Isu-Isu Gender Perempuan PKS

g. Industri, Iptek, BUMN dan Perdagangan h. Pertanian Kehutanan dan Kelautan i. Energi, Pertambangan dan Pengelolaan SDA j. Usaha Kecil, Mikro dan Koperasi k. Ketenagakerjaan, SDM dan Penciptaan Lapangan Kerja l. Desentralisasi Fiskal, Otonomi Daerah dan Pembangunan Regional m. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat n. Perjuangan Petani o. Perjuangan Buruh p. Perjuangan Nelayan q. Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup 3. Bidang Sosial Budaya a. Pendidikan Nasional b. Pembangunan Kesehatan Nasional c. Seni, Budaya dan Pariwisata d. Pemberdayaan Masyarakat e. Kepeloporan Pemuda f. Olah Raga g. Perempuan Indonesia h. Pembinaan Keluarga i. Dakwah dan Pembinaan Umat Beragama

B. Isu-Isu Gender Perempuan PKS

Pada perda syariah dibeberapa daerah dan Rancangan Undang-Undang APP mendapatkan sorotan tajam dari beberapa peserta karena hanya sibuk mengatur cara berpakain perempuan dan membatasi ekspresi seni dan budaya. Rancangan Undang-Undang APP mendapatkan kritik tajam karena tidak mengatur secara ketat Internet Service Provider. Dikebanyakan negara di Eropa, Internet Service Provider mendapatkan kewajiban untuk mensupervisi pelanggan untuk memblok aliran pornografi dan kecabulan apabila memiliki anak dibawah usia 18 tahun. Dalam seminar ini Partai Keadilan Sejahtera mendapatkan banyak kritik menyangkut interprestasi yang berbeda dalam regulasi pornografi di Indonesia dan menyepakati bahwa Internet Service Provider perlu mendapatkan pengawasan secara ketat untuk melindungi anak-anak dibawah usia 18 tahun dari pornografi. Beberapa peserta tetapi mengkritik Partai Keadilan Sejahtera karena kurang kritis dalam melakukan revisi ini Rancangan Undang-Undang APP yang dinilai beberapa kelompok perempuan dan seniman justru mendiskriminasi tubuh perempuan. Secara kritis beberapa peserta nmenyampaikan urgensi pengaturan tindak- tindak korupsi dibeberapa perda syariah yang selam ini terkesan lebih mengatur perempuan. Beberapa praktik perda syariah mendapatkan kritik tajam karena tidak mampu secara kritis menjerat ekspresi identitas daerah dan lokal dari beberapa kantong komunis Islam di Indonesia, tetapi ekspresinya dicurigai rawan pemboncengan agenda politik sesaat oleh beberapa elit penguasa dan agamawan yang tidak sensitif terhadap hak-hak minoritas dan perempuan. Bahkan pernyatan terakhir Yusuf Kalla yang memromosikan nikah sirih kepada Turis Arab mendapatkan kecaman keras dari masyarakat Indonesia di Jerman. Yusuf Kalla telah dengan sangat tidak hati-hati melintir praktek nikah Islam tersebut untuk menindasdan meniadakan hak-hak perempun. Pernyataan Yusuf Kalla bahwa dengan praktek ini beberapa anak hasil hubungnan dengan turis Arab akan menghjasilkan keturunan yang bagus untuk bintang sinetron dianggap berbau rasisme karena merendahkan ras Indonesisa. Pernyataan Yusuf Kalla tersebut dinilai bersifat misoginis menjual janda kepada turis Arab rasis hasil pernikahan dengan turis Arab menghasilkan keturunan yang bagus, dan mempolitisasi Islam mendorong praktek nikah sirih yang sangat dikritik oleh umat Islam di Indonesia. Dalam seminar sehari tersebut disampaikan beberapa rekomendasi bahwa proses Islaminasi dalam beberapa kebijakan di Indonesia perlu dikawal secara ketat oleh kelompok-kelompok perempuan dan masyarakat Islam sendiri. Kelompok-kelompok Islam progresif telah dinilai secara positif mendukung proses demokratisasi dan isu gender di Indonesia. Komunikasi antara berbagai kelompok Islam di Indonesia baik yang konservatif dan progresif perlu ditingkatkan untuk melindungi hak-hak perempuan dalam proses aplikasi beberapa kebijakan yang berbau Islam. Seminar sehari ini telah memberikan wadah kepada beberapa presenter dari kelompok Islam konservatif dan progresif serta masyarakat dan mahasiswa Jerman untuk saling berdialog berdiskusi dan bertukar pikiran dalam rangka memikirkan hak-hak perempuan di Indonesia yang seringkali menjadi sasaran empuk alat politik dari elit-elit politik dan agama di Indonesia. Sejak Rancangan Undang-Undang APP dan Perda Syariah dibeberapa daerah Indonesia diluncurkan dan menjadi bahan perdebatan nasional, wacana Islam Indonesia mendapat sorotan tajam dari beberapa media barat. Digambarkan seolah-olah Islam menjadi ancaman bagi hak-hak perempuan di Indoneia. Beberapa media barat memberitakan kontroversi tersebut secara sepihak dengan menggambarkan bahwa Islam di Indonesia telah menganggu jalannya demokrasi. Hal ini terungkap dalam seminar bertajuk “Neue Willkuer Gegen Frauen In Indonesia: Frauenrechte Zwischen Islamisierung And Demokrasi”. Menimbang Nasib Perempuan Indonesia: Hak-Hak Perempuan antara Islamisasi dan Demokrasi di Muenster, North Rhein Westfalia, Jerman Sabtu, 15 Juli 2006 di KSHG, yang diselenggarakan Lembaga Swadata Masyarakat Asienhaus, bekerja sama dengan Partai Keadilan SejahteraJerman, Watch Indonesia IMBAS, Eine Welt Forum Aachen. E.Vserta organisasi-organisasi pelajar Indonesia di Muenster seperti KMKI Persatuan Pelajar Katolik Indonesia dan Persatuan Pelajar Indonesia. Ada empat pembicara yang tampil dalam seminar tersebut yang mewakili berbagai kelompok sosial sekaligus perspektif yang beragama. Pembicara pertama, Sahiron Syamsuddin dosen Universitas Islam Negeri Yogyakarta yang sedang merampungkan disertai progresif, pembicara kedua, Dr. Syamsuddin Arief wakil Partai Keadilan Sejahtera mewakili perspektif Muslim Konservatif di Jerman, pembicara ketiga, Dr. Soe Tjen Marching dosen School Of Oriental And African Studies University Of London di Inggris mewakili suara perempuan dan minoritas Indonesia, sedangkan pembicara keempat Jidith Melzer, Kandidat Doktor Universitas Frankfurt mewakili pengamat Jerman tentang Indonesia.

C. Pandangan Politisi PKS Dalam Hukum Berkeadilan Gender