Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dengan Pendanaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Food And Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

(1)

PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

TESIS

Oleh

HALOMOAN SIHOMBING

097017057/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HALOMOAN SIHOMBING

097017057/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

Nama Mahasiswa : Halomoan Sihombing Nomor Pokok : 097017057

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,CA) (Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si,Ak) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,Ak,CPA) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec., Ac., CA. Anggota : 1. Drs. M. Zainul Bahri Torong, M. Si., Ak.

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., CPA. 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M. Si., Ak.


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

“Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dengan Pendanaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Food And Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber – sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 28 Agustus 2013 Yang membuat pernyataan :


(6)

AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

oleh

Halomoan Sihombing 097017057/Akt

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia dan juga untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverage yang yang tergabung di Bursa Efek Indonesia. Dari 20 perusahaan sebagai populasi diambil sampel sebanyak 4 perusahaan yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan food and beverage yang masih tetap terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan perusahaan secara lengkap serta menghasilkan laba dan membagikan dividen mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji interaksi.

Hasil pengujian hipotesis pertama secara simultan (serempak) menunjukkan bahwa kedua variabel independen profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan secara parsial (individu) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sementara likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pendanaan, interaksi profitabilitas dengan pendanaan, dan interaksi likuiditas dengan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa variabel pendanaan bukanlah merupakan variabel moderating. Penelitian ini akan memperlihatkan bahwa pendanaan tidak dapat memperkuat pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen.


(7)

THE FOOD AND BEVERAGE COMPANY REGISTERED IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE)

by

Halomoan Sihombing 097017057/Akt

ABSTRACT

The purpose of this causal associative study was to simultaneously and partially test and analyze the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the food and beverage companies registered in the Indonesian Stock Exchange and whether or not financing can strengthen or weaken the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the companies of food and beverage industry registered in the Indonesian Stock Exchange. The population of this study was 20 companies and 4 (four) of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling method under the criteria that the food and beverage companies was active and registered in the Indonesian Stock Exchange from 2003 to 2010 as categoried by the Indonesian Stock Exchange, published the complete financial reports of their companies, and had made profit and distributed cashed dividend from 2003 to 2010. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis with residual test. The result of the first hypothesis analysis showed that simultaneously the independent variables of profitability and liquidity had a significant influence on the dividend policy, while partially the independent variable of profitability had a significant influence on the dividend policy but the independent variable of liquidity did not have a significant influence on the dividend policy. The result of the second hypothesis analysis showed that simultaneously profitability, liquidity, financing, profitability interaction with financing, and liquidity interaction with financing had influence on the divided policy, but partially did not have any significant influence on the dividend policy. The variable of financing is not the moderating variable because the coefficient value of its parameter was positive even though it was significantly influencing that the variable of financing cannot strengthen or weaken the influence of the variables of profitability and liquidity on the variable of dividend policy.


(8)

Havenu Shalom Alleheim....

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Terpujilah Allah Bapa yang memberi kehidupan dan pengetahuan, AnakNya Tuhan Yesus Kristus yang memberi jaminan keselamatan dan kehidupan kekal, dan Allah Roh Kudus yang meberi kekuatan dan penghiburan bagi umat manusia. Dengan hati yang penuh ucapan syukur dan luapan sukacita yang luar biasa, penulis sungguh merasakan jamahan kuasa, bimbingan, dan pertolongan Tuhan yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan sehingga penulis dimampukanNya untuk menyelesaikan tesis ini.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak lepas dari pengorbanan dan bantuan dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Damang Parsinuan Ir. S. M. Sihombing dan Dainang Pangintubu T. br. Nababan) yang selalu mencurahkan kasih sayang dan perhatian yang sungguh indah dan mengesankan dengan penuh kesabaran dalam mendidik dan menasihati. Juga Abang Ruben Sihombing, S. T., dan Kakak Esther Margaretha br. Simbolon, S. E. serta Ananda Grace Cana Aurora Elisabet br. Sihombing, Yovel Parlindungan Christo Sihombing, dan


(9)

2. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara besarta seluruh stafnya.

3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara beserta seluruh stafnya.

4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., CPA. selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., CA. selaku Dosen Pembimbing Tesis yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran-saran kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing Tesis yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan serta memberikan saran-saran kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(10)

ini.

9. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

10.Rekan-rekan mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi Khususnya Angkatan XVII, dan pihak-pihak lain yang tidak disebutkan yang telah mendukung dan memberikan saran yang membangun kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih diperlukan masukan dan saran yang membangun guna perbaikan dan kesempurnaan, dan akhirnya harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Allah harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil. Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.

Medan, 28 Agustus 2013 Penulis,


(11)

Nama : Halomoan Sihombing Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 22 Januari 1981 Agama : Kristen Protestan Status : Belum Menikah Orang tua:

Ayah : S. M. Sihombing Ibu : T. Br. Nababan

Alamat : Jalan Gatot Subroto Km. 7,5 Pasar 1 Gang Aman No. 5B Medan

Pendidikan : SD Santo Thomas 1 Medan (Lulus tahun 1993) SMP Santo Thomas 3 Medan (Lulus tahun 1996) SMU Santo Thomas 3 Medan (Lulus tahun 1999) Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen (Lulus tahun 2003)


(12)

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT……….. ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

RIWAYAT HIDUP ……….. v

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ………..……… 1

1.1. Latar Belakang Penelitian .……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 12

1.3. Tujuan Penelitian ……… 12

1.4. Manfaat Penelitian ………. 13

1.5. Originalitas Penelitian ……… 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..……… 16

2.1. Landasan Teori ..……….. 16

2.1.1.Teori tentang dividen ……….. 16

2.1.1.1. Pengertian Dividen ……….. 16

2.1.1.2. Jenis Dividen ……….….. 17


(13)

2.1.2.Teori tentang profitabilitas ……… 29

2.1.2.1. Pengertian Profitabilitas ……… 29

2.1.2.2. Rasio Profitabilitas ………... 31

2.1.3.Teori tentang likuiditas ………... 34

2.1.4.1. Pengertian Likuiditas ……….. 34

2.1.4.2. Rasio Likuiditas ……… 36

2.1.4.Teori tentang pendanaan ………... 38

2.1.4.1. Pengertian Pendanaan ……….. 38

2.1.4.2. Rasio Pendanaan ……… 42

2.2. Tinjauan Penelitian terdahulu ……… 44

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ……….. 47

3.1. Kerangka Konseptual ... 47

3.2. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...……….... 51

4.1. Jenis Penelitian ... 51

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

4.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 53 4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Penelitian 53


(14)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

5.1. Deskriptif Data Penelitian ... 66

5.2. Analisis Data ... 69

5.2.1. Hasil pengujian normalitas data ... 69

5.2.2. Hasil pengujian multikolinearitas ... 71

5.2.3. Hasil pengujian heteroskedastisitas ... 71

5.2.4. Hasil pengujian autokorelasi ………... 72

5.3. Pengujian Hipotesis ... 73

5.3.1. Hasil pengujian hipotesis pertama ... 74

5.3.2. Hasil pengujian hipotesis kedua ... 76

5.4. Pembahasan Hipotesis ... 76

5.4.1. Pembahasan hipotesis pertama ... 80

5.4.1. Pembahasan hipotesis kedua ……... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………... 88

6.1. Kesimpulan ... 88

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 90

6.3. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(15)

Halaman

2.1. Penelitian terdahulu ... 46

4.1. Proses Pengambilan Sampel ... 53

4.2. Definisi Operasional Variabel ... 57

5.1. Deskriptif Data Penelitian ... 66

5.2. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 70

5.3. Variance Inflation Factor (VIF) ... 71

5.4. Model Summary ... 73

5.5. Adjusted R Square ………. 74

5.6. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen secara Simultan ... ... 74

5.7. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen secara Parsial ... 75

5.8. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas, dan Pendanaan sebagai Variabel Moderating terhadap Kebijakan Dividen secara Simultan ... 77

5.9. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas, dan Pendanaan sebagai Variabel Moderating terhadap Kebijakan Dividen secara Parsial.. ... 77


(16)

Halaman 3.1. Bagan Kerangka Konseptual ... 48 5.1. Uji Normalitas Grafik P-P Plot Residual ... 70 5.2. Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot ... 72


(17)

AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

oleh

Halomoan Sihombing 097017057/Akt

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia dan juga untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverage yang yang tergabung di Bursa Efek Indonesia. Dari 20 perusahaan sebagai populasi diambil sampel sebanyak 4 perusahaan yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan food and beverage yang masih tetap terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan perusahaan secara lengkap serta menghasilkan laba dan membagikan dividen mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji interaksi.

Hasil pengujian hipotesis pertama secara simultan (serempak) menunjukkan bahwa kedua variabel independen profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan secara parsial (individu) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sementara likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pendanaan, interaksi profitabilitas dengan pendanaan, dan interaksi likuiditas dengan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa variabel pendanaan bukanlah merupakan variabel moderating. Penelitian ini akan memperlihatkan bahwa pendanaan tidak dapat memperkuat pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen.


(18)

THE FOOD AND BEVERAGE COMPANY REGISTERED IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE)

by

Halomoan Sihombing 097017057/Akt

ABSTRACT

The purpose of this causal associative study was to simultaneously and partially test and analyze the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the food and beverage companies registered in the Indonesian Stock Exchange and whether or not financing can strengthen or weaken the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the companies of food and beverage industry registered in the Indonesian Stock Exchange. The population of this study was 20 companies and 4 (four) of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling method under the criteria that the food and beverage companies was active and registered in the Indonesian Stock Exchange from 2003 to 2010 as categoried by the Indonesian Stock Exchange, published the complete financial reports of their companies, and had made profit and distributed cashed dividend from 2003 to 2010. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis with residual test. The result of the first hypothesis analysis showed that simultaneously the independent variables of profitability and liquidity had a significant influence on the dividend policy, while partially the independent variable of profitability had a significant influence on the dividend policy but the independent variable of liquidity did not have a significant influence on the dividend policy. The result of the second hypothesis analysis showed that simultaneously profitability, liquidity, financing, profitability interaction with financing, and liquidity interaction with financing had influence on the divided policy, but partially did not have any significant influence on the dividend policy. The variable of financing is not the moderating variable because the coefficient value of its parameter was positive even though it was significantly influencing that the variable of financing cannot strengthen or weaken the influence of the variables of profitability and liquidity on the variable of dividend policy.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan yang menyangkut pembelanjaan internal perusahaan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap nilai perusahaan atau harga saham perusahaan di pasar modal. Manajer perusahaan harus memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan khususnya mengenai kegiatan operasional dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kekayaan perusahaan dan nilai perusahaan, manajer akan mengambil keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

Fenomena yang terjadi dalam kebijakan dividen dapat dilihat dari keputusan yang dilakukan oleh manajer perusahaan dalam hal penggunaan laba yang diperoleh perusahaan yaitu berapa besarnya bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen dan berapa besarnya bagian laba yang dijadikan sebagai laba ditahan untuk pembelanjaan investasi. Dalam kondisi informasi yang tidak seimbang (asymmetric information), manajer perusahaan dapat menggunakan strategi dalam kebijakan dividen. Kebijakan dividen yang akan diputuskan oleh manajer perusahaan ini menyangkut keputusan mengenai berapa besarnya jumlah dividen dan dalam bentuk apa dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan kepada para


(20)

pemegang saham. Kebijakan dividen ini juga menentukan tentang keputusan, apakah laba seluruhnya dibagikan kepada para pemegang saham atau ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk pembelanjaan investasi di masa yang akan datang (reinvestasi).

Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting bagi perusahaan dan dividen merupakan keuntungan yang diharapkan para pemegang saham. Oleh karena itu, manajer perusahaan harus dapat menetapkan dengan seksama kebijakan dividen yang akan diterapkan oleh perusahaan agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen itu sangat penting bagi perusahaan karena kebijakan dividen tersebut dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh para pemegang saham dan berapa banyak pula keuntungan yang akan diperoleh perusahaan sebagai laba ditahan.

Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan penggunaan laba yang diperoleh perusahaan yaitu apakah laba akan dibagikan kepada para memegang saham atau dijadikan sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali pada masa mendatang. Kebijakan dividen harus mengakomodasikan kepentingan pendanaan perusahaan berupa laba ditahan dan kepentingan investor berupa dividen yang merupakan bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham atas dasar persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) baik dalam bentuk dividen tunai (cash dividend) maupun


(21)

dalam bentuk dividen saham (stock dividend) (Darmaji dan Fachruddin, 2001:130).

Masalah yang terdapat dalam kebijakan dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi para pemegang saham maupun bagi perusahaan yang akan membayarkan dividen kepada investor. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di pihak lain perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan sekaligus harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya.

Tetapi kedua hal tersebut saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Jika bagian laba perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen lebih tinggi daripada bagian laba yang ditahan, maka ketergantungan perusahaan terhadap sumber dana eksternal akan semakin besar. Jika perusahaan ingin menahan sebahagian besar dari pendapatannya sebagai laba ditahan, maka bagian pendapatan yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen semakin kecil sehingga hal ini akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan akibatnya akan mengurangi atau menurunkan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Pertimbangan dalam melakukan kebijakan dividen untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada para investor diduga sangat


(22)

berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan yang baik diharapkan mampu untuk menetapkan besarnya pembayaran dividen sesuai dengan harapan pemegang saham yaitu mendapatkan dividen dalam jumlah yang besar. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada investor, maka perusahaan dinilai memiliki kinerja yang baik karena perusahaan dapat memberikan keuntungan kepada investor sehingga penilaian investor terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik.

Pada umumnya perusahaan yang dapat melakukan pembayaran dividen kepada para investornya merupakan perusahaan yang memiliki laba dan struktur keuangan yang baik. Apabila perusahaan dapat meningkatkan pembayaran dividen, maka hal ini merupakan bukti semakin membaiknya kinerja perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dibaca melalui laporan keuangan dengan menganalisis rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut. (Wild, et.al., 2005:36). Dari hasil analisis rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen, antara lain: profitabilitas, likuiditas, pendanaan, pembayaran pinjaman, tingkat pengembalian investasi, tingkat pengembalian aset, dan stabilitas keuntungan.

Profitabilitas menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin besar (Sartono, 2001:123). Profitabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau profit berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka


(23)

perusahaan akan mendapatkan laba yang tinggi dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula.

Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2004 : 41). Di dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang saham. Hal ini dikarenakan, untuk membayar dividen diperlukan ketersediaan dana dalam hal ini adalah kas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham.

Pendanaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri. Semakin tinggi kewajiban maka akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sartono, 2001:121). Pendanaan merupakan pendanaan perusahaan melalui hutang erat kaitannya dengan struktur modal dan hutang dalam hal ini leverage merupakan sumber pendanaan ekternal (external financing) untuk membiayai kegiatan perusahaan. Apabila leverage rendah, berarti perusahaan memiliki jumlah utang relatif sedikit daripada modal sendiri, hal ini akan berpengaruh terhadap perolehan laba. Jika jumlah hutang perusahaan relatif sedikit, maka


(24)

laba yang diperoleh hanya sebagian kecil yang dibayarkan untuk bunga pinjaman sehingga laba bersih akan semakin besar. Perusahaan yang memiliki utang sedikit mengakibatkan kebutuhan dana untuk membayar cicilan hutang dan biaya bunga yang ditanggung menjadi relatif sedikit. Jika perusahaan memperoleh laba bersih sebelum pajak dalam jumlah yang tinggi maka laba yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin tinggi sehingga dividen yang dibayarkan akan semakin tinggi.

Selain variabel-variabel independen di atas, masih banyak faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kebijakan dividen. Faktor-faktor lain tersebut tidak ikut dijadikan sebagai objek penelitian ini. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:387), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain: faktor hukum, posisi likuiditas, pembayaran pinjaman jangka panjang, kontrak pinjaman, pengembangan aktiva perusahaan, tingkat pengembalian asset, stabilitas keuntungan, pasar modal, pengendalian terhadap perusahaan, dan keputusan kebijakan dividen. Menurut Riyanto (2001:260), faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain: posisi likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat perluasan perusahaan, dan pengawasan terhadap perusahaan.

Dalam penelitian terdahulu menunjukkan adanya perbedaan pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Darminto (2008), menyimpulkan bahwa secara simultan profitabilitas, likuiditas, struktur modal, dan struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial,


(25)

profitabilitas dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sementara likuiditas dan struktur kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian Arilaha (2009), menyimpulkan bahwa secara simultan free cash flow, profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial hanya profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sementara free cash flow, likuiditas, dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian Simbolon (2009) menyimpulkan bahwa secara simultan, variabel likuiditas, profitabilitas, dan leverage berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Sedangkan secara parsial, hanya profitabilitas yang berpengaruh secara signifikan sementara likuiditas dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

Objek penelitian ini mengambil sampel perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pertimbangan adalah sebagai berikut:

1. Ditinjau dari pergerakan harga dan jumlah saham yang beredar jauh lebih stabil karena tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi perekonomian sebab industri produk food and beverage tetap dibutuhkan meskipun kondisi perekonomian sedang melesu.

2. Karena pergerakan harga dan jumlah saham yang beredar lebih stabil, maka saham ini cocok bagi para investor yang bersifat tidak mengambil


(26)

risiko. Misalnya adalah saham makanan dan minuman, rokok, farmasi, dan barang-barang konsumer, seperti saham Indofood, Unilever dan Kimia Farma.

3. Adanya ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu yang dilakukan pada perusahaan food and beverage sehingga perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakandividen.

Alasan lain yang menjadi pertimbangan peneliti menjadikan perusahaan

food and beverage menjadi sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah karena sektor industri makanan dan minuman memang paling memikat karena setiap orang perlu makan dan minum untuk bisa bertahan hidup, sehingga sektor ini tidak ada matinya. Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) menyebutkan bahwa industri makanan dan minuman sudah siap meluncurkan produksinya untuk mensubsitusi peluang pasar. Produksi tidak terlalu menjadi masalah, karena saat ini kapasitas seluruh industri makanan dan minuman baru terpakai sekitar 80%. Ia menyebutkan industri susu, tepung, kopi, sereal dan minuman berpeluang meningkatkan produksi sekitar 10%, selain itu industri yang berbasis bahan bakunya banyak dari dalam negeri, seperti coklat, minyak goreng, dan terigu (Majalah SWA 04/XXV/19 Februari-4 Maret 2009).

Sesuai dengan Horne dan Wachowicz (2005:2) menyatakan bahwa likuiditas merupakan faktor pertimbangan utama dalam fenomena kebijakan dividen yang rendah, sedangkan profitabilitas dan pendanaan merupakan pertimbangan utama pada kebijakan dividen yang tinggi. Mollah (2003:180) dalam Handoko mengatakan bahwa jika perusahaan mempunyai free cash flow dalam jumlah yang memadai akan lebih baik bila dibagikan pada pemegang


(27)

saham dalam bentuk dividen. Hal ini dimaksudkan agar free cash flow yang ada tidak digunakan untuk sesuatu atau proyek-proyek yang tidak menguntungkan agar ketersediaan kas dapat dipakai untuk kemakmuran pemegang saham sehingga free cash flow yang dihasilkan oleh perusahaan akan berhubungan positif dengan dividen yang dibayarkan perusahaan.

Kebijakan dividen dibuat sehubungan dengan seberapa besar persentase laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen (dividend payout ratio) dan seberapa besar laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan (retained earning). Semakin besar dana yang bersumber dari laba ditahan, maka semakin sedikit dana yang tersedia untuk pembayaran dividen. Laba ditahan ini dapat digunakan perusahaan sebagai cadangan untuk menghadapi kerugian-kerugian yang dapat timbul di masa mendatang, melunasi hutang perusahaan, menambah modal kerja, dan ekspansi. Di pihak lain, pemilik perusahaan juga menginginkan agar sebahagian dari keuntungan yang diperoleh dibagikan sebagai dividen. Manajer keuangan harus dapat menjaga keseimbangan antara kebijakan dividen dengan kepentingan pemilik. Nilai dari dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham harus diseimbangkan dengan biaya kesempatan (opportunity cost) dari laba ditahan sebagai cara pendanaan melalui ekuitas.

Keputusan pendanaan merupakan keputusan mengenai bagaimana perusahaan memilih sumber dana yang akan digunakan untuk mendanai aktivanya. Ada 2 (dua) macam dana atau modal, yaitu: dana sendiri (modal sendiri) dan dana asing (modal asing). Dana sendiri bersumber dari pemilik berupa tambahan modal dan dana dari hasil operasi perusahaan berupa saham dan


(28)

keuntungan yang tidak dibagi atau laba ditahan. Jumlah laba ditahan tergantung pada kebijakan dividen yang dibuat oleh manajer keuangan perusahaan. Dana yang bersumber dari pemilik perusahaan dan dari hasil operasi perusahaan tersebut disebut equity financing atau internal financing. Dana asing bersumber dari kreditor dalam bentuk kredit (pinjaman) berupa penjualan obligasi, kredit dari lembaga keuangan, dan kreditor lainnya. Pinjaman ini terdiri atas pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang. Dana asing ini disebut juga debt financing atau external financing.

Untuk mendapatkan dana, perusahaan juga dapat menjual saham biasa. Dana dari hasil penjualan saham biasa perusahaan berasal dari luar perusahaan. Alasannya, dana yang didapatkan perusahaan melalui penjualan sekuritas (saham) di pasar perdana merupakan hasil transaksi antata perusahaan dengan investor (pihak luar perusahaan). Investor menjadi pemilik perusahaan pada saat ia membeli saham perusahaan. Jika perusahaan memenuhi kebutuhan dana dari emisi saham biasa disebut sebagai external equity financing.

Untuk mengukur apakah keputusan-keputusan keuangan yang dibuat oleh manajer keuangan perusahaan sudah baik dan benar dapat dilihat dari nilai perusahaan atau harga pasar saham biasa. Jika nilai investasi perusahaan meningkat atau harga pasar saham biasa meningkat, maka keputusan-keputusan keuangan perusahaan sudah baik dan benar. Untuk itu keputusan-keputusan keuangan yang dibuat manajemen keuangan harus memperhatikan hal bagaimana memperoleh dana untuk membiayai kegiatan perusahaan, bagaimana mengelola


(29)

dana tersebut sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, dan bagaimana perusahaan mengelola aset yang dimiliki secara efisien dan efektif.

Pada perusahaan yang menginvestasikan dananya lebih banyak akan menyebabkan jumlah dividen tunai yang dibayarkan berkurang, tetapi likuiditas yang baik mampu mengeliminir (memperlemah) hipotesis tersebut karena saat itu perusahaan dapat menunda pembayaran hutang jangka pendeknya. Sebab, likuiditas yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya dan mendanai operasional usahanya sehingga perusahaan dapat membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai.

Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar disebabkan oleh asumsi bahwa investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen. Selain itu, investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (dividen yang stabil).

Pada umumnya perusahaan akan menaikkan dividen hingga suatu tingkatan dimana mereka yakin dapat mempertahankan dividen masa mendatang. Artinya jika terjadi kondisi yang terburuk sekalipun, perusahaan masih dapat mempertahankan pembayaran dividennya.


(30)

equity ratio) merupakan variabel moderating atau tidak sebagai bentuk pengembangan dari penelitian terdahulu. Penelitian pendanaan sebagai variabel moderating yang memoderasi pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen masih sedikit ditemukan pada literatur yang ada.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pendanaan memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen. Alur berpikir penulis adalah perusahaan yang memiliki tingkat pendanaan yang baik akan mampu memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri sehingga perusahaan akan mampu membayar dividen kepada para investor. Jika perusahaan membukukan keuntungan lebih tinggi atau tingkat profitabilitas yang tinggi ditambah dengan tingkat likuiditas yang baik, maka semakin besarlah jumlah dividen yang akan dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham.

Mengingat begitu pentingnya penentuan kebijakan dividen yang harus diputuskan perusahaan melalui pemberian dividen kepada para pemegang saham karena pembagian dividen tersebut akan menambah minat para investor terhadap pembelian saham perusahaan, maka penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh variabel profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan pendanaan dijadikan sebagai variabel moderasi.

Dengan mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut, maka dapat membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana seharusnya perusahaan melaksanakan kebijakan dividen sehingga tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran investor dapat tercapai melalui peningkatan harga saham perusahaan di pasar saham.


(31)

Untuk itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan pendanaan dijadikan sebagai variabel moderasi pada perusahaan food and beverage. Penelitian ini hanya memilih profitabilitas dan likuiditas sebagai variabel bebasnya dan kebijakan dividen sebagai variabel terikatnya dengan pendanaan sebagai variabel moderasi. Kemudian setiap variabel diwakili satu indikator yakni indikator Cash Position mewakili likuiditas, Return on Asset mewakili profitabilitas, dan Debt to Equity Ratio mewakili pendanaan serta Dividend PayoutRatio mewakili kebijakan dividen.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang mempengaruhi kebijakan dividen khususnya pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan judul ”Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dengan Pendanaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas dan likuiditas berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?


(32)

2. Apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan food and beverage yang terdaftatar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan industri food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan, antara lain:

1. Bagi Peneliti. Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah, memperluas wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu manajemen keuangan dan pasar modal Indonesia.

2. Bagi Investor. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan


(33)

dengan harapan para pemegang saham untuk mendapat dividen atas sejumlah dana yang diinvestasikan.

3. Bagi Peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti kebijakan dividen.

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2009) yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Dividend Payout Ratio pada BUMN di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan, variabel likuiditas, profitabilitas, dan leverage berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada BUMN di BEI. Sedangkan secara parsial, hanya profitabilitas yang berpengaruh signifikan sementara likuiditas dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di atas adalah meliputi batasan variabel yang diteliti, jenis perusahaan sampel, dan periode penelitian. Batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan menguji dan menganalisis bagaimana pengaruh variabel bebas (profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan) secara simultan dan parsial terhadap variabel terikat (kebijakan dividen). Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen.


(34)

Penelitian ini menggunakan indikator posisi kas (cash position) untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan yaitu dengan membandingkan saldo kas akhir perusahaan dengan laba bersih setelah pajak. Posisi kas ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan manajemen. Posisi kas mempengaruhi dividen yang merupakan arus kas keluar (cash outflow) sehingga semakin kuat posisi kas, maka semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen. Sedangkan indikator yang digunakan dalam penelitian terdahulu dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan adalah rasio lancar (current ratio) yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Indikator rasio lancar dirasakan kurang tepat dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan karena di bagian aktiva lancar ini masih terdapat piutang usaha yang merupakan kas yang akan diterima perusahaan pada masa mendatang dan masih terdapat persediaan yang kurang lancar dibandingkan dengan kas. Selain itu, laba setelah pajak yang dijadikan sebagai penyebut dalam menghitung posisi kas dalam mengukur tingkat profitabilitas dalam penelitian ini sangat tepat karena bagian laba yang dijadikan sebagai dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham merupakan bagian laba setelah dikurangi dengan pembayaran pajak perusahaan.

Penelitian ini juga untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen. Alur berpikir penulis yang menjadikan pendanaan


(35)

dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen adalah perusahaan yang memiliki tingkat pendanaan yang baik akan mampu memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri sehingga perusahaan akan mampu membayar dividen kepada investor. Pada perusahaan yang membukukan keuntungan yang lebih tinggi atau tingkat profitabilitas yang tinggi ditambah dengan tingkat likuiditas yang baik mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah dividen yang akan dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham.

Dalam penelitian ini, peneliti mau melihat perbedaan perusahaan sampel yang diteliti yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan penelitian sebelumnya. Perusahaan sampel penelitian terdahulu BUMN merupakan suatu institusi profit oriented yang dimiliki oleh pemerintah yang diatur dalam Undang-undang dan merupakan salah satu sumber penerimaan negara non-pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Intervensi pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas tidak dapat melepaskan perannya dalam penentuan kebijakan dividen perusahaan dimana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sudah menentukan besarnya target pembayaran dividen yang akan dibayarkan oleh masing-masing perusahaan BUMN tersebut. Penambahan target pembayaran dividen terkadang digunakan oleh pemerintah untuk menutupi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pencapaian profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang baik perusahaan terhadap kebijakan dividen. Jika perekonomian sedang


(36)

melesu, pencapaian profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan akan menurun sehingga berpengaruh terhadap pembayaran dividen tunai kepada investor.

Atas dasar fenomena tersebut, peneliti termotivasi untuk menganalisis apakah perusahaan food and beverage mempengaruhi pencapaian profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang baik perusahaan terhadap kebijakan dividen. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa produk yang dihasilkan oleh perusahaan food and beverage selalu dibutuhkan oleh masyarakat sekalipun keadaan perekonomian sedang melesu sehingga memungkinkan tercapainya profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang baik. Selain itu, penentuan target pembayaran dividen pada perusahaan food and beverage ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham tanpa adanya campur tangan dari pihak pemerintah.

Pada penelitian ini penulis memperpanjang periode penelitian dimulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 sehingga dapat menemukan persamaan regresi yang memberikan gambaran yang lebih baik terhadap permasalahan yang diteliti dan juga untuk mendapatkan data yang terbaru terhadap perusahaan yang diteliti pada periode dilakukannya penelitian. Sedangkan periode penelitian pada penelitian sebelumnya dimulai dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 yang dirasakan belum memberikan gambaran yang lebih baik terhadap permasalahan yang diteliti dan belum merupakan data terbaru pada periode dilakukannya penelitian.


(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Dividen

2.1.1.1. Pengertian Dividen

Seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan tentu saja mengharapkan return atau keuntungan yang akan diperoleh dari investasi yang telah dilakukannya. Keuntungan yang dapat diterima oleh investor atau pemegang saham dari penanaman modal melalui pembelian saham suatu perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu: dividen dan capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan aktiva tetap atau selisih antara harga jual dengan harga beli surat berharga.

Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai (Warsono, 2003: 271). Hanafi (2004:361) menyatakan bahwa “Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain.

Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan atau laba dari perusahaan. Dividen ditentukan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan”.


(38)

2.1.1.2. Jenis Dividen

Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut:

1. Dividen Tunai (Cash Dividend)

Dividen tunai merupakan dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk uang tunai (cash). Dividen Tunai paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Besar kecilnya pembagian dividen tergantung pada pembatasan-pembatasan, undang-undang, kontrak-kontrak, dan jumlah uang yang dimiliki atau tersedia dalam perusahaan. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) disepakati adanya sejumlah tertentu bagian dari laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk cash dividend (Munandar, 1983 : 312). Perusahaan hanya berkewajiban membayar dividen setelah perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar dividen. Dividen dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat dalam daftar pemegang saham. Pembayaran dividen dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau melalui pihak lain seperti bank.

Cara yang kedua biasa yang dipilih perusahaan karena bank mempunyai banyak cabang sehingga memudahkan pemegang saham yang mungkin sekali tersebar luas di seluruh Indonesia (Suaidi, 1994 : 230). Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat


(39)

pengumuman ada dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.

2. Sertifikat Dividen (Script Dividend)

Dividen dalam bentuk skrip maksudnya perusahaan tidak membayar pada saat itu tetapi memilih membayar pada masa yang akan datang karena saldo kas yang ada di tangan tidak mencukupi. Dividen ini dibagikan dengan tujuan agar perusahaan tetap dapat mempertahankan citra dan nama baik perusahaan.

Sertifikat dividen merupakan suatu surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang tertentu yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Surat ini berbunga sampai dengan dibayarkan uang tersebut kepada yang berhak. Script dividend seperti ini biasa dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil keputusan tentang pembagian laba dimana perusahaan belum (tidak) mempunyai persediaan uang kas yang cukup untuk membayar dividend cash (Suaidi, 1994 : 231).

3. Dividen Harta (Property Dividend)

Dividen harta merupakan dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk barang-barang (bukan berupa uang tunai ataupun modal saham perusahaan). Contoh Dividen Harta adalah dividen berupa persediaan atau saham yang merupakan investasi perusahaan pada perusahaan lain.


(40)

Pembagian dividen berupa harta lebih sulit dibanding pembagian dividen tunai. Perusahaan melakukan dividen harta ini karena uang tunai perusahaan tertanam dalam investasi saham perusahaan lain atau persediaan dan penjualan investasi atau persediaan terutama bila jumlah cukup banyak akan menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan turun sehingga merugikan perusahaan dan pemegang saham sendiri (Suaidi, 1994 : 233).

4. Dividen Likuiditas (Liquidating Dividend)

Dividen Likuiditas merupakan dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham di mana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran dividen tunai sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut (Munandar, 1983 : 314). Dividen Likuiditas ini dicatat dengan mendebet rekening pengembalian modal dan dalam neraca dilaporkan sebagai pengurangan modal saham. 5. Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham merupakan dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri (Munandar, 1983 : 314). Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Dividen Saham (Stock Dividend). Dividen saham dapat berupa saham yang sama jenisnya maupun yang berbeda


(41)

jenisnya. Pembayaran dividen dalam bentuk saham yaitu berupa pemberian tambahan saham kepada para pemegang saham tanpa diminta pembayaran dan dalam jumlah saham yang sebanding dengan saham yang dimiliki.

2.1.2. Kebijakan Dividen

2.1.2.1. Pengertian Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa yang akan datang (Sartono, 2001 : 281). Dalam kebijakan dividen, terdapat pilihan yang tidak mudah dalam membagikan laba sebagai dividen atau menahan untuk diinvestasikan kembali. Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan akan berdampak negatif terhadap harga saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan melihat sebagai sinyal negatif atas prospek perusahaan. Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan. Jika manajemen meningkatkan porsi laba per lembar saham yang


(42)

dibayarkan sebagai dividen, maka mereka dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal ini menyarankan bahwa keputusan dividen yaitu jumlah dividen yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat penting (Sharpe, et.al., 1993:512).

Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam kegiatan operasional perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan di dalam perusahaan (Riyanto, 2001:265). Kebijakan dividen menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen pada saat ini. Jadi aspek utama dalam kebijakan dividen perusahaan adalah menetukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2005 : 270).

Gitman (2003:570), mengatakan bahwa “kebijakan dividen menunjukkan kebijakan yang menentukan besarnya persentase setiap dolar yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik dalam bentuk kas, dihitung dengan membagi dividen kas perusahaan per share dengan penghasilan per saham. Keown (2005:607), mengatakan bahwa kebijakan dividen adalah kebijakan yang menentukan jumlah dividen relatif terhadap laba bersih perusahaan atau penghasilan per saham.


(43)

Dari pengertian kebijakan dividen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan rencana pembagian pendapatan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen, apakah dividen akan dibayarkan atau ditahan dalam perusahaan sebagai laba ditahan.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:387), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:

1. Faktur hukum yang menyangkut peraturan mengenai penggunaan laba bersih untuk membayar deviden tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. Faktor hukum juga akan melindungi para kreditur yang melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal dan bukan dari laba usahanya. Faktor hukum juga memperbolehkan perusahaan untuk tidak membayar dividen jika jumlah utang perusahaan lebih besar dari jumlah hartanya.

2. Posisi Likuiditas. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham.

3. Pembayaran pinjaman jangka panjang yang mengharuskan perusahaan untuk menahan laba sehingga perusahaan tidak akan membagikan dividen kepada para pemegang saham.

4. Kontrak pinjaman yang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Hal ini terjadi karena dividen pada masa mendatang hanya dapat dibayarkan dari laba yang diperoleh sesudah perjanjian hutang sehingga dividen tidak dapat dibayar dari laba yang


(44)

diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya karena dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar) berada di bawah jumlah yang ditetapkan.

5. Pengembangan aktiva perusahaan yang membutuhkan dana yang cukup besar sehingga mengakibatkan semakin banyak laba yang harus ditahan dan menunda pembayaran dividen.

6. Tingkat pengembalian asset yang menentukan pembagian laba dalam bentuk deviden yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain.

7. Stabilitas keuntungan yang baik mengakibatkan perusahaan akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar sebab perusahaan memiliki tingkat kepastian perolehan laba yang tinggi pada masa mendatang.

8. Pasar modal dapat membantu perusahaan besar yang memiliki profitabilitas yang tinggi dan keuntungan teratur untuk dapat masuk ke pasar modal dan memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya sehingga perusahaan dapat memenuhi pembayaran dividen kepada investor.

9. Pengendalian terhadap perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dengan tidak menjual saham baru dan tidak membagikan laba mengakibatkan pembagian dividen dalam bentuk kas menjadi rendah. 10. Keputusan kebijakan dividen dengan mempertahankan dividen per lembar


(45)

keuntungan sehingga mempengaruhi pembagian dividen karena dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan cukup permanen.

Menurut Riyanto (2001:281), faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:

1. Posisi likuiditas yang baik akan memungkinkan pembayaran dividen yang baik. Semakin kuat posisi kas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana pada masa mendatang mengakibatkan semakin tingginya jumlah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham.

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang yang dibayarkan melalui bagian dari pendapatan yang ditahan mengakibatkan semakin rendahnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham.

3. Tingkat perluasan perusahaan yang mengakibatkan semakin besar dana yang dibutuhkan karena semakin besar bagian dari pendapatan perusahaan yang ditahan sehingga jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham akan semakin rendah.

4. Pengawasan terhadap perusahaan yang mempercayakan pada pembelanjaan internal dalam rangka usaha mempertahankan pengendalian terhadap perusahaan mengakibatkan pembayaran dividen semakin rendah karena semakin banyak dana yang dibutuhkan yang bersumber dari laba ditahan.


(46)

2.1.2.2. Teori tentang Kebijakan Dividen

Teori kebijakan dividen merupakan teori yang mengkaji tentang penentuan besarnya alokasi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa pada dividen dan laba ditahan terhadap nilai pasar saham yang berlaku yang menjadi penentu nilai dari suatu perusahaan. Berbagai teori dan temuan empiris berkaitan dengan kebijakan dividen banyak ditemukan dalam literatur keuangan, tetapi keputusan investasi dan keputusan pendanaan yang baik tidak dapat digantikan oleh kebijakan dividen. Teori tentang kebijakan dividen terus berkembang dan mengalami kemajuan dan sampai saat ini ada beberapa teori kebijakan dividen yang telah dikemukakan.

1. Dividend Irrelevance Theory

Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Modigliani (1961:411) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kebijakan dividen yang diputuskan atau dilaksanakan perusahaan terhadap nilai perusahaan (aset) yang dimiliki perusahaan. Investor yang memiliki saham pada perusahaan tidak akan terpengaruh terhadap nilai aset / investasi bila perusahaan melakukan atau memutuskan untuk membagi dividen. Tidak ada pengaruhnya kebijakan dividen terhadap investasi atau aset investor karena investor dapat membuat dividen sendiri (home made).

Nilai perusahaan tidak tergantung kepada kebijakan perusahaan atau dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham melainkan sangat tergantung kepada pilihan investasi optimal yang dilakukan oleh perusahaan. Nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan


(47)

menghasilkan laba dan risiko investasi serta memisahkan antara dividen dan dana internal yang ditahan (laba ditahan) yang tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Nilai perusahaan tergantung kepada kebijakan investasi dan bukan pada berapa jumlah laba yang dibagi untuk dividen dan berapa jumlah laba yang tidak dibagi yang dijadikan sebagai laba ditahan (retained earning). Pendapat ini bertolak dari dua pemikiran. Pertama: diasumsikan bahwa keputusan investasi dan penggunaan utang sudah dibuat dan tidak mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan. Kedua: pasar modal yang sempurna diasumsikan ada. Hal ini berarti (1) investor dapat menjual dan membeli saham tanpa membayar biaya transaksi karena informasi dalam pasar modal yang sempurna tersebar luas sehingga investor dapat melakukan sendiri segala sesuatu yang diinginkannya; (2) setiap perusahaan dapat menerbitkan saham tanpa adanya biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi; (3) tidak ada pajak pendapatan perseorangan maupun pajak penghasilan perusahaan; (4) informasi yang lengkap mengenai setiap perusahaan selalu tersedia sehingga investor tidak perlu melihat pengumuman khusus mengenai pembayaran dividen sebagai indikator penting dari kondisi perusahaan; serta (5) tidak terdapat konflik atau tidak ada masalah keagenan antara pihak manajemen dengan para pemilik saham.

Pembayaran dividen merupakan selisih (residual) antara pendapatan dan investasi sehingga dividen yang dibayar selalu disesuaikan dengan tingkat pendapatan dan jumlah sahamnya. Pengaruh pembayaran dividen terhadap


(48)

kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan sumber dana yang lain melalui pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain yaitu dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen yang telah dilakukan perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Dengan demikian, kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat dari penjualan saham baru sehingga laba yang diperoleh dan dibagikan sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan tidak akan mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.

2. Bird in The Hand Theory

Gordon dan Lintner (1963:264) dengan Bird in The Hand Theory berpendapat bahwa dividen lebih baik daripada capital gain karena dividen yang dibagi kurang berisiko. Investor lebih merasa aman memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain yang belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang atau kedua-duanya tidak diperoleh padahal perusahaan membagikan dividen tergantung kepada prospek perusahaan pada masa yang akan datang.

Bila perusahaan melihat adanya prospek yang lebih bagus di masa mendatang dengan melakukan investasi, maka perusahaan kemungkinan besar tidak akan membagikan dividen. Sebaliknya, perusahaan akan membagikan dividen bila tidak ada pilihan investasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan pandangan investor tersebut dalam rangka membagikan


(49)

dividen. Harapan pembagian dividen sangat dibutuhkan agar harga saham mengalami kenaikan dan akhirnya memperoleh capital gain.

Perusahaan seharusnya membentuk risiko pembayaran dividen dengan menawarkan dividen yield yang tinggi agar dapat memaksimalkan harga sahamnya. Keyakinan bahwa kebijakan dividen perusahaan itu tidak penting secara implisit mengasumsikan bahwa seorang investor menggunakan required rate of return yang sama, baik pendapatan itu berupa dividen maupun capital gain. Pendapatan dividen memiliki sifat yang lebih pasti (predictable) daripada capital gain. Pihak manajemen perusahaan dapat mengendalikan dividen, tetapi tidak dapat mengendalikan harga sahamnya di pasar modal. Ini berarti kadar risiko caiptal gain lebih besar. Oleh karena itu, rate of return yang digunakan ketika mengurangi jumlah capital gain harus lebih tinggi dari yang digunakan terhadap pendapatan dividen.

3. Tax Preference Theory

Tax Preference Theory yang dikemukakan Farrar dan Slewyn (1967:444) dan Brennan (1970:417) menjelaskan bahwa investor lebih menyukai laba ditahan (retained earning) daripada dividen. Teori ini menyarankan agar perusahaan membayarkan dividen yang rendah jika ingin memaksimalkan harga sahamnya. Teori perbedaan pajak ini menerangkan bahwa kebijakan yang terbaik adalah tidak membayar pajak sama sekali.

Teori Miller Modigliani menyatakan bahwa pada pasar persaingan sempurna tidak diperlukan pajak sehingga tidak ada perlakuan pajak yang berbeda antara dividen dengan capital gain. Tetapi kenyataannya, pajak itu


(50)

selalu ada seperti yang dialami investor dimana setiap dividen yang dibayarkan akan dikenakan pajak. Padahal seharusnya dividen yang diterima investor tidak seharusnya dikenakan pajak dikarenakan perusahaan telah membayar pajak atas bagian keuntungan yang dibagikan (dividen) tersebut. Bila investor membayar kembali pajak atas dividen yang diterimanya, maka telah terjadi pajak berganda karena perpindahan keuntungan (dividen) terjadi bukan dikarenakan adanya nilai tambah yang dilakukan sehingga dividen tersebut bertambah ketika sampai di tangan investor.

Adanya perlakuan pajak yang berbeda ini membuat investor selalu berpikir agar dividen yang diterimanya sudah bersih tanpa ada lagi pembayaran pajak sehingga jelas perhitungan pendapatannya yang siap dikonsumsikan. Pemikiran investor ini diperhatikan oleh agen perusahaan agar agen tersebut mengurangi dividen dalam rangka memaksimumkan nilai perusahaan sebab pajak mempengaruhi pembayaran dividen perusahaan. Pembayaran dividen yang kecil akan membuat biaya modal kecil dan harga saham mengalami kenaikan dan bila diperhatikan dengan seksama bahwa pajak dividen selalu lebih tinggi daripada capital gain.

Pemegang saham lebih baik menjual saham mereka beberapa lembar pada suatu saat dan membayar pajak keuntungan modal yang lebih rendah. Pendapat ini terutama didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak terhadap pendapatan dividen dan capital gain. Suatu kenyataan bahwa semua investor harus membayar pajak pendapatan. Dengan demikian, bagi investor tujuan yang harus dicapai adalah maksimalisasi tingkat hasil investasi setelah


(51)

dipotong pajak tanpa harus menanggung risiko yang terlalu besar. Tujuan ini direalisir melalui upaya meminimalkan tingkat pajak efektif atas pendapatan mereka dan sedapat mungkin menunda pembayaran pajak tersebut.

Meskipun keuntungan pajak yang terkandung dalam capital gain kini tidak ada lagi, investor masih memiliki keuntungan tambahan dibandingkan dengan pendapatan dividennya. Pajak untuk pendapatan dividen harus langsung dibayarkan pada saat dividen itu diterima, tetapi pajak atas apresiasi harga saham (capital gain) tertunda sampai saham tersebut benar-benar terjual.

4. Clientele Effect Theory

Teori ini dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961:414) dalam mempertahankan pandangan teorinya yaitu Dividend Irrelevance Theory. Pemegang saham perusahaan bervariasi dari segi pendapatan dan karakteristik lainnya sehingga investor tersebut mempunyai preferensi tersendiri atas investasi pada saham. Kelompok berpendapatan rendah menginginkan dividen yang tinggi untuk menambah pendapatan sementara kelompok yang berpendapatan yang tinggi menginginkan dividen yang rendah dan capital gain yang tinggi sehingga terjadi kelompok peminat pada pemilik perusahaan yang disebut clientele.

Perusahaan harus memperhatikan clientele ini dalam mengambil keputusan dalam membayar dividen. Pada sisi lain, pemerintah memberlakukan pajak yang berbeda terhadap kelompok-kelompok atau


(52)

berdasarkan kelembagaan tersebut sehingga lembaga tersebut mempunyai keinginan tersendiri untuk dividen.

Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang ingin memperoleh pendapatan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang tinggi daripada menahan laba dan kelompok yang tidak membutuhkan pendapatan saat ini lebih menyukai perusahaan menahan laba bersih perusahaan daripada membagikan dividen.

Jika terdapat perbedaan pajak bagi individu, maka kelompok pemegang saham dikenakan pajak tinggi lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang bila perusahaan membagikan dividen yang kecil sedangkan kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak yang rendah akan cenderung menyukai dividen yang besar.

Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari clientele ini ada namun hal tersebut tidak menunjukkan bahwa dividen besar lebih baik daripada dividen kecil dan sebaliknya dividen kecil tidak lebih baik daripada dividen besar. Efek clientele ini hanya menyatakan bahwa bagi kelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan kelompok tersebut. 5. Signaling Hypothesis Theory

Teori ini juga dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961:418) untuk mempertahankan pandangan teorinya (Dividend Irrelevance Theory). Pembayaran dividen oleh perusahaan mengandung informasi yang dapat


(53)

dilihat dari sisi investor dan sisi manajer perusahaan. Manajer perusahaan lebih mengetahui keadaan perusahaan dan kelanjutannya (going concern) sementara investor kurang mengetahui keadaan perusahaan. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan tidak banyak memberikan informasi mengenai perusahaan. Salah satu tindakan perusahaan yang banyak memberikan informasi mengenai investor adalah pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan. Perusahaan tidak mungkin akan membayar dividen bila kinerja dan kondisi keuangan perusahaan berada pada posisi yang tidak baik. Pembayaran dividen merupakan sumber informasi bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang sangat baik bahkan investor memandang pemberian dividen merupakan kinerja perusahaan yang baik dan adanya kelebihan dana.

Pada sisi lain, manajer perusahaan membuat keputusan bahwa pemberian dividen dikarenakan tidak ditemukannya investasi yang optimal sesuai dengan Teori Miller dan Modigliani, dimana nilai perusahaan meningkat karena pilihan investasi yang optimal, artinya perusahaan memberikan dividen kepada investor agar dana tersebut dikelola untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih baik bila tetap hanya di perusahaan.

Teori ini mengemukakan bahwa kenyataannya dividen memiliki pengaruh terhadap harga saham karena dividen digunakan investor sebagai prediktor kinerja perusahaan pada masa mendatang. Kenaikan dividen pada umumnya diikuti dengan kenaikan harga saham sedangkan penurunan dividen


(54)

diikuti dengan penurunan harga saham. Hal ini membuktikan bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gain.

Ketika perusahaan memiliki risiko pembayaran dividen yang stabil sepanjang waktu dan perusahaan meningkatkan rasio tersebut, keadaan ini menberi sinyal kepada para investor bahwa pihak manajemen mengumumkan perubahan positif dalam profitabilitas pada masa mendatang. Selanjutnya harga saham akan bereaksi positif terhadap kenaikan dividen ini. Penurunan dividen dan kenaikan dividen yang berada di bawah kenaikan yang biasanya merupakan sinyal bagi investor bahwa perusahaan menghadapi masa sulit pada masa yang akan datang.

Para manajer perusahaan yang mengetahui lebih banyak tentang keadaan perusahaan yang sebenarnya diharapkan dapat menggunakan dividen sebagai alat untuk menyampaikan informasi yang baik dan yang belum dikenal di pasar. Para investor dapat menggunakan informasi tentang perubahan dividen ini sebagai sinyal atas kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya terutama tingkat kemampuannya menghasilkan keuntungan. Kenaikan dividen yang lebih besar diharapkan mengisyaratkan kepada investor bahwa perusahaan akan mampu meningkatkan keuntungannya sedangkan penurunan dividen yang lebih besar dari yang diperkirakan menandakan bahwa keuntungan perusahaan akan mengalami penurunan. 6. Teori Dividen Residual

Teori dividen residual menyatakan bahwa ketika perusahaan akan memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang


(55)

saham, ada dua hal yang harus tetap diingat, yaitu: (1) tujuan utamanya adalah untuk memaksimumkan nilai pemegang saham, dan (2) arus kas yang dihasilkan perusahaan merupakan milik pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001:110).

Manajemen harus menahan diri dengan upaya menahan laba kecuali jika laba itu dapat diinvestasikan kembali guna menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi yang juga ikut dirasakan oleh pemegang saham daripada yang diperoleh pemegang saham jika mereka menginvestasikan uang itu dalam investasi yang berisiko sama. Dengan demikian, ekuitas internal, laba ditahan, lebih rendah biaya modalnya daripada ekuitas eksternal, saham biasa baru.

Kondisi ini mendorong perusahaan untuk menahan laba karena menambah dasar ekuitas internal dan dengan demikian mengurangi kemungkinan bahwa perusahaan harus menambah ekuitas eksternal di masa mendatang untuk mendanai investasinya.

Adanya biaya penerbitan saham baru menonjolkan perbedaan antara modal internal dan eksternal. Tanpa biaya penerbitan, perusahaan tidak akan bersusah payah menentukan berapa besarnya dividen dan berapa besarnya laba ditahan, demikian pula berapa besarnya pendanaan eksternal. Dengan adanya biaya penerbitan itu, perusahaan jelas akan mengutamakan pendanaan internal.

Konsekuensinya, perusahaan akan melakukan pembayaran dividen setelah dana-dana kebutuhan investasi terpenuhi; dengan kata lain, hanya jika ada

“pendapatan tersisa” atau pendapatan residual, maka dividen akan dibayarkan.

Inilah inti dari teori dividen residual atau residual dividend theory (Elton dan Gruber, 1970:68).


(56)

Lebih ditegaskan lagi, bahwa apabila fakta biaya-biaya penerbitan sekuritas diperhitungkan, maka kebijakan dividen perusahaan memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) mempertahankan rasio hutang optimum dalam pendanaan investasi mendatang; (2) menerima suatu investasi hanya jika NPV (Net Present Value)nya positif; (3) mendahulukan pendanaan internal, kalau ternyata tidak mencukupi, barulah perusahaan akan menerbitkan saham tambahan; dan (4) apabila setelah kebutuhan dana investasi terpenuhi masih ada sisa, maka perusahaan akan membayar dividen. Sedangkan apabila tidak ada dana yang tersisa, maka dividen tidak dibayarkan (Elton dan Gruber, 1970:70).

Dengan demikian, konsekuensi dari apa yang telah diuraikan di atas adalah bahwa, rasio pembayaran dividen yang optimal merupakan fungsi dari empat

faktor, yaitu: (1) pilihan investor atas dividen lawan keuntungan modal, (2) peluang investasi perusahaan, (3) struktur modal yang ditargetkan, dan (4) ketersediaan dan biaya dari modal eksternal. Ketiga elemen terakhir

digabungkan ke dalam model dividen residual (residual dividend model).

Menurut teori ini, kebijakan dividen memiliki pengaruh yang pasif, jadi tidak bisa mempengaruhi secara langsung harga saham umum di bursa (Brigham dan Houston, 2001:115).

2.1.2.3. Jenis-jenis Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen menurut Riyanto (2001:289) dapat dibagi ke dalam 4 (empat) bagian berikut:


(57)

1. Kebijakan dividen yang stabil

Kebijakan dividen yang stabil merupakan jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. 2. Kebijakan pembayaran dividen dengan penetapan jumlah minimal plus

jumlah ekstra tertentu.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan.

Kebijakan ini menjelaskan bahwa perusahaan yang menjalankan kebijakan dividend payout ratio yang konstan dan juga dividen per lembar saham yang akan dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan bersih yang diperoleh setiap tahunnya. 4. Kebijakan dividen yang fleksibel

Perusahaan menetapkan rasio pembayaran dividen yang besarnya tiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan pendanaan dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibagikan relatif tinggi. Sebaliknya, jika tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen


(58)

yang dibayarkan juga rendah atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungan.

2.1.2.4. Rasio Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen dikonfirmasikan melalui DividendPayoutRatio dan Dividen Yield. Menurut Kallapur dan Trombley (1992:505). Dividend Payout Ratio (DPR) adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran dividen kepada setiap pemegang saham yang dapat diukur dengan membandingkan dividen kas per lembar saham dengan laba yang diperoleh per lembar saham (Sundjaja dan Barlian, 2002 : 391). Menurut Darmadji (2001) dividen merupakan pembagian sisi laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividend itu bisa berbentuk uang tunai (cash dividend) atau dividen saham (stock dividend). Jika dividen dibayar dalam bentuk tunai, maka besarnya rasio pembayaran dividennya dapat dihitung dengan rumus:

Dividen kas per lembar saham DPR =

Laba per lembar saham

Menurut (Sundjaja dan Barlian, 2002 : 437) dividen kas per lembar saham atau dividend per share (DPS) merupakan jumlah dividen tunai yang dibagikan kepada setiap pemegang saham dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham.

Dividen Kas per Lembar Saham / Dividend per Share (DPS) dapat dihitung dengan rumus:


(1)

Lampiran 4 : Perhitungan

Rata-rata

Cash

Position

dari

tahun

2003

2010

N

O KODE 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 DLTA

1.3776 5 3.0782 4 0.0564 4 2.7254

4 0.7547

3.4619 3 3.0521 2 1.7825 3 2 INDF

2.5347 9 3.6874 8 0.1144 2 0.0727 4 0.6827 8 4.1292 1 2.1556 5 1.5353 4 3 MLBI

2.0814 8 0.8747 1 0.1208 3 0.0646 8 0.5238 7 1.2453 5 0.9903 2 0.4664 2 4 MYO R 2.1379

9 0.7193

2.4744

6 0.5798

0.8475 4

1.6120

4 0.8641

0.1152 5

Sumber:

Hasil Penelitian (data diolah)

Lampiran 5 : Perhitungan Rata-rata

Debt to Equity Ratio

dari tahun

2003

2010

N

O KODE 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 DLTA

0.2429 3

0.2860

4 0.3224

0.3148 4 0.3200 2 0.3353 7 0.2724 5 0.1994 7 2 INDF

2.5775

9 2.5032 2.3065

2.0999 3 2.6205 9 3.1101 5 2.4505 7 1.3359 3 3 MLBI

0.8002 6 1.1120 8 1.5244 2 2.0755 1 2.1445 6 1.7349 2 8.4413 4 1.4127 4 4 MYO R 0.5819 5 0.4567 3 0.6119 3 0.5801 5 0.7256 8 1.3222 3 1.0260

6 1.1845

Sumber:

Hasil Penelitian (data diolah)

Lampiran 6 : Perhitungan Rata-rata

Dividend Payout Ratio

dari tahun

2003

2010

N

O KODE 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 DLTA

0.1700 7 0.1448 1 0.0993 8 0.4597 1 0.2887 8 0.2676 9 0.4430 4 1.0899 5 2 INDF

0.3943 7

0.6363 6

0.0211

1 0.0641

0.2696

5 0.3545

0.1988 1

0.2765 5 3 MLBI

0.1623 1 1.0454 1 1.2484 3 0.0400 3 1.0087

4 0.3412

1.7018 8 0.2796 4 4 MYO R 0.1818 2 0.2252 3 0.4166 7 0.2049 2 0.1895 1 0.1562 5 0.1029 9 0.1583 5

Sumber:

Hasil Penelitian (data diolah)


(2)

Lampiran 7 : Hasil Uji Statistik dengan Menggunakan Software SPSS

17,0

Regression:

Statistics

PROFITABILITAS LIKUIDITAS PENDANAAN KEBDIVIDEN

N Valid 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0

Mean .26373 1.46624 1.46978 .39507

Median .15979 1.11783 1.14829 .26867

Std. Deviation .304312 1.182984 1.543703 .396706

Minimum .012 .056 .199 .021

Maximum 1.512 4.129 8.441 1.702

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation .28631637

Most Extreme Differences

Absolute .141

Positive .141

Negative -.094

Kolmogorov-Smirnov Z .799


(3)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .033 .111 .299 .768

PROFITABILITAS .611 .179 .469 3.423 .002 .992 1.008

LIKUIDITAS .016 .046 .047 .344 .734 .996 1.004

PENDANAAN .121 .035 .470 3.426 .002 .988 1.012

a. Dependent Variable: KEBDIVIDEN

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .692a .479 .423 .301265 2.235

a. Predictors: (Constant), PENDANAAN, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS b. Dependent Variable: KEBDIVIDEN

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.272 2 .636 5.114 .013a

Residual 3.607 29 .124

Total 4.879 31

a. Predictors: (Constant), LIKUIDITAS, PROFITABILITAS b. Dependent Variable: KEBDIVIDEN


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .211 .115 1.833 .077

PROFITABILITAS .666 .208 .511 3.198 .003 1.000 1.000

LIKUIDITAS .006 .054 .017 .108 .914 1.000 1.000

a. Dependent Variable: KEBDIVIDEN

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.649 5 .530 6.178 .001a

Residual 2.230 26 .086

Total 4.879 31

a. Predictors: (Constant), LIKPDN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, PENDANAAN, PROFPDN b. Dependent Variable: KEBIJAKAN DIVIDEN

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.065 .189 -.345 .733

PROFITABILITAS .426 .435 .327 .980 .336

LIKUIDITAS .122 .076 .363 1.593 .123

PENDANAAN .165 .102 .641 1.610 .120

PROFPDN .168 .283 .291 .595 .557


(5)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.065 .189 -.345 .733

PROFITABILITAS .426 .435 .327 .980 .336

LIKUIDITAS .122 .076 .363 1.593 .123

PENDANAAN .165 .102 .641 1.610 .120

PROFPDN .168 .283 .291 .595 .557

LIKPDN -.071 .038 -.547 -1.849 .076


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh, Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia

1 66 94

PENGARUH LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

6 15 26

Pengaruh Likuiditas dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada tahun 2011-2014

4 30 99

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 11 111

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 1 7

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh, Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

Analisis Pengaruh, Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dengan Pendanaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Food And Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indone

0 0 18

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DENGAN PENDANAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA) TESIS

0 0 16