PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh

Ika Prastiwa Rini 0612010241/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN

FOOD AND BEVERAGE DI INDONESIA

Yang diajukan

Ika Prastiwa Rini 0612010241/FE/EM

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Tanggal : ...

Mengetahui Ketua Progdi Manajemen

Dr. Muhadjir Anwar, MM NIP. 19650907 1999103 101


(3)

PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN

FOOD AND BEVERAGE

DI INDONESIA

Yang diajukan

Ika Prastiwa Rini

0612010241/FE/EM

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Tanggal : ...

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “UPN” Veteran Jawa Timur

Drs. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS NIP. 196 003 301 986 031 003


(4)

S

SKKRRIIPPSSII

PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN

FOOD AND BEVERAGE

DI INDONESIA

Yang diajukan

Ika Prastiwa Rini

0612010241/FE/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 15 Juni 2012

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms

Sekretaris

Dra. Ec. Mei Retno A, Msi

Anggota

Drs. Herry Pudjo P, MM M

Meennggeettaahhuuii

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 19630924 198903 1001


(5)

Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Food and Beverage Di Indonesia”.

Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, yang telah meluangkan waktu guna membantu, mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini


(6)

5. Seluruh staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmunya.

6. Bapak, Ibu dan keluargaku dan semua teman-teman yang selalu memberikan doa dan restunya kepada penulis.

7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skrisi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya Skripsi ini.

Surabaya, Juni 2012


(7)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

Bab II Tinjauan Pustaka ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Laporan Keuangan ... 10

2.2.1.1.Pengertian Laporan Keuangan ... 10

2.2.1.2.Tujuan Laporan Keuangan ... 11

2.2.1.3.Jenis Laporan Keuangan ... 12

2.2.1.4.Sifat Laporan Keuangan ... 13

2.2.2. Pasar Modal ... 14

2.2.2.1.Pengertian Pasar Modal ... 14

2.2.2.2.Peranan Pasar Modal ... 15


(8)

2.2.3.1.Pengertian dan Teori Kebijakan Dividen ... 17

2.2.3.2.Pola Pembayaran Dividen ... 19

2.2.4. Profitabilitas ... 20

2.2.5. Kebijakan Hutang (DEBT) ... 22

2.2.6. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen . 25 2.2.7. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen... 26

2.3. Kerangka Konseptual ... 27

2.4. Hipotesis ... 28

Bab III Metode Penelitian... 29

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 30

3.2.1. Populasi ... 30

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 31

3.3. Tekhnik Pengumpulan Data ... 32

3.3.1. Jenis Data ... 32

3.3.2. Sumber Data... 32

3.3.3. Pengumpulan Data ... 32

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32

3.4.1. Teknik Normalitas ... 32

3.4.2. Uji Autokorelasi ... 33

3.4.3. Uji Multikolinireritas ... 34

3.4.4. Uji Heteroskedastisitas ... 34

3.4.5. Teknik Analisis Data ... 35


(9)

4.1.3. Sejarah PT Mayora Indah, Tbk... 38

4.1.4. Sejarah PT Delta Djakarta, Tbk... 40

4.1.5. Sejarah PT Fast Food Indonesia ... 40

4.1.6. Sejarah PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk 41 4.1.7. Sejarah PT Tunas Baru Lampung... 42

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

4.2.1. Deskripsi Tentang Profitabilitas (X1) ... 43

4.2.2. Deskripsi Tentang Kebijakan Hutang (X2)... 45

4.2.3. Deskripsi Tentang Kebijakan Dividen (Y) ... 47

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian ... 48

4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas ... 48

4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik... 49

4.3.2.1. Uji Autokorelasi ... 49

4.3.2.2. Uji Multikolinieritas ... 51

4.3.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 51

4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 52

4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis... 54

4.3.4.1. Untuk pengujian kesesuaian model ... 54

4.3.4.2. Untuk pengujian kesesuaian model ... 54

4.3.4.3. Untuk pengujian hipotesis uji t... 55

4.4. Pembahasan ... 56

4.4.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen .. 57

4.4.2. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen ... 58


(10)

Bab V Kesimpulan dan Saran... 59 5.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 59 5.2. Saran ... 59

Daftar Pustaka Lampiran


(11)

Perusahaan Food and Beverage Yang Membagikan Deviden

Periode 2007-2010 ... 5

Tabel 4.1

Rekapitulasi Data Profitabilitas Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010 ... 44

Tabel 4.2

Rekapitulasi Data Kebijakan Hutang Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010... 45

Tabel 4.3

Rekapitulasi Data Kebijakan Dividen Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010... 47

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas ... 49

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi ... 50

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolinieritas ... 51

Tabel 4.7

Hasil Uji Hasil Pengujian Heteroskedastisitas... 52

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Nilai F, Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi ... 54


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

Lampiran 1 Rekapitulasi Data Kebijakan Hutang Lampiran 2 Rekapitulasi Data Profitabilitas Lampiran 3 Rekapitulasi Data Kebijakan Dividen Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Lampiran 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas


(14)

PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN

FOOD AND BEVERAGE

DI INDONESIA

IKA PRASTIWA RINI

Abstraksi

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan perusahaan food and beverage sebagai objek penelitian, Industri food and beverage belum sepenuhnya pulih ketika krisis finansial global kembali menerpa sektor ini. Melemahnya pasar ekspor diperkirakan menjadi hambatan utama bagi industri food and beverage pada tahun 2009. Diperkirakan baru pada tahun 2010 pasar ekspor mulai pulih kembali, sehingga tahun 2009 akan menjadi tahun yang berat bagi sektor industri food and beverage sehingga banyak perusahaan yang tidak membagikan dividen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami adanya pengaruh profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Profitabilitas (X1), Kebijakan Hutang (X2) serta Kebijakan Dividen (Y). Skala pengukuran variabel menggunakan skala Rasio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jenis data penelitian adalah data sekunder yang diperoleh. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan diduga bahwa Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen tidak dapat terbukti kebenarannya dan hipotesis yang menyatakan bahwa diduga bahwa Kebijakan Hutang berpengaruh negatif signfikan terhadap Kebijakan Dividen tidak dapat terbukti kebenarannya


(15)

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebuah perusahaan memiliki tujuan utama menaikan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Investor sebagai pemegang saham suatu perusahaan publik yang struktur kepemilikannya tersebar memiliki hak untuk memilih dewan komisaris perusahaan. Selanjutnya, dewan komisaris akan mengangkat manajer untuk melakukan aktivitas perusahaan sehari-hari, dengan demikian, pemilik telah memberikan kewenangan kepada pihak manajer untuk membuat keputusan melakukan aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, akan terjadi pemisahan kepemilikan dan manajer, dan mereka akan membuat keputusan-keputusan sesuai dengan posisi dan kepentingan mereka masing-masing, yang selanjutnya pemisahan ini akan menimbulkan hubungan agensi (Nurvauziah, 2006).

Hal ini menimbulkan hubungan agensi akan muncul karena adanya konflik kepentingan antara kepentingan pemilik dan kepentingan manajer. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai suatu kontrak antara seorang atau lebih (prinsipal) yang meminta orang lain (agen) untuk melaksanakan beberapa kegiatan atau pekerjaan bagi kepentingan prinsipal yang meliputi pemindahan sebagian kewenangan kepada agen untuk membuat keputusan (Nurfauziah, 2006).


(16)

2

Kebijakan dividen terkait dengan hubungan antara manajer dengan para pemegang saham. Kepentingan pemegang saham dan manajer bisa berbeda dan mungkin menimbulkan konflik kepentingan (agency conflict). Sebagai contoh, manajer menghendaki pembagian dividen yang kecil karena perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk mendanai investasinya sedangkan di sisi lain pemegang saham menghendaki pembagian dividen yang besar. Konflik yang terjadi tersebut akan menimbulkan biaya keagenan, sedangkan salah satu cara untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul adalah dengan pembayaran dividen kepada pemegang saham (Aziz, 2006).

Van Horne (1998: 478), menyatakan pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Sehingga likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam keputusan dividen. Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dari manajemen perusahaan kepada para pemegang saham dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah likuiditas perusahaan. Pada perusahaan yang berkembang dan menguntungkan mungkin tidak likuid karena dana yang dimilikinya digunakan untuk keperluan aktiva tetap dan modal kerja permanen. Manajemen perusahaan biasanya ingin mempertahankan tingkat likuiditas tertentu guna memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen perusahaan mungkin melakukan penolakan untuk membayar dividen dalam jumlah besar (Aziz, 2006).


(17)

Adalah suatu fenomena yang banyak ditemui ketika perusahaan bertambah besar maka pemilik perusahaan tidak mampu lagi mendanai operasi dan perkembangan perusahaan sehingga pemilik memutuskan mengambil dana dari luar seperti dari perbankan atau pasar modal. Dana yang berasal dari perbankan jumlahnya relatif kecil dan biaya modalnya pada umumnya relatif mahal sedangkan dana dari pasar modal jumlahnya relatif besar dan biaya modalnya relatif kecil. Oleh karena itu maka banyak perusahaan besar memutuskan untuk go public dengan menjual saham ke pasar modal. Menjual saham ke pasar modal berarti menjual sebagian kepemilikan kepada orang lain. Dengan demikian pemilik lama harus mau berbagi kekuasaan dengan pemilik (pemegang saham) baru. Namun pemilik lama pada umumnya tidak mau begitu saja melepas kontrolnya atas perusahaan. Kontrol tersebut akan tetap pada pemilik lama (meskipun kepemilikan sudah dibagi-bagi) asal pemilik lama masih memiliki saham mayoritas. Fenomena inilah yang banyak terjadi di Indonesia.

Kebijakan hutang dalam sebuah perusahaan merupakan kebijakan yang berkaitan dengan struktur modal perusahaan. Berkaitan dengan struktur modal, salah satu isu paling penting yang dihadapi oleh para manajer keuangan adalah hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan, dimana nilai perusahaan ditentukan oleh struktur modal. Perusahaan akan berusaha mencapai suatu struktur tingkat modal yang optomal dengan resiko paling kecil dengan memaksimalkan nilai perusahaan, artinya kebijaka hutang dapat digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan (Diana, 2008).

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan perusahaan food and beverage sebagai objek penelitian, Industri food and beverage belum sepenuhnya pulih


(18)

4

ketika krisis finansial global kembali menerpa sektor ini. Melemahnya pasar ekspor diperkirakan menjadi hambatan utama bagi industri food and beverage pada tahun 2009. Diperkirakan baru pada tahun 2010 pasar ekspor mulai pulih kembali, sehingga tahun 2009 akan menjadi tahun yang berat bagi sektor industri food and beverage.

Industri food and beverage paling terpukul oleh krisis finansial global karena dua hal, pasar yang menyusut baik dipasaran ekspor maupun pasar dalam negeri, biaya produksi yang tinggi karena harga-harga bahan baku impor masih tinggi dengan lemahnya nilai tukar rupiah, dan kesulitan likuiditas karena bank masih belum berani menurunkan suku bunga walaupun suku bunga BI rate sudah menurun. Indutri manufaktur pada tahun 2009 mengalami banyak hambatan, seperti pasar ekspor yang melemah, persaingan yang ketat di pasar domesti, harga bahan baku yang tinggi, infrastruktur yang tidak memadai. Akibatnya pada tiga kwartal pertama 2009 hampir semua sektor industri food and beverage merosot.

Baik industri yang berorientasi ekspor maupun pasar dalam negeri, mengalami penurunan kinerja. Termasuk diantaranya industri otomotif yang pada tahun 2008 merupakan sektor industri pengolahan dengan tingkat pertumbuhan PDB tertinggi. Pada tahun 2009 sektor ini menurun lebih dari 5% padahal pada tahun sebelumnya tumbuh hampir 10%. Hanya beberapa setor yang tetap tumbuh pesat yaitu sektor food and beverage yang meningkat sekitar 15%.

Fenomena lain yang terjadi pada perusahaan manufaktur khususnya pada perusahaan Food and Beverage dapat dilihat dari kebijakan dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas yang ada pada perusahaan Food and Beverage seperti yang tampak pada tabel berikut dibawah ini:


(19)

Tabel 1.1

Data Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Perusahaan Food and Beverage Yang Membagikan Deviden Periode 2007-2010 No Nama Perusahaan Tahun Kebijakan

Hutang

Profitabilitas (ROA)

DPR (%) 2007 0,198804 0,033001 0,00 2008 0,256861 0,026125 0,00 2009 0,340199 0,051404 39,34 1 PT Indofood Sukses Makmur, Tbk

2010 0,265759 0,062460 0,00

2007 0,059842 0,135703 89,89 2008 0,038219 0,236148 142,17 2009 0,036164 0,342698 22,59 2 PT Multi Bintang Indonesia, Tbk

2010 0,029627 0,389520 0,10

2007 0,121099 0,074789 21,62 2008 0,299871 0,067133 19,53 2009 0,264512 0,114634 0,00 3 PT Mayora Indah Tbk

2010 0,299682 0,110040 0,00

2007 0,047068 0,079902 0,00 2008 0,043956 0,119941 0,00 2009 0,04009 0,166360 120,25 4 PT Delta Djakarta Tbk

2010 0,03645 0,196966 120,47

2007 0,102146 0,162889 19,57 2008 0,094464 0,159626 20,28 2009 0,078284 0,174760 20,34 5 PT Fast Food Indonesia, Tbk

2010 0,087062 0,161481 0,00

2007 0,290867 0,122650 1,45 2008 0,246246 0,102528 49,45 2009 0,244399 0,073306 28,74 6 PT Sinar Mas Agro Resourches

And Technology Tbk

2010 0,191877 0,041979 0,00

2007 0,397298 0,039590 0,00 2008 0,319046 0,022600 0,00 2009 0,325877 0,090066 6,06 7 PT Tunas Baru Lampung, Tbk

2010 0,260316 0,068230 15,38

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan

Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa kebijakan hutang perusahaan food and beverage yang dilihat dari DEBT mengalami pergerakan yang fluktuasi selama tahun 2008 hingga tahun 2010 dengan nilai DEBT terbesar ada pada perusahaan PT Davomas Abadi dan yang terendah ada pada perusahaan PT Multi Bintang Indonesia.


(20)

6

Profitabilitas (ROA) yang ada pada perusahaan Food and Beverage yang ada pada tabel diatas menunjukan bahwa pada tahun 2007-2010 PT Multi Bintang Indonesia, Tbk memiliki nilai profitabilitas yang paling tinggi diantara perusahaan-perusahaan lain yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Kebijakan Dividen yang ada pada perusahaan Food and Beverage seperti yang ada pada tabel diatas menunjukan bahwa adanya penurunan pembagian dividen, contohnya hal ini dapat dilihat pada perusahaan Mayora Indah yang pada tahun 2007 dan 2008 membagikan dividen pada tahun 2009 dan 2010 tidak membagikan dividen

Penelitian sebelmunya yang dilakukan oleh Dewi (2008) menyebutkan bahwa profitabilitas dan kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dari latar belakang masalah diatas maka peneliti dalam penelitian ini mengambil judul ”Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Food and Beverage Di Indonesia”

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen?

2. Apakah Kepemilikian Hutang berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah


(21)

1. Untuk mengetahui dan memahami adanya pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen

2. Untuk mengetahui dan memahami adanya pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen?

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan adanya manfaat dari penelitian ini yang dapat diberikan bagi berbagai pihak, yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat lebih memahami dan dapat memberikan manfaat tambahan khususnya mengenai Pengaruh Profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen.

2. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan pertimbangan atau menambah wawasan terutama untuk yang berminat melakukan penelitian yang berkaitan dengan materi penelitian

3. Bagi Perusahaan

Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pentingnya corporate governance dalam perusahaan.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Nuringsih (2005) dengan judul analisis pengaruh kepemilikan manajerial, ROA dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial, ROA dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, ROA dan ukuran perusahaan serta kebijakan dividen. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil dalam penelitian ini adalah variabel kepemilikan manajerial tidak terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, variabel kebijakan hutang terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, variabel ROA terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen dan ukuran perusahaan terbukti memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurfauziah (2007) dengan judul analisis hubungan simultan antara kepemilikan manajerial, resiko kebijakan hutang, dan kebijakan Dividen dalam masalah agensi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang terhadap kebijakan Dividen. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan


(23)

terhadap kebjiakan Dividen dan kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan Dividen.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Suwaldiman (2006) dengan judul Pengaruh Insider Ownership Dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen. untuk mengetahui pengaruh insider ownership dan risiko pasar terhadap kebijakan dividen dalam hal ini dividend payout ratio (DPR). Obyek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya jumlah kepemilikan saham insider tidak menyebabkan rendahnya rasio pembayaran dividen. Hasil analisis tersebut bertentangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa tingkat kepemilikan saham oleh manajemen akan menyebabkan tingkat pembayaran dividen yang rendah.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dewi S.C (2008) dengan judul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris (1) apakah perusahaan dengan kepemilikan saham oleh manajerial, kepemilikan saham oleh institusional, kebijakan hutang dan profitabilitas yang semakin tinggi akan cenderung untuk menurunkan kebijakan Dividen ; (2) apakah perusahaan besar cenderung untuk menaikkan kebijakan Dividen dari pada perusahaan kecil. Obyek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek Jakarta dan memiliki


(24)

10

earning after tax yang positif dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian ini mendapatkan bukti empiris bahwa (1) perusahaan dengan kepemilikan saham oleh manajerial, kepemilikan saham oleh institusional, kebijakan hutang dan profitabilitas yang semakin tinggi akan cenderung untuk menurunkan kebijakan Dividen ; (2) perusahaan besar cenderung untuk menaikkan kebijakan Dividen dari pada perusahaan kecil.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1.Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akutansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivasi suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan pihak yang berkepentingan. Menurut Harahap (2001:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis, Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainyapun dilakukannya ia tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu maka yang paling


(25)

penting adald media laporan keuangan ini. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dpat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu.

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan bagian laba ditahan atau laporan modal sendiri dan laporan

perubahan posisi keuangan atau laporan sumber dan penggunaan dana (Jumingan, 2008: 4).

2.2.1.2.Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2001:134), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pemgambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagaian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh


(26)

12

keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

Laporan keuangan juga menujukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen

2.2.1.3.Jenis Laporan Keuangan

Jenis laporan keuangan utama dan pendukung ini dapat disebutkan sebagai berikut (Harahap, 2001:106):

1.Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.

2.Perhitungan Laba/Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, Biaya dan Laba/Rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.

3.Laporan Sumber dan Penggunaan dana. Disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode.

4.Laporan Arus Kas. Disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu periode.


(27)

6.Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham.

7.Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau Modal dalam perusahaan perseroan.

8.Dalam suatu kajian dikenal Laporan Kegiatan Keuangan. LAporan ini menggambarkan transaksi laporan kauangan perusahaan yang mampengaruhi kas atau ekuivalen kas.

2.2.1.4.Sifat Laporan Keuangan

Akutansi keuangan mamberikan informasi yang bersifat baku, terstandar dan bertujuan umum (general purpose). Format informasinya sudah memiliki pola yang ditetapkan lembaga resmi yang berhak menyusun standart pelaporan akutansi. Di indonesia disebut SAK (Standar Akutansi Indonesia) dikeluarkan IAI. Laporan dari akutansi keuangan ini dilindungi dan diawasi oleh pemerintah karena ia menyangkut kepentingan umum. Laporan yang dikeluarkan akutansi keuangan dimanfaatkan masyarakat dalam menilai saham suatu perusahaan. Oleh karena itulah maka tidak bisa begitu saja dikeluarkan laporan yang dipercaya sebelum ada proses penyaksian (attest function) atau audit yang dilakukan oleh akuntan publik terdaftar yang juga kehadiranya diatur oleh pemerintah. Di Indonesia dimonitor oleh Departemen Keuangan dan IAI. (Harahap, 2001:127).

Kekuatan laporan keuangan menurut Harahap (2001:129) sebagai informasi untuk tujuan pemakai umum yang dipercaya pada saat yang sama juga mengandung kelemahan. Kelemahannya terletak pada informasi yang


(28)

14

dikeluarkannya karena bersifat umum dan melayani semua pihak yang bisa memliki perbedaan dan preferensi terhadap suatu informasi. Bagi manajer yang mengelola kegiatan perusahaan keterbatasan “general purpose“ ini terletak pada kekuatan standar penyusunan yang baku tadi, karena dapat mendangkalkan informasi yang seharusnya diketahui secara lebih dalam, rinci dan komprehensif. Untuk maksud pengambilan keputusan sehari-hari, manajer tertentu tidak merasa cukup dengan informasi yang ada. Ia perlu informasi daru berbagai sumber dan dari sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu dia tidak bisa terikat dengan prinsip penyusunan laporan yang diatur oleh SAK tadi. Dari sinilah muncul akutansi manajemen.

2.2.2. Pasar Modal

2.2.2.1.Pengertian Pasar Modal

Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektor-sektor yang produktif. Dengan demikian pasar modal dapat menimbulkan multiplier efek yang sangat luas terutama kepada lembaga-lembaga yang terkait.

Menurut Gitosudarmo dan Bisri (2002:239) pasar modal juga dapat dikatakan sebagai monopoli pemilikian perusahaan karena setelah perusahaan tersebut go publik dan memanfaatkan pasar modal kemudian pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga menjadi milik publik. Pengertian pasar modal menurut Sunariyah (2003:4) secara umum adalah suatu


(29)

sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.

2.2.2.2.Peranan Pasar Modal

Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga menceminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga yang turun.

Menurut Jogiyanto (2003:12) pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen. Juga pemegang saham mempunyai hak mengawasi manajemen lewat hak veto di dalam pertemuan dan pemilihan manajemen. Hak veto pemegang saham dapat dilakukan langsung atau dapat dialihkan ke pihak kedua lewat suatu wakil atau proksi. Jika pemegang saham tidak puas dengan manajemen, maka dapat terjadi perang proksi untuk mengganti manajemen.


(30)

16

Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana. Sebagai akibatnya, peminjam dan pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan dibandingkan jika pasar modal tidak ada.

Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal menurut Jogiyanto (2003:11) merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh di pasar uang. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham untuk mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti pemilikan sebagian dari perusahaan. Obligasi merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati.

Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.


(31)

2.2.3. Kebijakan Dividen

2.2.3.1. Pengertian Dan Teori Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Wachowicz, 1997: 496).

Pada umumnya perusahaan membayarkan dividen sekali dalam tiga bulan (quarterly) atau empat kali dalam empat kali dalam satu tahun. Proyek perusahan dalam mengantipasi pendapatan dan rasio pembayaran jangka panjang yang diinginkan, investasi yang akan ditanamkan sebagai retairned earnings serta penetapan tingkat pembayaran dividen harus dilakukan berdasarkan kemampuan perusahaan. Dividen yang direncanakan dengan tujuan jangka panjang disebut sebagai dividen reguler. Dalam hal ini, beberapa perusahaan membayarkan

dividen ekstra pada akhir tahun setelah pendapatan perusahaan diketahui dan investasi yang dibutukan sudah ditetapkan (Ang, 1997).

Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga tanggal pengumuman dividen. Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut: (Ang, 1997)


(32)

18

a. Tanggal Pengumuman

Tanggal pengumuman merupakan tanggal dimana secara resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen reguler. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni: tanggal pencatatan, tanggal pembayaran dan besarnya dividen kas perlembar. b. Tanggal Pencatatan

Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham tersebut diberikan hak sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen.

c. Tanggal cum-dividend

Tanggal cum-dividend merupakan tanggal terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun

dividen saham. d. Tanggal ex-dividend

Tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen.

e. Tanggal Pembayaran

Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal


(33)

tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk

dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai/dividen saham).

2.2.3.2. Pola Pembayaran Dividen

Keputusan mengenai kebijakan dividen adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai alternatif kebijakan dividen perusahaan yaitu: (Ang, 1997)

1. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share.

Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar

dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang, saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya.

2. Stable Dividend per-share.

Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap, stabil daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap (stable amount)dari tahun ke tahun.

3. Stable Pay Out Ratio.

Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasar suatu prosentase tetap (constant) dari laba (earnings). Bila laba berfluktuasi, maka


(34)

20

jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham-pun akan ikut

berfluktuasi.

4. Regular Dividend plus Extras.

Dalam cara ini, dividen reguler ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra (bonus) kepada pemegang saham Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga dengan pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirmya akan dapat meningkatkan harga saham.

5. Fluctuating Dividends and Payout Ratio.

Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu. besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan

berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.

2.2.4. Profitabilitas

Profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada dalam perusahaan. (Harahap, 2001:301). Rasio profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Pemilik, kreditor, dan manajemen menaruh perhatian lebih banyak pada pencapaian keuntungan karena berhubungan dengan earnings yang akan mereka peroleh di pasar.


(35)

Menurut Gibson (2004: 251), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan earnings. Analisis laba merupakan hal yang penting bagi pemegang saham untuk mengetahui revenue yang akan diperoleh dari pembagian dividen. Lebih jauh, kenaikan laba dapat menyebabkan peningkatan harga pasar, yang akan menghasilkan capital gains. Laba juga penting bagi kreditor karena laba merupakan sumber pendanaan untuk melunasi hutang. Manajemen menggunakan analisis laba untuk mengukur kinerja perusahaan.

Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk melakukannya. Karena itu, analisis rasio profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, dan sumber daya yang tersedia, seperti yang dilaporkan dalam neraca.

Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menunjang dan meningkatkan profit. Profitabilitas dapat diukur beberapa hal yang berbeda, namun dalam dimensi yang saling terkait. Pertama, terdapat hubungan antara profit dengan sales sehingga terjadi residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran lainnya adalah return on investment (ROI) atau disebut juga return on asset (ROA), yang berakitan dengan

profit dan investasi atau aset yang digunakan untuk menghasilkannya. (Ulupui, 2006:6).

Pada penelitian ini yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan adalah ROA. Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa


(36)

22

aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba (Harahap, 2001:305). Return on assets juga sering disebut sebagai rasio rentabilitas ekonomi yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Return on assets dapat dihitung dengan rumus (Nuringsih, 2005:117):

Return On Assets=

Aktiva Total

Tax After Earning

Return on assets mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.

2.2.5. Kebijakan Hutang (DEBT)

Kebijakan utang menggambarkan keputusan yang diambil oleh manajemen dalam menentukan sumber pendanaannya. Kreditor dan pemegang saham tertarik pada kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pada saat jatuh tempo dan untuk membayarkan kembali jumlah pokok utang pada saat jatuh tempo. Menurut Riyanto (2001:32), rasio utang dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik hutang jangka pendek maupun utang jangka panjang).

Kebijakan hutang mempunyai pengaruh pendisiplinan perilaku manajer. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran kebangkrutan mendorong manajer agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang


(37)

free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri. Haris dan Raviv (1991) menyimpulkan berdasarkan bukti empirisnya yang menunjukkan konsistensi teori bahwa hutang dapat menurunkan konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Namun, hutang meningkatkan biaya marginal.

Tambahan dana hutang menyebabkan pemegang saham terpaksa menerima proyek yang lebih beresiko (Jensen dan Meckling, 1976; Crutchley dan Hansen, 1989). Alasannya jika proyek berhasil, kepentingan kreditur (debtholders) atas bunga dan pokok pinjaman adalah terlindungi dan investor ekternal menikmati sisa keuntungan. Namun jika proyek gagal, kreditur menanggung biaya resiko yang meningkat, karena pemegang saham memiliki kewajiban terbatas. Kreditur mengantisipasi resiko ini dengan memindahkan resiko kepada pemegang sahammelaui peningkatan biaya hutang

Pembiayaan dengan utang, memiliki 3 implikasi penting (1) memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas, (2) kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur; (3) jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan menjadi lebih besar. Akan tetapi, jika pengembalian yang diperoleh atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibandingkan dengan


(38)

24

bunga, maka pengembalian atas modal pemilik semakin kecil.

Menurut Brigham dan Houston, (2001:84), rasio leverage dapat diukur dari: ”rasio total utang (debt to total asset ratio), kemampuan untuk membayar bunga (times interest earned), dan kemampuan melunasi kewajiban”.

1. Rasio total utang (debt to total asset ratio) dihitung dengan rumus:

Total utang mencakup, baik utang lancar maupun utang jangka panjang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverageyang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.

2. Kemampuan untuk membayar bunga (times interest earned).

Kemampuan untuk membayar bunga (times interest earned) adalah rasio laba sebelum bunga pajak terhadap beban bunga; mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran bunga tahunan Rasio ini mengukur seberapa besar laba operasi dapat menurun sampai perusahaan tidak dapat memenuhi beban bunga tahunan. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini dapat mengakibatkan adanya tindakan hukum dari kreditur perusahaan, dan mungkin menimbulkan kebangkrutan. Perhatikan bahwa laba sebelum bunga dan pajak bukannya laba bersih, digunakan sebagai pembilang. Hal ini disebabkan karena bunga dibayar dengan rupiah sebelum pajak, maka kemampuan perusahaan untuk membayar perusahaan tidak dipengaruhi oleh pajak.

3. Kemampuan melunasi kewajiban.


(39)

membayar bunga, tetapi rasio ini lebih inklusif karena mengakui bahwa banyak aktiva perusahaan dilease dan harus melakukan pembayaran pelunasan. Leasing telah digunakan secara luas dalam industri tertentu dalam tahun-tahun terakhir, yang membuat rasio ini lebih disukai dari pada rasio kemampuan untuk membayar bunga untuk tujuan tertentu. Beban tetap mencakup bunga, kewajiban lease jangka panjang, serta pembayaran dana pelunasan dan rasio cakupan beban tetap.

2.2.6. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen

Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk melakukannya. Karena itu, analisis rasio profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, dan sumber daya yang tersedia, seperti yang dilaporkan dalam neraca. Menurut Jensen et al (1992) serta Chen dan Steiner (1999) dalam Dewi (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka semakin tinggi pula cash flow dalam perusahaan, maka diharapkan perusahaan akan membayar dividen yang tinggi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau profit, sehingga mempunyai pengaruh pada kebijakan dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka mendapatkan laba yang tinggi pula dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula demikian sebaliknya (Darmino, 2008).

Penelitian Jensen et al (1992) serta Chen dan Steiner (1999) dalam Dewi (2008) didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarsi (2002) yang


(40)

26

menyebutkan bahwa semakin besar keuntungan perusahaan maka akan semakin besar membayar dividennya, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

2.2.7. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen

Apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung akan memanfaatkan hutang, namun bila penggunaan hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan (Nuringsih, 2005). Berdasarkan dampak ini, apabila perusahaan ingin menghindari hutang yang tinggi, maka laba perusahaan harus dialokasikan ke laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan dan sebagai invetasi di masa yang akan datang sehingga akan mengurangi penggunaan hutang. Disamping itu, bila perusahaan memiliki hutang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen untuk, menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham, meskipun dalam hal ini kepentingan kreditor tetap diperhatikan karena keuntungan disimpan untuk pelunasan hutang.

Menurut Ismayanti dan Hanafi (2003) pada tahun 1992 Jensen et.al menyebutkan bahwa kebijakan hutang memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen karena penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya, pada tingkat hutang yang rendah perusahaan membagikan dividen yang tinggi sehingga sebagian besar laba digunakan sebagai kesejahteraan para pemegang saham.

Penelitian Jensen et.al (1992) didukung oleh penelitian Megginson (1997) serta Chen dan Steiner (1999) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang


(41)

mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha mengurangi Agency Cost of Debt dengan mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga para pemegang saham akan merelakan dividennya untuk membiayai investasinya.

Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992) dalam nuringsih (2005), menemukan mekanisme substitusi antara hutang dengan dividen. Selanjutnya ditegaskan bahwa penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan penurunan dividen, karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan hutang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan dividen memberi kesempatan untuk emisi saham baru sebagai subtitusi atau pengganti atas penggunaan hutang.

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Profitabilitas

(X1)

Kebijakan Dividen (Y)

Kebijakan Hutang


(42)

28

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

a. Diduga bahwa Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen

b. Diduga bahwa Kebijakan Hutang berpengaruh negatif signfikan terhadap Kebijakan Dividen


(43)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yakni kebijakan menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen (Suwaldiman, 2006). Dividend payout ratio diukur dengan membandingkan dividen dengan laba setelah pajak (EAT). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Suwaldiman, 2006):

100 X EAT Dividen DPR

Ket

D = Dividen

EAT= Earning Aftre Tax (laba setelah pajak)

2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Profitabilitas (X1)

Profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada dalam perusahaan. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Pemilik, kreditor, dan manajemen menaruh perhatian lebih banyak pada pencapaian keuntungan karena berhubungan


(44)

30

dengan earnings yang akan mereka peroleh di pasar. Pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Nuringsih, 2005) :

ROA =

Asset Total

Tax After Earning

b. Kebijakan Hutang (X2)

Kebijakan Hutang adalah Kebijakan utang menggambarkan keputusan yang diambil oleh manajemen dalam menentukan sumber pendanaannya. Kreditor dan pemegang saham tertarik pada kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pada saat jatuh tempo dan untuk membayarkan kembali jumlah pokok utang pada saat jatuh. Pengukuran kebijakan hutang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Ediningsih, 2008) :

Debt =

Asset Total

Panjang Jangka

Hutang

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Dalam penelitian ini populasinya adalah 19 perusahaan Food and Beverage yang pernah membagikan deviden hingga tahun 2010.


(45)

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan “non probability sampling“ dengan metode “purposive sampling”. Adapun pengertian

non probability sampling adalah cara pengambilan sampel dimana peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu (Sugiyono, 2005:61)., maka kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan Food and Beverageyang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia. 2. Memiliki data laporan keuangan tahun 2007-2010 secara berturut-turut. 3. Membagikan Dividen pada rentang waktu tahun 2007-2010

Dengan demikian dari 19 perusahaan yang terdaftar setelah melalui proses filterisasi berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 perusahaan, yang terdiri dari:

1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk 2. PT Multi Bintang Indonesia Tbk 3. PT Mayora Indah, Tbk

4. PT Delta Djakarta, Tbk 5. PT Fast Food Indonesia

6. PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk


(46)

32

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diambil untuk memperoleh bahan atau keterangan data dengan cara mempelajari serta mencatat dari data dokumen dan laporan keuangan dari masing-masing perusahaan yang diserahkan dari BEI.

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa laporan keuangan perusahaan food and beverage yang pernah membagikan deviden tahun 2007-2010 yang terdaftar di Bursa Efek indonesia, selama 4 tahun dan ICMD (Indonesia Capital Market Directory).

3.3.3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil data-data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber-sumber individual. Data ini diambil atau digunakan sebagian dari data yang telah di catat atau dilaporkan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode


(47)

diantaranya adalah uji regresi OLS (Ordinary least Square), dimana distribusi sampling dari regresi OLS tergantung pada distribusi residual (e), apabila residual (e) berdistribusi normal dengan sendirinya bo dan b1 juga berdistribusi normal. (Gujarati, 1995:66). Komponen penganggu e harus tersebar mengikuti sebaran normal dengan nilai tengah = 0 dengan varaian sebesar σ2. Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Kolmogorov Smirnov. Dalam regresi OLS b0 dan b1 adalah fungsi linier dari Y dan Y adalah fungsi linier dari uI (residual).

3.4.2. Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi penting dari model asumsi klasik adalah bahwa kesalahan atau gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak berkolerasi atau tidak dipengaruhi oleh kesalahan atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun. Autokolerasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesalahan penggangu pada periode tertentu berkolerasi dengan kesalahan penggangu pada periode lainnya. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan di antara gangguan atau disturbansi ui atau ei yang masuk ke dalam fungsi regresi (Gujarati, (1995) dalam Meythi (2006)). Dalam penelitian ini terjadi atau tidaknya autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson.

Secara umum dengan menggunakan angka Durbin-Watson bisa diambil patokan kriteria penilaian bebas atau tidaknya dari uji autokorelasi (Santoso (2000) dalam Meythi (2006)), yakni:


(48)

34

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi 3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi.

3.4.3. Uji Multikolinieritas

Uji asumsi multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance

mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai

tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10. Setiap peneliti harus

menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat dia tolerir (Ghozali, 2001 : 57).

3.4.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas, karena ini mengimpun data yang terwakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji Rank Spearman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas. Mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut (Gujarati, 1999 : 177 ) : a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas


(49)

3.4.5. Teknik Analisis Data

Untuk memudahkan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka teknik analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda sesuai dengan tujuan yang akan diteliti sebagai berikut :

Y= o + 1X1 + 2X2 +e Dimana :

Y : Kebijakan Deviden X1 : Profitabilitas (ROA)

X2 : Kebijakan Hutang

0 : Konstanta

1,-3, : Koefisien regresi variabel e : Standar Error

3.4.6. Uji Hipotesis 1. Uji F

Uji ini dilakukan untuk melakukan apakah model yang dianalisis memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang digunakan model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis:

a. Merumuskan Hipotesis statistik

Ho: β1 = 0, berarti tidak terdapat kecocokan model yang digunakan Ho: β1 # 0, berarti terdapat kecocokan model yang digunakan b. Menentukan level of significance (α) sebesar 5%

c. Menghitung besarnya f hitung dengan menggunakan SPSS 15 for windows d. Menentukan daerah penolakan hipotesis


(50)

36

Jika probabilitas F >0,05 maka H0 diterima Jika probabilitas F <0,05 maka H0 ditolak e. Mengambil kesimpulan

2. Uji t

Untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas secara parsial terhadap variabel tergantung dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis statistik

Ho: β1 = 0, berarti Insider Ownership tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen

Ho: β1 # 0, berarti Insider Ownership berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen

Ho: β2 = 0, berarti Kebijakan Hutang tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen

Ho: β2 # 0, berarti Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen

b. Menentukan level of significance (α) sebesar 5%

c. Menghitung besarnya t hitung dengan menggunakan SPSS 15 for windows d. Menentukan daerah penolakan hipotesis

Jika probabilitas t> 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitas t < 0,05 maka H0 ditolak e. Mengambil kesimpulan


(51)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Perusahaan ini didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma berdasarkan Akta Pendirian No.228 tanggal 14 Agustus 1990 yang diubah dengan Akta No.249tanggal 15 November 1990 dan yang diubah kembali dengan Akta No.171 tanggal 20 Juni 1991, semuanya dibuat dihadapan Benny Kristanto, SH., Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.C2-2915.HT.01.01Th.91 tanggal 12 Juli 1991, serta telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No.579, 580dan 581 tanggal 5 Agustus 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.12tanggal 11 Februari 1992, Tambahan No.611.

Perseroan mengubah namanya yang semula PT Panganjaya Intikusuma menjadi PT Indofood Sukses Makmur, berdasarkan keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham yang dituangkan dakam Akta Risalah Rapat No.51 tanggal 5Februari 1994 yang dibuat oleh Benny Kristianto, SH., Notaris di Jakarta.

4.1.2. Sejarah PT Multi Bintang Indonesia Tbk

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (IDX: MLBI) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi minuman yang bermarkas di


(52)

38

Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1973. Perusahaan ini menghasilkan minuman seperti Bir Bintang.Perusahaan ini berdiri pada tahun 1931 di bawah nama NV Nederlandcsh Indische Bierbrouwerijen. Sajak tahun 1936, perusahaan ini berada di bawah pengawasan perusahaan Belanda yaitu Heineken International Beheer BV. Produk yang dihasilkan adalah bir dengan merk Bir Bintang dan Guiness. Bir Bintang menguasai lebih dari 60% bagian dari pasar bir. Perusahaan sudah berkerjasama dengan Heikenen Technische Beheer dan Guinness Overseas Ltd. Setelah melakukan penjualan minuman di Medan pada bulan April 1994, perusahaan memiliki tempat untuk memproduksi bir di Mojosari, Jawa Timur dan Tangerang, Jawa Barat. Diakhir tahun 1994 perusahaan berkantor pusat di Tangerang dan sekarang berkantor di Jl. Daan Mogot Km 19 Bag 3264 Jakarta dan memiliki pabrik di Ngagel, Surabaya dan Sampangagung, Mojokerto untuk menaikan kapasitas produksi dari 300.000 menjadi 800.000 hekto liter. Dengan total produksi 60 Juta liter per tahun akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 150.000.000.000 pada tanggal 13 Oktober, perusahaan mulai mengekspor bir ke Jepang dan Australia Utara.

4.1.3. Sejarah PT Mayora Indah, Tbk

Selama puluhan tahun, Mayora Group telah tumbuh menjadi salah

satu nama yang diakui di Industri Fast Moving Consumer Goods.

Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasar dan komitmen untuk menghasilkan produk berkualitas telah membuat Mayora kelompok saat


(53)

Astor, Energen, Torabika dan banyak lagi. Didirikan pada tahun 1977, Mayora Group telah semakin berubah dari industri rumah biskuit rendah hati menjadi salah satu Perusahaan terbesar Cepat Konsumen Pindah Barang dengan 13 Pabrik dan lebih dari 25.000 karyawan.

Mayora Grup menjadi perusahaan publik pada tahun 1990, dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, dan sepanjang tahun-tahun berikutnya, Mayora Group terus ekspansi yang cepat untuk menjadi sebuah Perusahaan berbasis ASEAN, dengan mendirikan fasilitas produksi dan kantor pemasaran di beberapa Asia Tenggara negara. Saat ini, Grup Mayora produk yang dijual di lebih dari 85 negara di seluruh dunia. Didukung tidak hanya oleh logistik modern dan sistem manajemen gudang, tetapi juga didukung oleh jaringan distribusi yang kuat, Mayora Group telah dipertahankan ketersediaan produk di pasar.

Mayora Group telah membuktikan dirinya sebagai produsen produk berkualitas yang mendapatkan beberapa pengakuan dan penghargaan seperti "Top 100 Perusahaan Eksportir di Indonesia" dari majalah Swa, "Lima Perusahaan Terbaik Managed di Indonesia" yang diselenggarakan oleh Asia Money, "Top 100 publik yang terdaftar perusahaan "pada tahun 2009 dan 2010 sebagai posisi pertama dalam bidang Makanan dan Minuman yang dilakukan oleh Majalah Investor Indonesia, serta" Produsen Terbaik dari Produk Halal "pada tahun 2004 oleh Majelis Ulama Indonesia


(54)

40

4.1.4. Sejarah PT Delta Djakarta, Tbk

Perusahaan PT. Delta Djakarta, Tbk didirikan dalam rangka Undang-undag Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 yang telah diubah dengan undang-undang No.11 tahun 1970 berdasarkan akta pendirian No. 35 tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat Keputusan No. J.A 5/75/9 tanggal 26 April 1971. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Bekasi Timur dan mulai beroperasi sejak tahun 1933. Kegiatan utama perusahaan yaitu memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek "Anker", "Carlsberg", "Sam Miguel", "Kuda Putih", "San Mig Light", "sodaku", dan "Soda Ice". Komisaris Utama PT. Delta Djakarta, Tbk bernama Ir. Tubagus Muhammad Rais dan direktur utama bernama Roberto D. De Leon. Pada tahun 1984. Perusahaan memiliki kepemilikan langsung sebesar 90% pada PT. Jangkar Delta Indonesia yang bertindak sebagai distributor dari produk perusahaanPerusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) untuk melakukan penawaran umum atas saham perusahaan kepada masyarakat dan pada tanggal 27 Februari 1984, sejumlah 347.000 saham perusahaan dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham telah dicatat di Bursa Efek Jakarta yang kini Bursa Efek Indonesia sebagai hasil dari penawaran kepada masyarakat Indonesia.

4.1.5. Sejarah PT Fast Food Indonesia

PT. Fastfood Indonesia, Tbk. Didirikan oleh Kelompok Usaha Gelael pada tahun 1978, dan terdaftar sebagai perusahaan publik sejak


(55)

restoran KFC pertama pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta. Keberhasilan restoran QSR (Quick Service Restaurant) pertama ini kemudian diikuti dengan pembukaan restoran KFC di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Sebagai pemegang hak waralaba tunggal KFC hingga saat ini, Perseroan senantiasa membangun brand KFC dan berbekal keberhasilan Perseroan selama 26 tahun, KFC telah menjadi brand hidangan cepat saji yang paling dominan, dan dikenal luas sebagai jaringan restoran cepat saji di negeri ini. Pada saat ini Perseroan memiliki 237 restoran, termasuk 1 unit mobi catering, di lebih dari 50 kota besar di Indonesia, memperkerjakan sekitar 9.280 karyawan dengan total penjualan lebih dari Rp1,028 triliun pada akhir 2005.

Perseroan adalah perusahaan publik yang terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham mayoritas sebesar 79,2% oleh PT. Gelael Pratama (43,6%) dan PT. Megah Eraraharja (35,6%), dan sisa saham lainnya sebesar 20,8% oleh Publik (20%), dan Koperasi (0,8%). PT. Gelael Pratama adalah Kelompok Usaha Gelael sebagai pendiri KFC di Indonesia, sementara PT. Megah Eraraharja adalah anak perusahaan Kelompok Salim yang bergabung dengan Perseroan sebagai pemegang saham mayoritas pada tahun 1990.

4.1.6. Sejarah PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk

PT. SMART, Tbk. Medan merupakan perusahaan yang termasuk dalam SINAR MAS GROUP. Nama perusahaan PT. SMART, Tbk. merupakan singkatan dari PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology,


(56)

42

Tbk. Di dalam melaksanakan operasional usahanya, PT. SMART, Tbk. Medan mempunyai pabrik beserta kelengkapan fasilitas produksi utama dan pendukung yang berada di kawasan Belawan, Medan, Sumatera Utara dengan status hak milik yang dikeluarkan oleh pejabat pembuat Akta Tanah Kota Medan Nomor 65 dan oleh kantor Agraria Kota Medan Nomor A 1424361 dan A 1424362, dengan total luas lahan 64.970 m2 dengan dukungan instalasi Tangki Timbun (Bulking Installation) yang berada di Jalan Balmerah Baru III, Belawan II, Kecamatan Medan Belawan, Medan.

PT. SMART, Tbk. dikenal dengan nama PT. Ivo Mas Tunggal yang berdiri pada tahun 1984 dengan pengolahan utama produk menggunakan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi produk minyak goreng dan stearin. Pada lokasi yang sama, tahun 1986 PT. SMART Corporation didirikan dengan pengolan Palm Kernel (PK) menjadi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Palm Kernel Expeler (PKE). Sejalan dengan perkembangan usaha, maka sejak tahun 2000, kedua perusahaan disatukan menjadi satu perusahaan dengan menggunakan nama perusahaan PT. SMART, Tbk.

4.1.7. Sejarah PT Tunas Baru Lampung

Perusahaan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk didirikan berdasarkan akta No. 23 tanggal 22 Desember 1973 dari Halim Kurniawan, S.H., notaris di Teluk Betung dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. Y.A 5/233/25 tanggal 10 Juli 1975. Perusahaan berdomisili di Jakarta, kantor pusat Perusahaan terletak di Wisma Budi, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-6, Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi di


(57)

perkebunan yang terletak di Terbanggi Besar – Lampung Tengah, Banyuasin – Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat, sedangkan perkebunan anak perusahaan terletak di Lampung Tengah, Lampung Utara, Palembang dan Jambi dengan jumlah lahan perkebunan kurang lebih seluas 130,86 ribu hektar. Adapun jumlah luas lahan yang ditanami kurang lebih seluas 40,15 ribu hektar. Kegiatan perusahaan meliputi bidang perkebunan, pertanian dan perindustrian, termasuk bergerak dalam bidang produksi minyak goring sawit, minyak goring kelapa, minyak kelapa, minyak sawit (Crude Palm Oil atau CPO) dan sabun, serta bidang perkebunan dan Hibrida. Pada tanggal 31 Desember 1999, perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) dengan surat No. S-2735/PM/1999 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 140.385.000 saham perusahaan dengan nilai nominal Rp 500 per saham kepada masyarakat. Presiden Komisaris perusahaan ini bernama Santoso Winata dan Presiden Direktur bernama Widarto. Perusahaan memiliki 12 anak perusahaan yang semuanya bergerak dibidang perkebunan.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Tentang Profitabilitas (X1)

Profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada dalam perusahaan. Berikut ini akan disajikan mengenai informasi profitabilitas dari perusahaan Food and Beverage mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2010, selengkapnya sebagai berikut :


(58)

44

Tabel 4.1.

Rekapitulasi Data Profitabilitas

Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010

No Nama Perusahaan Tahun ROA

1 PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 2007 0,033

2008 0,026

2009 0,051

2010 0,062

2 PT Multi Bintang Indonesia, Tbk 2007 0,136

2008 0,236

2009 0,343

2010 0,390

3 PT Mayora Indah Tbk 2007 0,075

2008 0,067

2009 0,115

2010 0,110

4 PT Delta Djakarta Tbk 2007 0,080

2008 0,120

2009 0,166

2010 0,197

5 PT Fast Food Indonesia, Tbk 2007 0,163

2008 0,160

2009 0,175

2010 0,161

6 PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk 2007 0,123

2008 0,103

2009 0,073

2010 0,042

7 PT Tunas Baru Lampung, Tbk 2007 0,040

2008 0,023

2009 0,090

2010 0,068

Sumber: Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa selama periode tahun 2007 hingga tahun 2010, perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas tertinggi adalah PT Multi Bintang Indonesia, Tbk pada tahun 2010 yakni dengan nilai sebesar 0,390, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas terendah adalah PT Tunas Baru Lampung, Tbk dengan nilai sebesar 0,023 pada tahun 2007. Tingginya rasio profitabilitas yang dimliki


(59)

oleh perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sudah cukup baik. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk melakukannya. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan mengingat Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menunjang dan meningkatkan profit.

4.2.2. Deskripsi Tentang Earning Per Share (EPS) (X2)

Kebijakan Hutang adalah Kebijakan utang menggambarkan keputusan yang diambil oleh manajemen dalam menentukan sumber pendanaannya. Berikut ini akan disajikan mengenai informasi kebijakan hutang dari perusahaan Food and Beverage mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2010, selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 4.2.

Rekapitulasi Data Kebijakan Hutang Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010

No Nama Perusahaan Tahun DEBT

1 PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 2007 0,199

2008 0,257

2009 0,340

2010 0,266

2 PT Multi Bintang Indonesia, Tbk 2007 0,060

2008 0,038

2009 0,036

2010 0,030

3 PT Mayora Indah Tbk 2007 0,121

2008 0,300

2009 0,265


(60)

46

No Nama Perusahaan Tahun DEBT

4 PT Delta Djakarta Tbk 2007 0,047

2008 0,044

2009 0,040

2010 0,036

5 PT Fast Food Indonesia, Tbk 2007 0,102

2008 0,094

2009 0,078

2010 0,087

6 PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk 2007 0,291

2008 0,246

2009 0,244

2010 0,192

7 PT Tunas Baru Lampung, Tbk 2007 0,397

2008 0,319

2009 0,326

2010 0,260

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa selama periode tahun 2007 hingga tahun 2010, perusahaan yang memiliki rasio kebijakan hutang tertinggi adalah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk pada tahun 2009 yakni dengan nilai sebesar 0,340, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio kebijakan hutang terendah adalah PT Multi Bintang Indonesia, Tbk dengan nilai sebesar 0,030. Tingginya rasio kebijakan hutang yang dimliki oleh perusahaan tersebut dapat disebabkan karena kebijakan hutang mempunyai pengaruh pendisiplinan perilaku manajer. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran kebangkrutan mendorong manajer agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga sehingga


(61)

mengurangi free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri.

4.2.3. Deskripsi Tentang Kebijakan Dividen (Y)

Kebijakan dividen merupakan kebijakan menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Berikut ini akan disajikan mengenai informasi kebijakan dividen dari perusahaan Food and Beverage mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2010, selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 4.3.

Rekapitulasi Data Kebijakan Dividen Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010

No Nama Perusahaan Tahun Kebijakan Dividend

1 PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 2007 0,00

2008 0,00

2009 39,34

2010 0,00

2 PT Multi Bintang Indonesia, Tbk 2007 89,89

2008 142,17

2009 22,59

2010 0,10

3 PT Mayora Indah Tbk 2007 21,62

2008 19,53

2009 0,00

2010 0,00

4 PT Delta Djakarta Tbk 2007 0,00

2008 0,00

2009 120,25

2010 120,47

5 PT Fast Food Indonesia, Tbk 2007 19,57

2008 20,28

2009 20,34

2010 0,00

6 PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk 2007 1,45

2008 49,45

2009 28,74

2010 0,00

7 PT Tunas Baru Lampung, Tbk 2007 0,00

2008 0,00

2009 6,06

2010 15,38


(62)

48

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa selama periode tahun 2007 hingga tahun 2010, perusahaan yang membagikan dividen tertinggi adalah PT Multi Bintang Indonesia, Tbk, Tbk pada tahun 2008 yakni dengan nilai sebesar 142,17, sedangkan perusahaan yang pernah tidak membagikan dividen adalah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk pada tahun 2007-2008 dan tahun 2010, PT Mayora Indah Tbk pada tahun 2009-2010, PT Delta Djakarta Tbk tahun 2007-2008, PT Fast Food Indonesia, Tbk tahun 2010, PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk tahun 2010 dan PT Tunas Baru Lampung, Tbk pada tahun 2007-2008. Mampunya suatu perusahaan membayarkan dividen yang cukup tinggi tersebut dapat disebabkan karena keunrungan yang dimliki oleh perusahaan cukup besar dan perusahaan pada saat tersebut telah menyelesaikan segala kewajibannya sehingga sisa keuntungan masih dpaat dibagikan pada pemegang saham dalam bentuk dividen.

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian 4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode

diantaranya adalah uji regresi OLS (Ordinary least Square), dimana

distribusi sampling dari regresi OLS tergantung pada distribusi residual (e), apabila residual (e) berdistribusi normal dengan sendirinya bo dan b1 juga berdistribusi normal. (Gujarati, 1995:66). Komponen penganggu e harus tersebar mengikuti sebaran normal dengan nilai tengah = 0 dengan


(63)

varaian sebesar σ2. Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai

metode diantaranya adalah One Sample-Kolmogorov Smirnov. Dalam

regresi OLS b0 dan b1 adalah fungsi linier dari Y dan Y adalah fungsi linier dari uI (residual). Hasil pengujian normalitas yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

28 ,0000000 36,80797280 ,162 ,162 -,088 ,855 ,458 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai statistik Asymp.Sig yang diperoleh mempunyai taraf signifikan yang lebih dari dari 0,05 yaitu sebesar 0,458, dimana nilai tersebut telah sesuai dengan kriteria bahwa sebaran data disebut berdistribusi normal apabila memiliki taraf signifikan > 0,05 (Gujarati, 1995:66).

4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik 4.3.2.1.Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi penting dari model asumsi klasik adalah bahwa kesalahan atau gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak berkolerasi atau tidak dipengaruhi oleh kesalahan atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun. Autokolerasi ini


(64)

50

bertujuan untuk mengetahui apakah kesalahan penggangu pada periode tertentu berkolerasi dengan kesalahan penggangu pada periode lainnya. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan di antara gangguan atau disturbansi ui atau ei yang masuk ke dalam fungsi regresi (Gujarati, (1995) dalam Meythi (2006)). Dalam penelitian ini terjadi atau tidaknya autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson.

Secara umum dengan menggunakan angka Durbin-Watson bisa diambil patokan kriteria penilaian bebas atau tidaknya dari uji autokorelasi (Santoso (2000) dalam Meythi (2006)), yakni:

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif ,

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi 3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi.

Hasil pengujian autokorelasi dapat disajikan pada tabel di bawah ini, selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

1,606 Model

1

Durbin-Watson

Dependent Variable: Kebijakan Dividen b.

Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Durbin-Watson adalah 1,606, dimana nilai tersebut berada diantara -2


(1)

Kebijakan Dividen (Y) memiliki nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,443 (lampiran 3).

Hal tersebut menunjukkan adanya korelasi yang kurang kuat antara variabel Profitabilitas (X1) dan Kebijakan Hutang (X2) dengan Kebijakan

Dividen (Y), sedangkan besarnya nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,196 (lampiran 3) yang berarti bahwa variabel Profitabilitas (X1) dan

Kebijakan Hutang (X2) mampu menjelaskan perubahan pada variabel

Kebijakan Dividen (Y) sebesar 19,6% dan sisanya sebesar 80,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

4.3.4.2.Untuk pengujian hipotesis uji t

Untuk pengaruh nyata tidaknya masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengaruh Variabel Profotabilitas (X1) Terhadap Kebijakan

Dividen (Y)

Nilai koefisien korelasi (r) parsial variabel profitabilitas (X1) dengan

kebijakan dividen (Y) adalah sebesar -0,328. Sedangkan nilai koefisien determinasi atau pengaruh (r2) parsial variabel profitabilitas (X1) terhadap kebijakan dividen (Y) adalah sebesar (-0,328)2 = 0,108

atau 10,8%. Jadi pengaruh yang telah diberikan oleh Variabel profitabilitas (X1) terhadap kebijakan dividen (Y) sebesar 10,8%.

Sedangkan nilai thitung yang diperoleh adalah -1,738 dengan taraf

signifikan sebesar 0,095. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05 dan bertanda negatif, maka dapat disimpulkan bahwa


(2)

56

pengaruh yang diberikan oleh profitabilitas (X1) terhadap kebijakan

dividen (Y) adalah negatif dan tidak signifikan.

2. Pengaruh Variabel Kebijakan Hutang (X2) Terhadap Kebijakan

Dividen (Y)

Nilai koefisien korelasi (r) parsial variabel kebijakan hutang (X2)

dengan kebijakan dividen (Y) adalah sebesar 0,018. Sedangkan nilai koefisien determinasi atau pengaruh (r2) parsial adalah sebesar (0,018)2 = 0,0003 atau 0,03%. Jadi pengaruh yang telah diberikan oleh Variabel kebijakan hutang (X2) terhadap kebijakan dividen (Y) adalah sebesar

0,03%. Sedangkan nilai thitung yang diperoleh adalah 0,091 dengan taraf

signifikan sebesar 0,928. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05 dan bertanda positif, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang diberikan oleh kebijakan hutang (X1) terhadap

kebijakan dividen (Y) adalah positif dan tidak signifikan.

4.4. Pembahasan

Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap pengaruh dari profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen ketujuh perusahaan food and beverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2007 hingga tahun 2010 diperoleh hasil bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,443 atau sebesar 44,3%, berarti kedua faktor yakni profitabilitas dan kebijakan hutang mempunyai hubungan yang lemah terhadap kebijakan dividen. Sedangkan


(3)

sebesar 19,6% terhadap kebijakan dividen ketiga perusahaan food and beverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2007 hingga tahun 2010.

4.4.2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai thitung yang

diperoleh adalah -1,738 dengan taraf signifikan sebesar 0,095. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05 dan bertanda negatif, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang diberikan oleh profitabilitas (X1) terhadap kebijakan dividen (Y) adalah negatif dan tidak

signifikan.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan food and beverage yang menjadi sampel dalam penelitian ini ketika memiliki keuntungan yang besar, perusahaan justru akan menekan pembagian dividen. Hal tersebut dapat disebabkan karena kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk melakukannya. Dalam hal ini, perusahaan ketika memperoleh keuntungan akan dialokasikan sebagai laba ditahan guna dipersiapkan sebagai biaya investasi.

Hasil penelitian ini tidak dapat mendukung teori yang dikemukakan oleh Penelitian Jensen et al (1992) serta Chen dan Steiner (1999) dalam Dewi (2008) dan penelitian yang dilakukan oleh Sudarsi (2002) yang


(4)

58

menyebutkan bahwa semakin besar keuntungan perusahaan maka akan semakin besar membayar dividennya.

4.4.3. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai thitung yang

diperoleh adalah 0,091 dengan taraf signifikan sebesar 0,928. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05 dan bertanda positif, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang diberikan oleh kebijakan hutang (X1) terhadap kebijakan dividen (Y) adalah positif dan tidak signifikan.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan terlampau banyak memanfaat sumber pemodalan dari modal asing, sebab para pemegang saham menuntut agar perusahaan tetap membagikan dividen meskipun dalam kondisi hutang yang cukup tinggi. Hal ini tentunya akan semakin menguatkan Agency Cost of Debt dengan semakin memperbesar hutang perusahaan.

Hasil penelitian ini tidak dapat mendukung teori yang dikemukakan oleh Jensen et.al (1992) didukung oleh penelitian Megginson (1997) serta Chen dan Steiner (1999) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha mengurangi Agency Cost of Debt dengan mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga para pemegang saham akan merelakan dividennya untuk membiayai


(5)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis yang menyatakan diduga bahwa Profitabilitas berpengaruh

positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen tidak dapat terbukti kebenarannya.

2. Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga bahwa Kebijakan Hutang

berpengaruh negatif signfikan terhadap Kebijakan Dividen tidak dapat terbukti kebenarannya.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat diajukan beberapa saran:

a. Perusahaan

Dengan tidak terbuktinya semua variabel bebas sebagai faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, diharapkan perusahaan dapat lebih mengkaji kembali dalam mengambil kebijakan-kebijakan dalam hal hutang maupun pemanfaatan profitabilitas dengan jalan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik sehingga kondisi perusahaan dpat berjalan dengan stabil dan jauh dari kesulitan keuangan.


(6)

60

b. Bagi penelitian selanjutnya

Pada penelitian ini peneliti belum mampu menunjukkan adanya pengaruh parsial maupun simultan secara signifikan dari faktor profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap terhadap kebijakan dividen ketujuh perusahaan food and beverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2007 hingga tahun 2010, untuk itu diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan pengembangan terhadap berbagai faktor yang memiliki kemungkinan dapat berpengaruh terhadap kebijakan dividen seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional atau ukuran perusahaan.