63
H
a6
: Profesionalisme, independensi, kompetensi, etika profesi dan pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opini audit.
G. Kerangka Pemikiran
Profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Dengan begitu,
profesionalisme auditor adalah mutu dan kualitas dalam menjalankan kegiatan audit. Auditor dituntut kejujurannya ketika memeriksa suatu laporan
keuangan. Dalam SPAP telah diatur mengenai profesionalisme sebagai standar auditor dalam pelaksanaan audit. Permasalahnnya yaitu apakah auditor
tersebut masih memepertahankan kujujuran yang menjadi kewajibannya dalam memeriksa suatu laporan keuangan, tentu saja sesuai dengan aturan
yang berlaku, seorang auditor yang profesional juga harus mematuhi etika profesi yang ada.
Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994 disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk
tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus
memelihara integritas dan keobjektifan dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau
pengaruh yang tidak layak. Ia juga harus menghindari situasi yang bisa menimbulkan kesan pada pihak ketiga bahwa ada pertentangan kepentingan
64
dan keobjektifan sudah tidak dapat dipertahankan. Karena jika hal tersebut terjadi, maka independensinya sudah diragukan sebagai seorang auditor.
Etika profesional, keterampilan dan pengalaman merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan untuk memberikan opini audit. Seorang
auditor yang menghormati etika profesi dapat mencegah terjadinya keadaan yang mengakibatkan dilema etika ketika manajemen menginginkan opini audit
yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu keterampilan dan pengalaman yang tinggi dapat mengurangi resiko audit dalam
memberikan opini audit. Dalam melaksankan kegiatan audit, terdapat prosedur dan langkah-
langkah yang harus dijalankan oleh auditor. Seorang auditor dapat menemukan suatu kekeliruan dalam penugasan audit yang dilakukan.
Pengertian mengenai kekeliruan menurut Ikatan Akuntan Indonesia IAI dalam Standar Profesional Akuntan Publik SPAP paragraf 6, dinyatakan
bahwa kekeliruan error berarti salah saji misstatement atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang tidak disengaja.
Proses akhir dari kegiatan audit adalah pemberian opini audit yang diberikan oleh auditor. Dimana laporan keuangan suatu perusahaan
dinyatakan wajar atau tidak. Mengacu pada PSA 29 dan PSA 30, maka opini audit dikelompokkan menjadi 1 pendapat wajar tanpa pengecualian
unqualified opinion; 2 pendapat wajar tanpa pengecualian dengan kalimat penjelas modified unqualified opinion; 3 pendapat wajar dengan
65
pengecualian qualified opinion; 4 pendapat tidak wajar adverse opinion; 5 pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer opinion.
Seorang auditor memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diauditnya sesuai dengan prosedur dan bukti audit yang
diperoleh selama penugasan audit. Auditor harus menyatakan dan mengungkapkan temuan yang berkaitan laporan keuangan. Selain itu, temuan
tersebut harus diungkapkan jika memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Laporan keuangan audit yang relevan dan reliable akan tercapai apabila sebuah laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik sesuai dengan
peraturan yang berlaku, dimana auditor tersebut harus memiliki sikap profesionalisme, independensi, kompetensi, etika profesi dan pengetahuan
mendeteksi kekeliruan untuk dapat memberikan opini audit yang tepat mengenai kewajaran suatu laporan keuangan.
Informasi laporan keuangan dibutuhkan oleh banyak pihak yang berkepentingan, baik itu pihak internal maupun pihak eksternal. Oleh karena
itu, seorang auditor dituntut untuk menyajikan informasi sesuai dengan kejadian sebenarnya agar tidak merugikan banyak pihak. Auditor sudah
diberikan kepercayaan dan tanggungjwab sehingga harus menjalan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Untuk lebih memahami permasalahan yang akan diteliti, berikut ini disajikan dengan bagan kerangka pemikiran, dalam gambar 2.1.
66
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Uji Model Regresi Uji Asumsi Klasik :
1. Uji Normalitas 2. Multikolonieritas
3. Heteroskedastisitas
Uji Regresi Berganda
Uji F Uji t
Adjusted R
2
Interpretasi Kesimpulan
Independensi X2
Alim dkk. 2007, Mayangsari 2003, Warren Alzola 2009, Manggala
Hutapea 2007, Gendron, Suddaby LamSource 2006
Kompetensi X3
Alim dkk. 2007, dan Sukriah dkk 2009
Ketepatan pemberian opini
audit oleh auditor Y
Gusti dan Ali 2008
Pengetahuan akuntan dalam mendeteksi kekeliruan X5
Herawaty dan Susanto 2009
Etika profesi X4
Herawaty dan Susanto 2009 dan Larsson Wennerholm 2006
Profesionalisme X1
Herawaty dan Susanto 2009, dan Ikhsan 2007
67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis sikap profesionalisme, independensi, kompetensi, etika profesi dan pengetahuan mendeteksi kekeliruan seorang
auditor yang ada di Kantor Akuntan Publik KAP di Jakarta. Satuan pengamatan dalam penelitian ini adalah para auditor yang meliputi, partner,
supervisor, dan asisten auditor yang berkepentingan secara langsung dengan pengamatan yang akan peneliti lakukan.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan metode convenience sampling, yaitu memilih sampel dari elemen populasi orangkejadian yang datanya
mudah diperoleh peneliti Indriantoro dan Supomo, 2009: 130. Hal ini karena jumlah auditor disetiap Kantor Akuntan Publik tidak diketahui jumlahnya.
Dengan kriteria responden yaitu auditor yang mempunyai jabatan akuntan junior sampai partner.
Dari KAP ini, yang dianggap sebagai populasi, peneliti bermaksud mengambil sampel semaksimal mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi adanya kemungkinan tidak didapatkannya jawaban dari para responden. Hal lain yang dianggap penting adalah jumlah data yang
terkumpul, agar tetap dapat memenuhi kriteria pengolahan data.