b
1
..., b
3
X ,
= Koefisien variabel independen
1
X = likuiditas
2
X = Profitabilitas
3
e = error Term
= Financial
3.7.1 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis atau signifikansi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan uji Fisher Uji F untuk melihat secara simultan semua variable
independen terhadap variabel dependen dan uji t untuk melihat secara parsial semua variabel independen terhadap variabel dependen. Lebih rinci pengujian hipotesis ini
dijelaskan sebagai berikut :
a. Uji-F Simultan
Sehubungan dengan uji regresi linier berganda, uji hipotesis ditentukan dengan menggunakan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikansi
pengaruh variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variable dependen. Pengujian ini akan membandingkan nilai signifikan dari hasil pengujian data dengan
membandingkan nilai signifikan yang telah ditetapkan sebesar 0,05 5. Wahid Sulaiman 2004.
Universitas Sumatera Utara
b. Uji-t Parsial
Untuk menentukan tingkat signifikan secara parsial antara masing-masing variabel bebas dengan variabel tak bebas, maka hipotesis harus diuji dengan uji-t
pada taraf signifikan sebessar α=5 secara dua arah two tail.
Selanjutnya diambil suatu keputusan, diterima atau ditolaknya hipotesis yaitu dengan cara membandingkan t-
hitung
dengan t
table
, dengan membandingkan nilai signifikan yang diperoleh dari hasil uji statistik dengan nilai signifikan yang
ditentukan, dalam penelitian ini ditetapkan nilai signifikan sebesar 0,05 atau 5 . Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh variable independen secara
individu terhadap variable dependen dengan membandingkan t-
hitung
dengan t
table
Wahid Suilamin, 2004.
3.8. Uji Asumsi Klasik
Suatu instrumen pengamatan dinyatakan layak untuk diteliti bila variabel penelitian terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, antara lain asumsi normalitas
data, multikolonieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
3.8.1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik dan jika data tidak normal,
gunakan statistik non parametrik atau lakukan treatment agar data normal. Tujuan Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variable
Universitas Sumatera Utara
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal, Santoso 2000 : 212.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal adalah dengan analisis grafik dan uji statistik. Dengan bantuan grafik yang terdapat dalam
fasilitas SPSS, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya, jika data menyebar
jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan uji normalitas data secara
statistic dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, distribusi data dikatakan normal jika signifikansi 0,05. Apabila nilai signifikansi 0,05 maka distribusi data tidak
normal.
3.8.2. Uji Multikolineritas
Multikolineritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi signifikan antara variabel bebasnya. Jika terdapat gejala multikolineritas relatif sempurna, maka
penafsiran lewat kuadrat terkecil menjadi tak tertentu dan variansi serta standar deviasinya menjadi tak terdefinisikan. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya
penyimpangan mengenai ketepatan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Hal ini harus dihindari untuk meminimalisir kesalahan dalam menentukan
good of fit. Model yang baik seharusnya tidak terjadi adanya korelasi antara variabel bebas. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai Tolerance 0,10 atau
sama dengan nilai VIF 10 Ghozali, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Dalam analisis SPSS, untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala ini dapat dideteksi dari nilai tolerance dan VIF Variance Inflation Factor. Jika angka
tolerance bernilai nol atau mendekati nol sedangkan nilai VIF lebih dari sepuluh 10, maka terjadi multikolineritas pada variabel tersebut: Suatu model yang bebas
multikolineritas dapat di lihat dari, Santoso 2000 : 206: a. Besaran VIF dan Tolerance
1. Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1
b. Besaran korelasi antar variabel bebas 1. Koefisien korelasi antar variabel bebas harus lemah 0,5
2. Jika terjadi korelasi kuat, maka terjadi problem multikolineritas
3.8.3. Uji Heteroskesdastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi menunjukkan variansi antar variabel tersebar dan tidak sama. Uji heterokedastisitas
merupakan uji ekonometri yang digunakan untuk menguji suatu data apakah terjadi korelasi antar variabel rambang atau pengganggu dengan variabel bebasnya Santoso,
2000 : 208. Heteroskedastisitas diuji dengan beberapa cara, seperti menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman yaitu mengkorelasikan antara absolut residual
hasil regresi dengan semua variabel bebas. Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil
Universitas Sumatera Utara
dari 0,05 5 maka persamaan regresi tersebut mengandung heterokedastisitas dan sebaliknya berarti non heteroskedastisitas atau homokedastisitas.
Bentuk uji heteroskedastisitas lainnya adalah menggunakan uji Glejser. Uji Glejser meregresikan nilai absolut residual dengan variabel independennya. Jika nilai
t signifikan berarti terjadi heteroskedastisitas.
3.8.4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Bila terjadi autokorelasi maka penafsiran-penafsiran tidak lagi
efesien yang menyebabkan variabel sampel tidak dapat menggambarkan variabel populasinya.
Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson DW, yaitu dengan membandingkan nilai
DW statistik dengan DW table. Apabila nilai DW statistik terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi.
Untuk mengetahui posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai Durbin - Watson dengan rumus : 4–du dan 4–dl. Untuk
mencari nilai du dan dl dilakukan dengan melihat Tabel Durbin Watson. Lebih jelasnya autokorelasi digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Diagram Durbin – Watson
Dimana : 0 dw dl
: ada korelasi positif dl dw du
: tidak ada autokorelasi positif 4-dl dw 4
: ada korelasi negative dldw4-du
: tidak ada korelasi positif atau negatif
dl ≤dw≤du
: pengujian tidak bias disimpulkan inconclusive
4-du ≤dw≤4-dl : pengujian tidak bias disimpulkan
inconclusive
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Jika d dl atau d 4-dl, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis
alternatif diterima, berarti terdapat autokorelasi b. Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka hipotesis nol diterima yang
berarti tidak ada autokorelasi.
Menurut Santoso 2000, patokan umum daerah penerimaan DW adalah sebagai berikut:
a. Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif +. b. Angka DW di antara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi
autokorelasi. c. Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif -.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek IndonesiaBEI, adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung
pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal
Indonesia yang stabil.
Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah kolonial Belanda
juga mengoperasikan Bursa Paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang. Pada tahun 1952, tujuh
tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Bursa Saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan Saham dan Obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang Matta. Kegiatan Bursa Saham Sejarah Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek di
Indonesia pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial
Belanda yang dikenal sebagai Jakarta pada saat
Universitas Sumatera Utara
kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada
Pada akhir tahun 1976 Bursa Saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal Bapepam, sebuah institusi baru di bawah
Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan
pasar financial dan sektor swasta. tahun 1956.
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta BEJ. Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT BEJ ini
mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM.
Pada tahun 1995 BEJ memasuki babak ba. Pada tanggal 22 Mei 1995 BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System JATS, sebuah sistem perdagangan
otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi lebih besar dan lebih menjamin
kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual. Pada tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
remote trading. Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya BES ke Bursa Efek Jakarta BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia
BEI.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Deskripsi Variabel Likuiditas Cash Position
Secara rata-rata, pertumbuhan Cash Position setiap perusahaan selama kurun waktu 2005 – 2008, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan Rata-rata Cash Position Setiap Perusahaan
2005 -2008 CASH POSITION
KODE 2005
2006 2007
2008 RATA-RATA
FAST 1.87
1.50 1.71
1.69 1.69
TUNAS 1.05
2.87 2.39
5.65 2.99
DELTA 2.40
2.73 3.48
3.46 3.02
PIONER -2.36
0.00 0.03
0.00 -0.58
PRASIDA 0.33
2.85 -4.97
6.59 1.20
INDOFOOD 7.84
2.72 4.63
4.13 4.83
MAYORA 2.47
0.58 0.85
1.61 1.38
AQUA 0.92
0.75 0.67
0.74 0.77
ULTRA 10.33
5.11 1.32
0.54 4.32
ADES -0.01
0.00 -0.03
-1.93 -0.49
SMART 1.81
0.52 0.33
0.46 0.78
SEKAR 0.06
1.46 1.24
3.01 1.44
Sumber : Hasil Penelitian 2011Data diolah
Dari Tabel 4.1. tersebut di atas, terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan Cash Position dari ke-12 perusahaan yang diteliti, laju pertumbuhan Cash Position
terbesar adalah Perusahaan Indofood sebesar 4.83 disusul oleh perusahaan Ultra sebesar 4.32 dan laju pertumbuhan Cash Position rata-rata terkecil adalah
perusahaan Pioner sebesar -0.58. Artinya, perusahaan Pioner pada umumnya tidak mengalami pertumbuhan Cash Position setiap tahunnya. Kondisi laju
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan Cash Position ini selanjutnya dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut :
-6.00 -4.00
-2.00 0.00
2.00 4.00
6.00 8.00
10.00 12.00
FAST D
EL TA
PR A
SI D
A M
A YOR
A UL
TRA SM
AR T
CASH POSITION 2005 CASH POSITION 2006
CASH POSITION 2007 CASH POSITION 2008
CASH POSITION RATAAN
Gambar 4.1. Laju Pertumbuhan Cash Position Rata-rata
4.1.3. Deskripsi Profitabilitas ROA
Laju pertumbuhan rata-rata Return on Asset dari setiap perusahaan yang diteliti selama tahun 2008 -2008 adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Laju Pertumbuhan Rata-rata Return on Asset Setiap Perusahaan 2005 -2008
Sumber : Hasil Penelitian 2011Data diolah
Dari Tabel tersebut di atas, terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan Return on Asset dari ke-12 perusahaan yang diteliti, laju pertumbuhan Return on Asset
terbesar adalah Perusahaan Mayora sebesar 4.65 disusul oleh perusahaan Mayora dan Sekar sebesar 0.26 dan laju pertumbuhan Return on Asset rata-rata terkecil
adalah perusahaan Ades sebesar -0.51. Artinya, perusahaan Ades pada umumnya tidak mengalami pertumbuhan Return on Asset setiap tahunnya.
Kondisi laju pertumbuhan Return on Asset ini selanjutnya dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut :
Return on Asset ROA KODE
2005 2006
2007 2008
RATA-RATA FAST
0.11 0.14
0.16 0.16
0.14 TUNAS
0.00 0.03
0.04 0.02
0.02 DELTA
0.10 0.08
0.08 0.12
0.10 PIONER
0.06 -0.02
0.00 0.05
0.02 PRASIDA
0.42 0.04
-0.03 0.03
0.12 INDOFOOD
0.29 0.31
0.24 0.21
0.26 MAYORA
3.08 5.75
4.80 4.96
4.65 AQUA
0.09 0.06
0.07 0.08
0.08 ULTRA
0.00 0.01
0.02 0.17
0.05 ADES
-0.57 -0.55
-0.87 -0.08
-0.52 SMART
0.11 0.12
0.12 0.05
0.10 SEKAR
0.94 0.05
0.03 0.02
0.26
Universitas Sumatera Utara
-2.00 -1.00
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
FAST DEL
TA PR
ASI DA
M AY
OR A
UL TRA
SM AR
T
RETURN ON ASSET ROA 2005
RETURN ON ASSET ROA 2006
RETURN ON ASSET ROA 2007
RETURN ON ASSET ROA 2008
RETURN ON ASSET ROA RATAAN
Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan Retur Oon Asset ROA Rata-rata
4.1.4. Deskripsi Financing DER
Laju pertumbuhan rata-rata Debt to Equity Ratio dari setiap perusahaan yang diteliti selama tahun 2005 -2008 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Laju Pertumbuhan Rata-rata Debt to Equity Ratio Setiap
Perusahaan 2005 -2008 Debt to Equity Ratio DER
KODE 2005
2006 2007
2008 Rata-Rata
FAST 0.66
0.68 0.68
0.63 0.66
TUNAS 1.83
1.37 1.62
2.15 1.74
DELTA 0.32
0.31 0.29
0.28 0.30
PIONER 33.05
0.83 6.45
15.28 13.90
PRASIDA 2.29
1.86 2.12
1.62 1.97
INDOFOOD 2.26
2.10 2.62
3.11 2.52
MAYORA 2.26
2.10 2.60
3.11 2.52
AQUA 1.54
1.53 2.69
2.99 2.19
ULTRA 1.54
1.53 1.67
1.53 1.57
ADES -3.39
-2.08 1.66
2.56 -0.31
SMART 0.01
1.06 1.28
0.11 0.62
SEKAR 3.71
3.03 0.90
1.00 2.16
Sumber : Hasil Penelitian 2011Data diolah
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel tersebut di atas, terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan Debt to Equity Ratio dari ke-12 perusahaan yang diteliti, laju pertumbuhan DER terbesar
adalah Perusahaan Pioner sebesar 13.90 disusul oleh perusahaan Mayora sebesar 2.52 dan laju pertumbuhan DER rata-rata terkecil adalah perusahaan Ades sebesar -
0.31. Artinya, perusahaan Ades pada umumnya tidak mengalami pertumbuhan DER setiap tahunnya.
Kondisi laju pertumbuhan DER ini selanjutnya dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut :
-10.00 -5.00
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
FAST DEL
TA PR
ASI DA
M AY
OR A
UL TRA
SM AR
T
DEBT TO EQUITY RATIO DER 2005
DEBT TO EQUITY RATIO DER 2006
DEBT TO EQUITY RATIO DER 2007
DEBT TO EQUITY RATIO DER 2008
DEBT TO EQUITY RATIO DER RATAAN
Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan Debt to Equity Ratio Rata-rata
4.1.5. Deskripsi Dividend DPR
Laju pertumbuhan rata-rata Dividend Payout Ratio DPR dari setiap perusahaan yang diteliti selama tahun 2008 -2008 adalah sebagai berikut ;
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Laju Pertumbuhan Rata-rata Dividend Payout Ratio DPR
Setiap Perusahaan 2005 -2008 DIVIDEND PAYOUT RATIO DPR
KODE 2005
2006 2007
2008 Rata-Rata
FAST 0.19
0.13 0.13
0.16 0.15
TUNAS 0.00
0.06 0.34
0.13 0.13
DELTA 0.10
0.26 0.44
0.27 0.27
PIONER 0.93
-0.23 0.90
0.11 0.43
PRASIDA 0.00
0.15 0.00
0.37 0.13
INDOFOOD 0.03
0.85 0.37
0.43 0.42
MAYORA 0.42
0.20 0.19
0.16 0.24
AQUA 0.24
0.22 0.13
0.16 0.19
ULTRA 0.64
0.98 0.10
0.01 0.43
ADES 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
SMART 0.03
0.00 0.13
0.00 0.04
SEKAR 0.83
0.16 0.12
0.16 0.32
Sumber : Hasil Penelitian 2011Data diolah
Dari Tabel tersebut di atas, terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan Dividend Payout Ratio DPR dari ke-12 perusahaan yang diteliti, laju
pertumbuhan DPR terbesar adalah Perusahaan Ultra dan Pioner sebesar 0.43 disusul oleh perusahaan Indofood sebesar 0.42 dan laju pertumbuhan DPR rata-rata terkecil
adalah perusahaan Ades sebesar 0.00. Artinya, perusahaan Ades pada umumnya tidak mengalami pertumbuhan DPR setiap tahunnya.
Kondisi laju pertumbuhan Dividend Payout Ratio DPR ini selanjutnya dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
-0.40 -0.20
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20
FAST D
EL TA
PR A
SI D
A M
A YOR
A UL
TRA SM
AR T
DIVIDEND PAYOUT RATIO DPR 2005
DIVIDEND PAYOUT RATIO DPR 2006
DIVIDEND PAYOUT RATIO DPR 2007
DIVIDEND PAYOUT RATIO DPR 2008
DIVIDEND PAYOUT RATIO DPR RATAAN
Gambar 4.4. Laju Pertumbuhan DPR Rata-rata
4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Setelah melakukan analisis regresi, analisis asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator
linier yang baik dan tidak bias. Kondisi ini akan tercapai jika dipenuhi beberapa asumsi klasik yang meliputi:
4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji one sample Kolomogorov Smirnov dengan hasil sebagai berikut ;
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas
Tabel one-sample Kolmogorov-Smirnov test di atas memperlihatkan bahwa nilai signifikansi Z sebesar 0.044. Ada ketentuan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas jika asymp.sig 0.05. Oleh karena itu, karena nilai sig Z 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normal.
Akan tetapi, uji normalitas memperlihatkan hasil yang berbeda jika uji normalitas dilakukan terhadap data rata rata Cash Position, Debt to Equity Ratio
DER, Return on Asset ROA dan Dividend Payout Ratio DPR, seperti diperlihatkan dibawah ini :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
48 48
48 48
1.7792 2.4863
.4396 .2371
2.52848 5.13054
1.33592 .27466
.175 .368
.414 .200
.132 .368
.414 .200
-.175 -.273
-.286 -.173
1.210 2.552
2.866 1.382
.107 .000
.000 .044
N Mean
Std. Deviation Normal Parameters
Absolute Positive
Negative Most Extreme
Differences Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed CASH
POSITIO N
DEBT TO
EQUITY DER
RETURN ON ASSET
ROA DIVIDEND
PAYOUT RATIO
DPR
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Sumber: Data hasil SPSS
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Uji Normalitas Rata-rata
Tabel one-sample Kolmogorov-Smirnov test di atas memperlihatkan bahwa nilai signifikansi Z sebesar 0.621 0.05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
model regresi rata-rata Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio DPR memenuhi asumsi normal.
4.2.2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas yang dilakukan untuk menguji hubungan linier antara variable bebas independent variable memperlihatkan hasil sebagai berikut:
Average One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
4 4
4 4
1.7800 2.4875
.4400 .2175
.57833 1.13291
.05831 .03862
.244 .150
.304 .377
.218 .150
.304 .280
-.244 -.134
-.254 -.377
.489 .301
.609 .754
.971 1.000
.852 .621
N Mean
Std. Deviation Normal Parameters
Absolute Positive
Negative Most Extreme
Differences Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed Cash Position
Debt to Equity Ratio
Return on Asset
Dividend Payout Ratio
Test distribution is normal. a.
Calculated from data. b.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinieritas
Data tersebut di atas memperlihatkan hasil nilai tolerance 0.1 atau nilai VIF 10. Hal ini berarti tidak ada hubungan korelasi antar variable bebas Ghojali,
2005. Dengan demikian model regresi memenuhi asumsi normal. Dengan kata lain, model regresi yang dipilih layak untuk dipergunakan.
4.2.3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untukmenguji apakah varians dariresidual suatu pengamatan kepengamatan lainnya tidak tetap. Uji heterokedastisitas dapat juga
dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, dimana cara pengujiannya adalah meregeresikan nilai absolut residual terhadap variabel bebasnya Gujarati, 2003
dengan pesamaan regresi Ut =α+βΧt+vt. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikatnya,
maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas.
Coefficients
a
.936 1.068
.936 1.068
.999 1.001
CASH POSITION DEBT TO EQUITY DER
RETURN ON ASSET Model
1 Tolerance
VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: DIVIDEND PAYOUT RATIO DPR a.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Menggunakan Uji Gljser
Tabel 4.18. menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang siqnifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat nilai absolut residual Ut. Hal ini
terlihat dari probabilitas siqnifikansinya diatas tingkat kepercayaan 95 Siq. 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regeresi tidak terjadi masalah
heterokedastisitas.
4.2.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dengan menggunakan model Datson Watson DW memperlihatkan hasil sebagai berikut :
48 48
48 48
1.7792 2.4863
.4396 .2371
2.52848 5.13054
1.33592 .27466
.175 .368
.414 .200
.132 .368
.414 .200
-.175 -.273
-.286 -.173
1.210 2.552
2.866 1.382
.107 .000
.000 .044
N Mean
Std. Deviation Normal Parameters
a,b
Absolute Positive
Negative Most Extreme
Differences Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed CASH
POSITIO N
DEBT TO
EQUITY DER
RETURN ON ASSET
ROA DIVIDEND
PAYOUT RATIO
DPR
Dependen Variable Absolute Residual a.
Calculated from data. b.
Sumber: Data hasil SPSS
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Hasil Uji Autokorelasi
Dari Tabel tersebut di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi DW = 2.592. Selanjutnya, berdasarkan patokan umum daerah penerimaan DW, angka DW di atas
+2 berarti ada autokorelasi negatif Sutanto, 2000. Karena DW
count
= 2.592 2, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipilih mengandung gejala
autokorelasi negatif.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Uji-F yang dilakukan untuk mengetahui apakah fariasi nilai variabel bebas Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing, dapat menjelaskan variasi variabel terikat
kebijakan dividen. Dapat dilihat pada Tabel 4.10. dibawah ini.
Model Summary
b
.554
a
.307 .260
.23627 2.592
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
Predictors: Likuiditas,Cash Position, Return on Asset ROA, Dept To Equity DPR
a. Dependent Variable: Dividen Payout Rratio DPR
b. Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Hasil Uji-F Secara Simultan
Data tersebut diatas memperlihatkan bahwa nilai P sig = 0.01 yang lebih kecil dari nilai P sig
α 0.05. Hal ini berarti jika pengujian dilakukan secara simultan, variable independent Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependent Kebijakan Dividen. Dengan
demikian, hipotesis yang mengatakan bahwa Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing berpengaruh nyata terhadap kebijakan dividend, dapat diterima.
4.3.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Uji signifikansi secara parsial antara variable independent Likuiditas Cash Position, Profitabilitas Return on Asset, dan Financing, Debt to Equity Ratio,
terhadap variabel dependent Kebijakan Dividend, Dividend Payout Ratio memperlihatkan hasil sebagai berikut ;
ANOVA
b
1.089 3
.363 6.505
.001
a
2.456 44
.056 3.546
47 Regression
Residual Total
Model 1
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Predictors: Likuiditas,Cash Position, Return on Asset ROA, Dept. To Equity DER
a. Dependent Variable: Dividend Payout Ratio DPR
b. Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Hasil Uji-t Secara Parsial
Dari data tersebut di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi regresi Cash Position X
1
= 0.006, Variabel Return on Asset X
2
= 0.722, Debt to Equity Ratio X
3
= 0.009. Hal ini berarti, dari ke-3 variabel independent, variable profitabilitas return on asset tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
DPR karena nilai signifikansinya = 0.722 sig α = 0.05. Dengan demikian uji
hipotesis dengan uji-t memberi hasil sebagai berikut:
Parameter Nilai Sig
Kesimpulan
Cash Position 0.0060.05
Ho ditolak H
1
Return on Asset diterima
0.7220.05 Ho diterima H
1
Debt to Equity Ratio DER ditolak
0.0090.05 Ho ditolak H
1
diterima
Coefficients
a
.093 .049
1.872 .068
.041 .014
.375 2.891
.006 .009
.026 .045
.358 .722
.027 .007
.511 3.940
.009 Constant
CASH POSITION
Profitabilitas ROA Financing DER
Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients t
Sig.
Dependent Variable: DIVIDEND PAYOUT RATIO DPR a.
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, model persamaan regresi linier berganda untuk analisis pengaruh, likuiditas, profitabilitas dan financing terhadap kebijakan dividend dapat
digambarkan sebagai berikut ;
Y = 0.093 + 0.41 CP + 0.027 ROA + 0.009 DER
Persamaan ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan 1 Cash Position, sementara faktor lain dianggap konstan, akan terjadi kenaikan likuiditas
sebesar 0.41 kali. Jika terjadi kenaikan Profitabilitas ROA, sementara faktor lain dianggap konstan, maka akan terjadi kenaikan ROA sebesar 0.027 kali. Dan jika
terjadi kenaikan Dept to Equity DER sebesar 1, sementara faktor lain dianggap konstan, maka akan terjadi DER sebesar 0.009 kali. Berdasarkan asumsi ini, terlihat
bahwa, likuiditas, profitabilitas, dan financing berhubungan positif dengan kebijakan dividend. Semakin stabil nilai likuiditas, profitabilitas, dan financing, semakin stabil
pula kemungkinan perusahaan melakukan pembayaran dividend kepada para pemegang saham.
4.3.3. Pengujian Determinasi R
Untuk menentukan besarnya kontribusi suatu variable independent terhadap variable dependen, dapat digunakan koefisien determinasi yang dihitung dengan
menggunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
Kd = r2 Rsquare x 100
Hasil uji determinasi antara Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing sebagai variabel independen dan Kebijakan Dividend DPR sebagai variable dependen,
memperlihatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.12. Hasil Uji Determinasi R
Dari data di atas terlihat bahwa nilai R-Square sebesar 0.307. Hal ini berarti keeratan hubungan antara variable independent dengan variable dependent adalah K
= R
square
x 100 = 0.307 x 100 = 30.7. Dengan demikian, besarnya pengaruh profitabilitas, likuiditas dan financing terhadap kebijakan dividend perusahaan adalah
30.7. sisanya sebesar 69,3 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Model Summary
b
.554
a
.307 .260
.23627 2.592
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
Predictors: Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing. a.
Dependent Variable: DIVIDEND PAYOUT RATIO DPR b.
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraukan, pada bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan, likuiditas, profitabiltias dan financing berpengaruh secara nyata terhadap Kebijakan Devidend pada perusahaan food and beverage yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2008. Hal ini sesuai dengan peneliti terdahulu,
2. Secara parsial hanya variabel likuiditas dan financing yang berpengaruh terhadap kebijakan dividend dan variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividend. Hal ini ada perbedaan terhadap penelitian terdahulu. 3. Hasil uji determinasi antara Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing sebagai
variabel independen dan Kebijakan Dividend sebagai variable dependen, memperlihatkan bahwa nilai R-Square sebesar 0.307. Hal ini berarti keeratan
hubungan antara variable independent dengan variable dependent sebesar 30.7., sedangkan sisanya sebesar 69,3 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas
karena keterbatasan peneliti.
Universitas Sumatera Utara
6.2. Saran