Tabel 4.2 Daftar Nama-nama Guru SLB Al-Azhar Medan
No Nama guru
Tempat tanggal lahir
LP KTK
Alamat DL
1 Sutoyo, S. Pd196005271983031006
Ngawi, 27-05-1960
L K
Jl. Karya Ujung No. 2. - Helvetia
2 Basri Sutrisno, S. Pd
Banjar Negara,
14-09-1945 L
K Jl. Pintu Air IV , Kolam Jaka
3 Dra. Hj. Hasni150279502
Medan, 27-08-1961
P K
Jl. Pintu Air IV Gg. Melayu 4
Ikhsanul Hidayat, S. Pd Medan,
15November 1984
L TK
Jl. Kapas I No. 4 P. Simalingkar - Medan
5 Afni Mahfuza, S. Ag
Medan, 13-09-1976
P K
Jl. Angsana Raya No. 14.P. - Helvetia
6 Ema Sari, S. Psi
Medan, 24-10-1983
P K
Jl. Rakyat No. 110B - Medan 7
Syaiful Rizal, SE Langkat,
05-12-1980 L
K Jl. Pintu Air I No. 114B Kwala
Bekala 8
Nizmalinda Langkat,
16-09-1967 P
K Jl. Pintu Air IV Gg. Nabar
No.06 9
Gunaidi DeliSerdang,
07 April 1966 L
K Partumbak, Jl. Perjuangan II
No. 160
Sumber: Daftar Nama Guru SLB Al-Azhar Medan Tahun 2010-2011
4.2 Profil Informan
4.2.1 Profil Guru Di SLB Al-Azhar Medan 4.2.1.1 Sutoyo, S.pd 45 Tahun
Sutoyo, S.pd merupakan kepala sekolah dan juga guru di SLB ini. Beliau merupakan lulusan dari PGSLB Negeri Yogyakarta yaitu salah satu
sekolah guru yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Dan setelah menamatkan pendidikan di PGSLB, Beliau kemudian melanjutkan
pendidikannya di UNIMED. Sebelum menjadi kepala sekolah di SLB Al-
Universitas Sumatera Utara
azhar, Beliau pernah menjadi guru di SD negeri dan kemudian mengajukan diri sebagai kepala sekolah. Beliau sudah 3 tahun menjabat sebagai kepala
sekolah. Sekalipun Beliau adalah seorang kepala sekolah, hal itu tidak membuatnya untuk tidak memperhatikan dan melihat perkembangan anak-
anak berkebutuhan khusus di SLB tersebut. Dengan semangat dan kerja keras Beliau mengerjakan setiap tugas da tanggung jawabnya sebagai guru dan
kepala sekolah. Bapak Sutoyo beserta dengan keluarganya tinggal dan menetap di daerah Medan Helvetia, yaitu Jl. Karya Ujung No. 2. Kecamatan
Medan Helvetia. Beliau mengajar di kelas terapi, kelas terapi merupakan kelas di mana
anak autis dibentuk untuk mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Kelas ini diperuntukkan kepada anak autis yang baru memasuki
lingkungan sekolah. Menurutnya salah satu hal yang harus dilakukan oleh seorang guru yang berada di kelas terapi adalah dengan melakukan metode
praktek langsung dengan cara mendekatkan diri dengan anak autis, karena di kelas ini anak akan merasa terasing dan bias saja anak tidak mau ikut dalam
proses belajar di kelas tersebut. Meskipun diperhadapkan dengan banyak kegiatan namun tidak
membuat Bapak Sutoyo menghindar dari pekerjaannya karena menurutnya pekerjaannya tersebut adalah pekerjaan yang paling mulia karena tidak semua
orang mau mengajar anak berkebutuhan khusus. Menurutnya manusia pada umumnya memilih pekerjaan yang paling menyenangkan termasuk juga
Universitas Sumatera Utara
dalam hal ekonominya namun mengingat bahwa jarang sekali peduli terhadap anak berkebutuhan khusus tersebut maka Beliau tertarik untuk mengajar anak
berkebutuhan khusus. Menurutnya, sekalipun mengajar di SLB menarik bukan berarti tidak
ada kendala yang dia hadapi. Misalnya saja siswa sering sekali terlambat datang ke sekolah sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan dengan
efektif. Kendala tersebut tidak dibiarkan begitu saja karena pihak sekolah khususnya kepala sekolah sudah sering membicarakan hal tersebut kepada
orang tua namun tetap saja ada siswa yang terlambat datang ke sekolah. Dengan penuh kesabaran Beliau mengerjakan tugasnya sebagai kepala
sekolah sekaligus sebagai guru. Keramahan yang terlihat dari setiap tindakannya membuat orang-orang di sekitarnya termasuk anak berkebutuhan
khusus senang bergaul dengannya. Menurutnya, seorang guru selain mampu mengajar dengan baik maka guru juga harus mampu membaca apa yang
sedang terjadi di dalam kelas. Misalnya saja, ketika anak autis menangis, marah dan tertawa, maka si guru harus mampu mengetahui apa penyebabnya.
Menurutnya menjadi guru di SLB, maka guru haruslah mampu menjalin interaksi dengan baik bahkan harus memiliki karakter sebagai teman sehingga
anak autis tidak merasa asing dengan guru mereka. Karakter yang ramah membuat guru mudah untuk menjalin keakraban dengan orang lain bahkan
juga anak berkebutuhan khusus.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.2 Nizmalinda 43 tahun
Ibu Nizmalinda adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Jl. Pintu Air IV Gg. Nabar No.06, Beliau berprofesi sebagai seorang guru di
yayasan ini. Profesi sebagai seorang guru sudah 18 tahun dia jalani. Ibu Nizmalinda merupakan lulusan dari SPG. Sebelum menjadi guru di SLB Al-
azhar, Ibu Nizmalinda pernah menjadi guru di SD Al-azhar. Namun ketika SLB Al-azhar dibangun maka Beliau pun mengajukan permohonan untuk
pindah mengajar di SLB Al-azhar. Baginya mengajar sebagai guru di SLB Al-azhar menarik dan
membutuhkan kreatifitas untuk membuat anak berkebutuhan khusus mengerti tentang semua topik pelajaran. Sekalipun dia tahu bahwa mengajar anak-anak
tersebut tidak seperti mengajar anak-anak yang ada di kelas regular. Bila diperhatikan, Ibu Nizmalinda seperti seorang yang begitu tegas
namun memiliki hati yang tulus untuk anak berkebutuhan khusus tersebut. Beliau mengajar di kelas anak berkebutuhan khusus. Di dalam kelas ini
terdapat anak tuna rungu wicara, tuna grahita dan anak autis. Sekolah ini memang kekurangan guru sehingga ketika si anak mulai dapat berinteraksi
dengan teman sebayanya maka mereka akan disatukan ke dalam kelas yang sama, khususnya anak autis.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun Ibu Nizmalinda adalah seorang yang tamatan SPG namun ketika mengajar Beliau juga membutuhkan keterampilan yang khusus dalam
mengajar anak-anak tersebut yang tidak Dia dapatkan di SPG. Sehingga Beliau selalu mengikuti Pelatihan yang diadakan oleh PLB Pendidikan Luar
Biasa. Ibu Nizmalinda selalu melakukan persiapan di rumah sehingga ketika
mengajar di kelas Beliau sudah mampu menguasai mata pelajaran yang berbeda-beda. Menurutnya melakukan persiapan merupakan kewajiban
seorang guru ketika akan mengajari anak didiknya. Tidak hanya itu, dia juga mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan ketika mengajar di kelas.
Menurutnya pendidikan di SLB pada umumnya bertujuan untuk mendidik anak supaya mandiri, mampu bersosialisasi dengan lingkungannya
dan sekolah ini bukan tempat untuk mentransfer ilmu seperti yang dilakukan oleh sekolah-sekolah reguler. Sehingga guru harus mampu mengajari si anak
untuk dapat terampil dan dapat membina diri sendiri.
4.2.2 Profil Keluarga Anak Autis 4.2.2.1 Asmawati 32 tahun
Ibu Asmawati adalah seorang ibu rumah tangga yang yang menikah dengan Bapak Zulfikar sejak 6 tahun yang lalu. Dari hasil pernikahannya,
mereka memproleh seorang anak yang bernama Muhammad Hizbullah Lubis, seorang anak laki-laki yang saat ini berusia 5 tahun 6 bulan. Muhammad
Universitas Sumatera Utara
Hizbullah Lubis lahir di Batam, karena awalnya keluarga ini tinggal di Batam. Saat ini keluarga tersebut tinggal di Jalan Mesjid No. 9 Desa Lama Pancur
Batu. Ibu Asmawati merupakan lulusan dari SMEA dan saat ini bekerja di
sebuah apotek di Adam Malik. Sedangkan suaminya bekerja di Loundry, sementara Beliau bekerja di sebuah Apotek di Adam Malik. Keluarga ini baru
memiliki satu putra, namun keadaan putra mereka berbeda dengan anak-anak yang lain. Setiap harinya mereka membagi tugas, di mana di pagi hari Ibu
Asmawati menemani anaknya sekolah di SLB Al-azhar sedang sang ayah pergi bekerja, dan pada siang harinya si ibu yang bekerja dan si ayah
menemani anaknya di rumah. Muhammad Hizbullah Lubis adalah seorang anak autis yang terlahir
autis. Memiliki anak autis bukanlah dambaan keluarga ini bahkan mereka sangat tidak menyangka anak mereka mengalami autis. Karena mereka juga
mengetahui anak mereka autis setelah anaknya berusia 1 tahun, namun mereka tetap mensyukuri apa yang sudah diberi oleh Yang Maha Kuasa.
Pengetahuan orang tua ini mengenai autis sebenarnya tidak terlalu dalam, bahkan mereka mengetahui anaknya terkena autis dan mendengar kata
autis pertama kali dari dokter yang memeriksa anaknya. Setelah putranya sudah mampu masuk ke sekolah, maka Bullah pun
disekolahkan di SLB Al-Azhar Medan. Bullah nama yang biasa dipanggil
Universitas Sumatera Utara
berada di kelas terapi di mana yang mengajar di kelas ini adalah Bapak Sutoyo. Alasan orang tua Bullah menyekolahkan Bullah di sekolah ini karena
keterbatasan biaya. Ibu Asmawati langsung saja menyekolahkan putranya di SLB tanpa
memasukkan putranya ke tempat terapi terlebih dahulu. Alasan kedua orang tua ini adalah karena biaya untuk terapi begitu mahal belum lagi biaya ke
dokter, sehingga berangkat dari alasan tersebut, mereka pun akhirnya membuat latihan-latihan ringan untuk putra mereka dan mengharapkan terapi
di SLB di mana Bullah bersekolah saat ini. Sebelumnya, meskipun Bullah sudah terdaftar sebagai siswa di SLB
tersebut, namun selama 3 bulan Bullah tidak mau masuk ke dalam ruangan, dia bahkan menangis dan menjerit. Oleh karena itu Ibu Asmawati
menemaninya di sekolah dan sampai saat ini Beliau masih tetap menemani anaknya di sekolah tersebut. Ibu Asmawati selalu menemani anaknya di
sekolah dan mengajari anaknya pada siang hari sebelum Beliau berangkat kerja. Hal ini dilakukannya karena keluarga ini tidak mempunyai biaya untuk
memasukkan anaknya di sekolah terapi autis. Beliau mengetahui bahwa anaknya terkena gangguan autis dari dokter,
namun tidak mengetahui tingkatan-tingkatan autis, dan Beliau tidak mengetahui kondisi anaknya apakah termasuk ringan atau berat. Ibu ini
bahkan sulit mendapatkan informasi mengenai autis dan hanya memperoleh
Universitas Sumatera Utara
informasi dari buku, majalah, surat kabar serta tayangan di TV. Dalam memperoleh buku, majalah ataupun surat kabar tidak sengaja mencarinya,
Beliau hanya membeli ketika mengetahui bahwa di dalamnya terdapat informasi mengenai autis. Selain itu Beliau juga meminjam buku dari SLB
Al-Azhar tentang anak autis sehingga pengetahuannya tentang anak autis dapt diperdalam lagi.
4.2.2.2 Irmahani Hasibuan 36 Tahun
Ibu Irmahani Hasibuan seorang ibu rumah tangga yang menikah dengan Bapak Arno Marzuki. Ibu Irmahani Hasibuan merupakan tamatan dari
SMEA sekarang disebut dengan SMK. Beliau sehari-hari tinggal di rumah sebagai seorang ibu rumah tangga sementara Bapak Arno Marzuki suaminya
merupakan seorang karyawan di salah satu perusahaan di Bengkulu. Intensitas pertemuan antara ibu, anak dan ayah di keluarga ini tergolong jarang. Oleh
karena itu, biasanya apabila ada libur sekolah, Ibu Irmahani beserta anaknya pergi ke Bengkulu atau sebaliknya, si ayah yang datang ke Medan.
Interaksi yang intensif terjadi antara ayah dengan anaknya yang autis tidaklah terlalu sering karena ayah Dimas sibuk bekerja di daerah lain dan
hanya dapat berinteraksi secara intensif dengan anaknya yang autis sewaktu pulang ke rumah terkadang 1 bulan sekali. Interaksi inipun tidak dilakukan
dengan terapi atau memberi pelajaran untuk anaknya yang autis. Bentuk dari
Universitas Sumatera Utara
interaksi tersebut hanyalah menemani atau mendampingi anaknya bermain atau mengajaknya jalan-jalan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah kontrakan yang berada di Jl. Bajak 2H, Gg. Nasional No.20 Marendal. Oleh karena lokasi SLB dan SD Al-
Azhar berdekatan maka Ibu Irmahani setiap harinya mengantar anak- anaknya. Sambil menunggu anak-anaknya pulang dari sekolah Beliau
menunggu di teras ruangan SLB Al-azhar. Keluarga ini memiliki 4 orang anak 3 orang perempuan dan 1 orang
laki-laki. Keluarga ini memiliki seorang anak yang tergolong ke dalam anak autis. Anak itu bernama Dimas Ramadhana. Dimas begitu nama
panggilannya, saat ini berusia 6 tahun. Dimas kini mengenyam pendidikan di SLB Al-azhar Medan. Beliau mengetahui anaknya autis semenjak anaknya
berusia 4 tahun. Salah satu yang menjadi alasan bagi Ibu Irmahani untuk
menyekolahkan anaknya di SLB Al-azhar karena ke tiga anak mereka tersebut disekolahkan di Yayasan Al-azhar. Selain itu pendidkan di sekolah ini juga
relatif murah yakni Rp 150.000 per bulan. Salah satu yang menjadi alasan bagi Beliau untuk menyekolahkan anaknya di SLB Al-azhar karena ke tiga
anak mereka tersebut disekolahkan di Yayasan Al-azhar. Selain itu pendidkan di sekolah ini juga relatif murah. Di mana Rp 150.000.
Universitas Sumatera Utara
Beliau mengaku bahwa Dimas tidak mengikuti terapi autis di tempat lain selain di sekolah tersebut. Alasannya karena minimnya biaya dan untuk
masalah terapi masih ada terapi di sekolah yang bisa membantu pemulihan anaknya meskipun sebenarnya kurang maksimal. Selain itu, Beliau mengaku
bahwa pihak keluarga di rumah juga ikut membantu pemulihan anaknya, misalnya saja dengan mengajak anak-anaknya bermain bersama. Selain itu,
mereka juga kadang mengajak anak-anaknya untuk jalan-jalan misalnya saja ke tempat rekreasi anak-anak yang memiliki banyak permainan sekaligus
berujuan sebagai arena mengenal lingkungan sekitar dan mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
4.2.2.3 Nur Aznah 40 Tahun
Ibu Nur Aznah dan Bapak Predi Pribadi adalah orang tua dari Muhammad Fadillah yang saat ini berada di SLB Al-Azhar. Muhammad
Fadillah biasa dipanggil dengan sebutan Farel. Farel merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Di mana kakak dan abangnya saat ini mengecap pendidikan
di SMP. Keluarga ini tinggal di Jl. Karya Wisata, Johor Villa Prima Indah No. B57. Ibu Nur Aznah seorang ibu rumah tangga dan Bapak Predi seorang
wiraswastawan. Menurut Ibu Nur Aznah menyatakan bahwa mereka mengetahui
putranya mengalami autis sejak anaknya berusia 2 tahun 4 bulan. Menurutnya ada perpedaan perkembangan yang terjadi pada putranya. Sehingga mereka
Universitas Sumatera Utara
pun membawa putra mereka ke dokter anak. Menurut hasil penuturannya, Farel dianjurkan oleh dokter untuk diobati dan harus dibawa ke terapi anak
karena untuk mengajarinya dibutuhkan juga peran dari terapis. Setelah menyelesaikan terapinya, Farel pun akhirnya di sekolahkan di
SLB Al-Azhar. Dan saat ini Farel sudah berada di kelas 5 SD Al-Azhar Medan. Dia berada di kelas campuran di mana terdapat siswa tuna rungu dan
tuna daksa. Farel digabung dengan teman-temannya yang lain karena sekolah ini kekurangan guru. Namun meskipun demikian pihak keluarga tetap
menyekolahkan Farel di sekolah tersebut. Menurut penuturan orang tuanya bahwa alas an mereka menyekolahkan Farel di SLB tersebut karena di sekolah
itu biaya pendidikannya murah dan juga putra mereka dapat belajar agama dengan baik.
Komunikasi orang tua Farel dengan anaknya yang autis dapat dikatakan cukup baik, setidaknya orang tua mengerti dan memahami apa yang
dimaksudkan anaknya misalnya dalam meminta sesuatu. Komunikasi yang baik ini tidak hanya terjadi antara orang tua dengan anaknya yang autis,
namun anggota keluarga lainnya juga dapat menjalin komunikasi secara baik dengan Farel.
Dengan adanya interaksi yang baik antara keluarga dengan farel maka hal ini juga ikut berperan dalam membantu Farel supaya Farel cepat pulih.
Tidak hanya itu, akibat adanya interaksi ynag baik antara orangtua sekolah
Universitas Sumatera Utara
dan juga pihak terapis maka sampai saat ini sudah terjadi banyak perubahan pada Farel. Contohnya saja, saat ini Farel sudah mampu membaca meskipun
masih kurang sempurna.
4.2.2.4 Nur Intan Sari 38 Tahun
Beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak. Beliau memiliki 2 putri dan 2 putra. Anak keempatnya saat ini berada dan
mengecap pendidikan di Yayasan Al-Azhar. Reyhan Dani Alamsyah adalah anak yang sejak lahir mengalami autis. Akan tetapi orang tua mengetahui
anaknya autis semenjak Reyhan berusia 3 tahun. Setelah mengetahui anaknya mengalami autis maka pihak kelurga pun membawa Reyhan ke tempat terapi
anak autis. Sikap yang baik senantiasa ditunjukkan oleh orang tua Reyhan dan
anggota keluarga lainnya terhadap putra mereka yang mengalami autis, namun pada awalnya pihak keluarga terutama orang tua merasa bingung dan
belum bisa menerima keadaan putranya yang autis dengan apa adanya, namun seiring berjalannya waktu akhirnya mereka pun dapat menerima putranya apa
adanya. Keluarga ini memperlakukan anaknya yang autis secara wajar, tidak membeda-bedakannya dengan anak-anaknya yang lain.
Meskipun pada awalnya keluarga termasuk anak-anak kami yang lain tidak terima ketika mengetahui bahwa Reyhan mengalami autis. Namun lama-
Universitas Sumatera Utara
kelamaan mereka menerima keadaan tersebut dan kakak-kakaknya dapat mengerti bahwa adik mereka terkena autis.
Setelah terapinya selesai maka Reyhan pun akhirnya di sekolahkan di SLB Al-Azhar Medan. Ketika itu Reyhan masih berumur 6 tahun. Setelah
terapinya selesai akhirnya orang tua pun menyekolahkan Reyhan di SLB Al- Azhar.
Reyhan sempat mengecap pendidikan di SLB tersebut selama 3 tahun, namun setelah ada pertimbangan dari pihak sekolah ditambah lagi dengan
adanya tes untuk siswa autis maka Reyhan dinyatakan lulus tes dan akhirnya dia melanjutkan pendidikannya di sekolah umum yakni SD Al-Azhar.
Menurut hasil penuturan Ibu Nur Intan, Reyhan saat ini berada di kelas 5 SD Al-Azhar Medan.
Ketika Reyhan dipindahkan ke sekolah umum tentu saja pihak keluarga merasa bahagia karena Reyhan mengalami perkembangan dan
sekolahnya juga dipindahkan ke sekolah umum. Meskipun saat ini Reyhan sudah berada di sekolah umum namun bukan berarti dia sudah sembuh total,
namun inilah yang dijadikan sebagai awal di mana Reyhan akan memasuki kehidupan dengan teman-temannya yang tergolong normal.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pola Pendidikan Anak Autis di Sekolah