59
F. Keterkaitan Antar Variabel
Profesionalisme merupakan sikap seseorang dalam menjalankan suatu profesi yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Sebagai
seorang profesional, auditor internal mengakui tanggung jawab terhadap klien dan terhadap rekan seprofesi termasuk untuk berperilaku, sekalipun ini berarti
pengorbanan pribadi.
Berdasarkan penelitian Herawaty dan Susanto 2009 menyatakan bahwa
semakin tinggi
tingkat profesionalisme
akuntan publik,
pengetahuannya dalam mendeteksi kekeliruan dan ketaatan pada kode etik akan semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya dalam
melaksanakan audit laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesa yang dibangun adalah:
H
a1
: Profesionalisme memiliki pengaruh signifikan terhadap ketepatan
pemberian opini audit oleh auditor. Independensi adalah suatu istilah yang sering digunakan oleh profesi
auditor. Antle 1984 mendefinisikan independensi sebagai suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga
temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip
profesionalnya. Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak dilakukan
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Mayangsari 2003 melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan pendapat antara
60
auditor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa yang menyebabkan perbedaan pendapat adalah independensi. Auditor yang independen
memberikan pendapat yang lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen. Auditor yang ahli dan non ahli memang mempunyai perbedaan
dalam memberikan suatu pendapat jika mereka tidak mendapatkan tekanan sosial maupun ekonomis dalam proses pemberian pendapat. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H
a2
: Independensi memiliki pengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Kompetensi berarti seorang auditor memiliki keahlian profesional yang dapat diperoleh dari berbagai pengalaman dan pelatihan. Alim dkk.
2007 mengungkapkan hasil penelitiannya yaitu kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika
auditor memiliki kompetensi yang baik. Kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Sukriah dkk. 2009 menyebutkan
bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan, semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin
meningkat atau semakin baik kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesa yang dibangun adalah:
H
a3
: Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Seorang auditor dalam menjalankan tugas auditnya harus sesuai dengan etika profesi yang telah ditetapkan. Auditor harus memiliki norma
61
perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya dan antara profesi dengan
masyarakat. Herawaty dan Susanto 2009 mengemukakan hasil penelitiannya yaitu etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesa yang diajukan adalah:
H
a4
: Etika profesi berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit oleh auditor
Selama melakukan pemeriksaan keuangan, auditor selalu bergantung pada pengetahuannya tentang kekeliruan error knowledge. Ikatan Akuntansi
Indonesia IAI di dalam standar Profesional Akuntansi Publik SPAP memberikan definisi kekeliruan error dan ketidakberesan irregularities.
Faktor utama yang membedakan antara kekeliruan dan ketidakberesan terletak pada penyebab salah saji laporan keuangan yang melandasinya bersifat
sengaja atau tidak. Namun, kesengajaan seringkali sulit untuk ditentukan, terutama jika menyangkut estimasi akuntansi atau penerapan prinsip
akuntansi. Penelitian yang dilakukan Hartoko 1997 bertujuan untuk meneliti
perubahan dalam pengetahuan auditor tentang kekeliruan yang disebabkan oleh bertambahnya pengalaman. Penelitian yang dilakukan Hartoko
merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Tubbs yang berjudul “The Effect of Experience on The Auditor’s Organization and Amount of
Knowledge” Tubbs. 1992: 783-801. Hasil penelitian Hartoko adalah bahwa
62
pengalaman seorang auditor berpengaruh positif terhadap pengetahuan tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahui oleh seorang auditor.
Penelitian juga dilakukan oleh Herawaty dan Susanto 2009 yang menyatakan bahwa pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan memiliki pengaruh
positif terhadap tingkat materialitas. Berdasarkan penjelasan diatas hipotesa yang dibangun adalah:
H
a5
: Pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan memiliki pengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit oleh auditor
Standar Profesi Akuntan Publik SPAP mengharuskan pembuatan laporan setiap kali Kantor Akuntan Publik KAP melakukan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan perusahaan. Bagian terpenting dari laporan audit adalah opini audit pendapat akuntan. Pemberian opini audit atas laporan
keuangan didasarkan pada keyakinan profesional auditor terhadap hasil audit yang dilakukan. Gusti dan Ali 2008 melakukan penelitian yang bertujuan
untuk memperoleh bukti empiris dan menemukan kejelasan fenomena tentang hubungan skeptisime profesional auditor dengan ketepatan pemberian opini
auditor oleh akuntan publik dan hubungan situasi audit, etika, pengalaman dan keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
Hasil penelitiannya adalah skeptisisme profesional auditor mempunyai hubungan yang signifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh
akuntan publik. Artinya, semakin tinggi tingkat skeptis seorang auditor maka semakin baik pula opini auditor yang akan diberikannya. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka hipotesis yang dibangun adalah:
63
H
a6
: Profesionalisme, independensi, kompetensi, etika profesi dan pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opini audit.
G. Kerangka Pemikiran