Bentuk Dan Karakteristik Gerakan Politik Perempuan Di Indonesia

c. Periode Reformasi Bila sistem pemerintahan yang semakin demokratis dianggap paling kondusif bagi pemberdayaan perempuan, maka di era reformasi ini semestinya pemberdayaan perempuan di Indonesia semakin menemukan bentuknya. Bila ukuran telah berdayanya perempuan di Indonesia dilihat dari kuantitas peran di sejumlah jabatan strategis, baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Hanya saja harus tetap diakui bahwa angka-angka peranan perempuan di sektor strategis tersebut tidak secara otomatis menggambarkan kondisi perempuan di seluruh tanah air. Bukti nyata adalah angka kekerasan terhadap perempuan masih sangat tinggi. Bila pada jaman lampau kekerasan masih berbasis kepatuhan dan dominasi oleh pihak yang lebih berkuasa dalam struktur negara dan budaya termasuk dalam rumah tangga, maka kini diperlengkap dengan adanya basis industrialisasi yang mensuport perempuan menjadi semacam komoditas. 21

B. Bentuk Dan Karakteristik Gerakan Politik Perempuan Di Indonesia

1. Bentuk Formal Gerakan Politik Perempuan Di Indonesia Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita- cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya. Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses keputusan khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakekat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional dan non konstitusional. 22 Partai politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik yang modern dan demokratis. Sebagai suatu partai politik secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilasi rakyat mewakili kepentingan 21 Hikmah Bafagih , Sejarah Gerakan Perempuan, Jakarta: Rajawali Press, 2008, h.6. 22 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet.1, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2008, h.403-404. tertentu memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan secara legimasi dan damai. Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 sebagai penyempurnaan atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1999 tentang partai politik sebagai organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan. 2. Bentuk Non Formal Gerakan Politik Perempuan Di Indonesia Komunis adalah salah satu ideologi yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini, dimana faham ini berasal dari Manifest Der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Frederich Engels pada 21 Febuari 1848 sebagai koreksi dari faham kapitalisme yang dianut dan berkembang di negara-negara Eropa yang pada prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai semua milik rakyat dan oleh karena itu seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata oleh kita untuk kita. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya muncul beberapa fraksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dengan komunisme revolusioner yang dimana pada masing-masing fraksi mempunyai teori dan cara perjuangan yang saling berbeda dalam pencapaian sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutkan sebagai masyarakat utopia. Kelahiran komunisme di Indonesia tak jauh dengan hadirnya orang-orang buangan dari Belanda ke Indonesia dan mahasiswa-mahasiswa jebolan yang beraliran kiri. Mereka diantaranya Sneevliet, Bregsma, dan Tan Malaka yang terakhir masuk setelah Sarekat Islam di Semarang sudah terbentuk. Alasan kaum pribumi yang mengikuti aliran tersebut di karenakan tindakan-tindakannya yang melawan kaum kapitalis dan pemerintahan. Gerakan komunis di Indonesia diawali di Surabaya, yakni didalam diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya yang dikenal dengan nama Vereeniging Van Spoor En Tramweg Personal VSTP. Pada awalnya Vereeniging Van Spoor En Tramweg Personal VSTP hanya berisikan anggota orang Eropa dan Indo Eropa. Salah satu anggota yang menjadi besar adalah Semaun kemudian menjadi ketua Sarekat Islam Semarang. Komunisme Indonesia mulai aktif di Semarang atau sering disebut dengan Kota Merah setelah basis Partai Komunis Indonesia diera tersebut. Hadirnya Indische Sociaal Democratische Vereeniging I.S.D.V dan masuknya para pribumi berhaluan kiri kedalam Sarekat Islam menjadikan komunis sebagian cabangnya karena tak otonomi yang menciptakan Pemerintah Kolonial atas organisasi lepas menjadi salah satu ancaman bagi pemerintah. Indische Sociaal Democratische Vereeniging ISDV menjadi salah satu organisasi yang bertanggung jawab atas banyaknya pemogokan buruh di jawa. Pada tanggal 23 Mei 1920, Indische Social Democratische Vereeniging I.S.D.V yang didirikan di Semarang sepuluh tahun sebelumnya berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di India. Kata perserikatan dalam bahasa Melayu merupakan terjemahan dari kata Belanda, yaitu Partij. Sedangkan nama Partai Komunis Indonesia itu sendiri menurut dokumen awal dari organisasi tersebut merupakan pendekatan dari bahasa Melayu Dalam kongres bulan Juni 1924 di Weltervreden sekarang Jakarta pusat. Perserikatan Komunis di India diubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia. Sejak tahun 1922 sudah terdapat sebuah organisasi politik yang bernama Indonesiche Vereeniging yang kemudian diterjemahkan menjadi Perhimpunan Indonesia. Tapi organisasi tersebut berada di Nederland bukan di negeri jajahan. Partai Komunis Indonesia juga merupakan salah satu organisasi politik Indonesia pertama yang menggunakan konsepsi Partai dalam nama resminya bahasa Melayu. Pergantian kata Perserikatan menjadi Partai merupakan bagian dari konflik terbuka sejak tahun 1922 di dalam tubuh Sarekat Islam. Sejak awal tahun 1910 dan di sepanjang tahun 1920, merupakan suatu gerakan sosial politik yang berpengaruh suatu gerakan yang pertama kali mengambil corak sosial politik di Indonesia, di mana organisasinya tidak lagi membatasi dalam lingkaran tertentu, baik secara sosiologis maupun geografis dan berkembang tidak hanya di Pulau Jawa melainkan juga di Sumatera dan kawasan lainnya. Untuk menegaskan perbedaan tersebut, para pemimpin Sarekat Islam kemudian mengusulkan agar gerakan Sarekat Islam dianggap sebagai sebuah partai dalam pengertian Belanda Partij dan melarang anggotanya menjadi anggota partai yang lain pada saat yang bersamaan. Pada dasarnya, pandangan muslim mengenai perempuan yang berpolitik ini tidaklah tunggal. Maksudnya, perempuan berpoltik tidak biasa dilihat dari satu sisis saja. Karena suara perempuan juga diperlukan dalam dalam urusan pemerintahan politik. Karena masalah yang dihadapi perempuan, perempuan itu sendirilah yang mengetahuinya. Setidaknya menurut penuturan Syafiq Hasyim ada tiga pendapat yang berkembang yang membicarakan perempuan didunia politik yaitu : a. Pendapat konservatif yang menyatakan bahwa Islam adalah fiqih, yaitu tidak memperkenankan perempuan untuk terjun ke ruang politik. Hal ini dikarenakan mereka menganggap bahwa tempat yang terbaik perempuan adalah rumahnya. b. Pendapat liberal progresif yang menyatakan bahwa Islam sejak awal telah mempekenankan konsep keterlibatan perempuan dalam bidang politik. Hal ini dikarenakan mereka berpendapat bahwa istri Rasullah SAW juga aktif dalam urusan pemerintah pada zaman itu. c. Pendapat apologetis yang menyatakan bahwa ada bagian wilayah politik tertentu yang bisa dimasuki perempuan dan ada bagian wilayah tertentu yang sama sekali tidak boleh dijamah oleh perempuan.Wilayah yang sama sekali tidak boleh dimasuki oleh perempuan yaitu menjadi kepala negara Presiden. Sedangkan yang boleh yaitu, hanya sebatas aktif di politik. Partisipasi peran perempuan dalam politik di Indonesia merupakan salah satu cerminan dari adanya keadilan di dalam demokrasi yang sekarang sedang berusaha diwujudkan di dalam masa transisi. Aspek partisipsi perempuan di dalam demokrasi bukanlah sesuatu yang dating tiba-tiba melainkan memerlukan kesadaran dan kepedulian dari seluruh masyarakat kita. Namun sayangnya kondisi partisipasi perempuan di panggung politik masih sangat rendah, dimana sistem politik di Indonesia masih didominasi oleh kaum laki-laki sehingga dengan sendirinya bila diberlakukan kondisi alamiah, maka panggung politik tetap akan didominasi secara mayoritas oleh kaum laki- laki. Rendahnya partisipasi perempuan juga terjadi ditingkat lokal. Seiring dengan beragam persoalan yang dialami perempuan yang hak–haknya sering dirampas dan belum di letakan sebagaimana mestinya oleh kebanyakan masyarakat di mana masih tingginya tingkat kekerasan yang dialami oleh perempuan yang dilakukan oleh oknum maupun institusi jelas merupakan pekerjaan besar yang membutuhkan perhatian serius secara politik. 23

C. Isu-isu Sentral Gerakan Politik Perempuan Di Indonesia