ko

Lo

PTY= Yo * ( ) ˆ * ( ) ˆ , maka

Ko

Lo

TPF=Y/PTY …………………………..….. (2.6) atau dengan kata lain TPF merupakan hasil pembagian antara output (PDB)

dengan fungsi produksi atau potential output (PTY).

II.3.2 Pengertian Produktivitas

Menurut Mali dalam Nugroho artikel “Total Produktivitas Faktor” (2005), produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama dalam suatu organisasi untuk menyelesaikan kumpulan hasil-hasil.

Sedangkan Dewan Produktivitas Nasional (dalam artikel sama) menyatakan bahwa produktivitas adalah sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari ini dan hari ini adalah lebih baik dari hari ini. Sedangkan definisi yang cukup diantaranya, perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas (ILO).

Dalam prakteknya, produktivitas dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain: teknologi, pabrik dan peralatan, tenaga kerja dan metode kerja. Dilain pihak lain kebijakan pemerintah dan kondisi sosial ekonomi merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi produktivitas.

Produktivitas sangat penting dalam suatu fungsi produksi, karena kenaikan produktivitas dapat meningkatkan output lebih besar daripada kenaikan input dengan kata lain, jika kenaikan output lebih besar dari kenaikan faktor input, maka telah terjadi peningkatan produktivitas. Produktivitas dapat membantu kita menghasilkan produk yang lebih yang lebih baik atau lebih banyak dengan jumlah jumlah input yang sama.

Dalam skala negara, Produk Domestik Bruto merupakan output yang dihasilkan oleh seluruh input modal dan tenaga kerja yang dimiliki suatu negara. Perbandingan antara output dan jumlah inputlah yang dinamakan Faktor Produktivitas Total. Perlu diketahui juga bahwa perekonomian suatu negara tidak saja dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dan kapital-nya, tapi juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan situasi politik, sosial dan ekonomi-nya.

II.4 System Dynamics 2

II.4.1 Sejarah dan Prospeknya di Masa Datang

System Dynamics berhubungan dengan interaksi berbagai unsur-unsur dari suatu sistem pada waktunya dan menangkap aspek yang dinamis dengan konsep-konsep utama seperti stok dan flow, umpan balik dan delay, dan dengan demikian berusaha membangun satu pengertian yang mendalam dari perilaku dinamis sebuah sistem dari waktu ke waktu. Sebagai suatu ranah pengetahuan, SD dapat dimengerti sebagai suatu perluasan logis rancang-bangun sistem (System Engineering) dan analisis sistem (System Analysis). SD dengan tegas mempertimbangkan perilaku yang dinamis yang timbul akibat adanya delay dan feedback di dalam sistem.

Salah satu definisi system dynamics yang dikenal luas ialah : System Dynamics adalah suatu perspektif dan sekumpulan perkakas konseptual (conceptual tools) yang membantu kita untuk memahami struktur dan dinamis dari sistem kompleks. System Dynamics juga merupakan metoda pemodelan yang padat dan memungkinkan kita membangun model komputer untuk mensimulasikan sistem kompleks serta menggunakan model tersebut untuk mendesain kebijakan dan organisasi yang lebih efektif (Sterman., 2001).

System Dynamics sebagai suatu metoda telah sukses diterapkan di dalam lingkup persoalan bisnis dan ekonomi-sosial untuk memahami permasalahan dan membangun satu pengertian yang mendalam tentang perilaku unsur-unsur dalam sebuah sistem dengan melakukan berbagai intervensi-intervensi kebijakan.

Beberapa aplikasi system dynamics yang paling sering dibicarakan para ahli ialah World Dynamics (1971) dan The Limits to Growth (1972). Walau model-model diatas mendapat kecaman dan kritik dari banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu, mereka sukses di dalam menjawab tantangan-tantangan dan isu-isu sangat penting yang sedang dihadapi oleh umat manusia kini dan masa datang.

2 Sebagian besar dari deskripsi system dynamics ini merupakan kompilasi karya Victor Tang and Samudra Vijay ( System Dynamics Origins, development, and future prospects of a method ) dan tugas system

dynamics penulis

II.4.2 Sejarah dan Asal-Muasal

Jay W.Forrester, penemu system dynamics, adalah lulusan jurusan teknik elektro yang belakang hari bekerja pada Gordon S.S. sebagai asisten riset di dalam laboratorium mekanisme servo yang ditemukan pada tahun 1940. Selama Perang Dunia II, ia merancang dan mengembangkan mekanisme servo untuk kendali dari antena-antena radar, dan peralatan-peralatan militer lain. Selama periode ini, ia secara ekstensif menggunakan teori kontrol matematika (the mathematical theory of controls) dan konsep feedback dan stabilitas dalam aplikasi-aplikasi rekayasa. Sesudah itu ia memimpin desain dan pengembangan Whirlwind I, komputer cacahan yang pertama di Digital Computer Laboratory MIT. Ia juga sempat memimpin Division 6 Lincoln Laboratory, yang merancang komputer-komputer untuk SAGE (Ground Environment Semi-Automatic) sistem pertahanan udara untuk kawasan Amerika Utara.

Forrester kemudian bergabung ke sekolah binis MIT (Sloan School of Business) tahun 1956, di mana ia mulai meletakkan pondasi bagi system dynamics, sebagai suatu metoda untuk memahami perilaku dinamis dari berbagai persoalan. Dalam suatu kesempatan, dia mencoba membantu GE (General Electric) memecahkan masalah fluktuasi permintaan alat elektrik rumah tangga. Forrester memecahkan masalah ini dengan menggunakan feedback loop untuk mensimulasikan persediaan perusahaan GE ( "sistem pengendalian persediaan pertama itu dengan simulasi pensil adalah permulaan system dynamics" Forrester, 1991). Professor Jay W Forrester kemudian memperluas penggunaan system dynamics dalam bidang manajemen bisnis dan secara formal mengartikulasikan metodologi system dynamics dalam bukunya yang berjudul Industrial Dynamics yang diterbitkan tahun 1961.

Pertemuannya dengan walikota Boston memberi kesempatan untuk menerapkan aplikasi system dynamics untuk memecahkan perumahan di area Boston Metro. Hasil kajiannya atas masalah perumahan di Boston Metro dirangkum dalam bukunya yang berjudul Urban Dynamics, dimana kesimpulan dari masalah perumahan diatas "kebijakan membangun perumahan murah merupakan sumber permasalahan utama". Kesimpulan ini mendapat kecaman karena bernuansa Pertemuannya dengan walikota Boston memberi kesempatan untuk menerapkan aplikasi system dynamics untuk memecahkan perumahan di area Boston Metro. Hasil kajiannya atas masalah perumahan di Boston Metro dirangkum dalam bukunya yang berjudul Urban Dynamics, dimana kesimpulan dari masalah perumahan diatas "kebijakan membangun perumahan murah merupakan sumber permasalahan utama". Kesimpulan ini mendapat kecaman karena bernuansa

Sejak itu, secara perlahan tapi mantap, system dynamics berkembang dan diaplikasikan pada banyak pemecahan masalah yang menghasilkan solusi yang lebih baik. Sekolah bisnis MIT kemudian memperluas aplikasi system dynamics untuk permasalahan bisnis seperti masalah inventori dan siklus bisnis. Dewasa ini, banyak sekolah manajemen di seluruh dunia menawarkan kursus system dynamics.

II.4.3 Prinsip System Dynamics

Prinsip-prinsip dari system dynamics berdasarkan pada 2 prinsip utama,

1) pertama ialah stock dan flows, dan delays menentukan perilaku sistem. Hal ini dapat kita amati di dalam kehidupan sehari-hari. Air mengalir lewat pipa dan terkumpul di reservoir-reservoir, bak mandi, dan wadah-wadah air lainnya. Air menghangat pelan-pelan setelah tombol air panas dihidupkan. Prinsip stock dan flows, dan delays merupakan sumber inspirasi untuk Forrester untuk mengkonseptualisasikan perilaku unsur-unsur sistem dan sistem sosial yang ada disekitar kita; 2) kedua rasionalitas yang terbatas (Simon 1957). Simon menggunakan kiasan dari sebuah gunting, di mana satu mata pisau nya adalah "pembatasan-pembatasan teori" (cognitive limitations) dan yang lainnya "struktur dari lingkungan." System Dynamics tidak menyatakan alamat semua variabel dari suatu masalah, tapi lebih berkonsentrasi pada beberapa variabel yang merupakan kunci masalah dan konteksnya, yaitu "lingkungan" seperti yang digambarkan oleh pemodel. System Dynamics tidak mengoptimalkan, tetapi cenderung pada pembentukan aturan-aturan yang seminimal mungkin yang mampu ditangkap oleh analis sistem sesuai pemahamannya tentang suatu masalah (Gigerenzer dan Selten 2000).

System Dynamics is a method

governmental

air defense

separation of

super-system

bounded rational,

powers

of heterogeneous

grounded theory

systems

stocks, flows, delays

m e th o d

primary

interoperability of

system

elections

systems of systems

voting machines computers,

Vensim

networks, other

Gambar 2.3 System Dynamics sebagai suatu metoda

Prof. John D. Sterman dalam artikelnya berjudul “All Models are Wrong: Reflections on Becoming a System Scientist” mengemukakan karakteristik- karakteristik yang dimiliki system dynamics antara lain:

1) Mengandung dasar-dasar matematika yang padat dan elegan untuk membuat dan mengembangkan suatu model.