Hasil klasifikasi kelas ketahanan
Gambar 1. Hasil klasifikasi kelas ketahanan
Pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa pada Kota Salatiga terdapat 3 kelurahan (A5, A10, A6) yang memiliki ketahanan rendah, 8 kelurahan (A11, A12, A4, A22, A3, A21, A16, A13) yang memiliki ketahanan sedang dan 11 kelurahan (A8, A2, A20, A8, A17, A19, A9, A7, A14, A1, A15) yang memiliki ketahanan tinggi.
Tahap selanjutnya adalah melakukan proses perangkingan menggunakan Weighted Product (WP) untuk masing-masing kelas ketahanan. Perangkingan pertama adalah perangkingan untuk kelas Ketahanan Tinggi. Tahap pertama pada WP adalah penentuan kriteria, adapun kriteria yang digunakan sama dengan yang telah didefinisikan . Tahap kedua adalah penentuan alternatif, pada proses weightoverlay diketahui bahwa terdapat 11 kelurahan yang masuk dalam klasifikasi ketahanan tinggi, 11 kelurahan tersebut akan menjadi alternatif untuk proses perangkingan dalam kelas ketahanan tinggi. Tahap selanjutnya adalah normalisasi bobot yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Selanjutnya adalah mencari nilai vektor S, adapun cara mencarinya adalah menggunakan rumus (2). Hasil dari perhitungan rumus (2) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tahap selanjutnya adalah mencari vektor V. Menggunakan rumus (3), maka vektor V yang didapat adalah dapat dilihat pada Tabel 8. Tahap terakhir adalah merangking nilai vektor V pada Tabel 8 tersebut. Adapun perangkinganya diurutkan dari tinggi ke rendah yang artinya yang berada di atas memiki kondisi paling tahan pangan. Hasil dari perangkingan vektor V untuk ketahanan tinggi dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 7. Nilai vektor S untuk
Tabel 9. Perangkingan vektor V Ketahanan Tinggi
Tabel 8. Vektor V untuk
Ketahanan Tinggi
untuk Ketahanan Tinggi
Alternatif S
V A1 1,390
Alternatif
V Alternatif
A8 0,0904 A7 0,927
A1 0,0697 A14
A2 0,0464 A17
A7 0,0464 A19
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa A19 memiliki ketahanan paling tinggi diantara alternatif lain dalam kelas ketahanan tinggi. Sedangkan A9 memiliki nilai ketahanan paling rendah diantara alternatif lain dalam kelas ketahanan tinggi.
Perangkingan kedua adalah perangkingan untuk kelas Ketahanan Sedang. Tahap pertama, masih menggunakan kriteria yang sama. Tahap kedua, pada proses weightoverlay diketahui bahwa terdapat 8 kelurahan yang masuk dalam klasifikasi ketahanan sedang, 8 kelurahan tersebut akan menjadi alternatif untuk proses perangkingan dalam kelas ketahanan tinggi. Tahap selanjutnya adalah normalisasi bobot yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Selanjutnya adalah mencari nilai vektor S, adapun cara mencarinya adalah menggunakan rumus (2). Hasil dari perhitungan rumus (2) dapat dilihat pada Tabel 10.
Tahap selanjutnya adalah mencari vektor V. Menggunakan rumus (3), maka vektor V yang didapat adalah dapat dilihat pada Tabel 11. Tahap terakhir adalah merangking nilai vektor V pada Tabel 11 tersebut. Adapun perangkinganya diurutkan dari tinggi ke rendah yang artinya yang berada di atas memiki kondisi paling tahan pangan. Hasil dari perangkingan vektor V untuk ketahanan sedang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 10. Nilai vektor S untuk
Tabel 12. Perangkingan vektor V Ketahanan Sedang
Tabel 11. Vektor V untuk
Ketahanan Sedang
untuk Sedang
Alternatif S
V A3 1,035
Alternatif
V Alternatif
A3 0,0518 A11
A4 0,0262
A4 0,0262 A12
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa A13 memiliki ketahanan paling tinggi diantara alternatif lain dalam kelas ketahanan sedang. Sedangkan A22 memiliki nilai ketahanan paling rendah diantara alternatif lain dalam kelas ketahanan sedang.
Perangkingan terakhir atau perangkingan ketiga adalah perangkingan untuk kelas Ketahanan Rendah. Tahap pertama, masih menggunakan kriteria yang sama. Tahap kedua, pada proses weightoverlay diketahui bahwa terdapat 3 kelurahan yang masuk dalam klasifikasi ketahanan rendah, 3 kelurahan tersebut akan menjadi Perangkingan terakhir atau perangkingan ketiga adalah perangkingan untuk kelas Ketahanan Rendah. Tahap pertama, masih menggunakan kriteria yang sama. Tahap kedua, pada proses weightoverlay diketahui bahwa terdapat 3 kelurahan yang masuk dalam klasifikasi ketahanan rendah, 3 kelurahan tersebut akan menjadi
Tahap selanjutnya adalah mencari vektor V. Menggunakan rumus (3), maka vektor V yang didapat adalah dapat dilihat pada Tabel 14. Tahap terakhir adalah merangking nilai vektor V pada Tabel 14 tersebut. Adapun perangkinganya diurutkan dari tinggi ke rendah yang artinya yang berada di atas memiki kondisi paling tahan pangan. Hasil dari perangkingan vektor V untuk ketahanan tinggi dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 13. Nilai vektor S untuk
Tabel 15. Perangkingan vektor V Ketahanan Rendah
Tabel 14. Vektor V untuk
Ketahanan Rendah
untuk Rendah
Alternatif S
V A5 0,577
Alternatif
V Alternatif
A6 0,0323 A6 0,644
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa A6 memiliki ketahanan paling tinggi diantara alternatif lain dalam kelas ketahanan rendah. Sedangkan A5 memiliki nilai ketahanan paling rendah diantara alternatif lain dalam kelas ketahanan rendah, dengan kata lain A5 memiliki kondisi paling gawat untuk kasus ketahanan pangan.