Zaman Pendudukan Bala Tentara Jepang 1942 - 1945

Perkumpulan Perempuan Indonesia menolak mencampuri urusan politik dan agama. Perkembangan terakhir ini sebenarnya telah dirintis jauh sebelumnya, yaitu pada tahun 1919 ketika Siti Soendari mendirikan organisasi Putri Budi Sejati di Surabaya Organisasi ini merupakan organisasi wanita yang cukup besar serta berdikari, dan mendasarkan perjuangannya pada cita-cita kebangsaan. Arah baru ini diikuti oleh Isteri Sedar yang didirikan di Bandung pada tahun 1930. Isteri Sedar berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dimana penghargaan dan kedudukan wanita dan laki-laki sama dan sejajar. Organisasi ini juga bersikap kritis terhadap norma-norma adat, tradisi dan agama yang pada prakteknya merugikan kaum wanita. Isteri sedar bersikap anti dan selalu dengan pedas menyerang imperialisme dan kolonialisme. 20 Pada kongresnya yang kedua tahun 1935, ketiga tahun 1938 dan keempat tahun 1941, Perikatan perkumpulan Perempuan Indonesia membicarakan sekitar kewajiban kebangsaan walaupun tetap dengan tekanan pada kewajiban menjadi Ibu Bangsa, masalah hak memilih dalam badan-badan perwakilan dan dewan kota, serta beberapa masalah politik lainnya.

2. Zaman Pendudukan Bala Tentara Jepang 1942 - 1945

Dengan menyerahnya Jendral Ter Poorten tanpa syarat di Kalijati pada tanggal 9 Maret 1942 kepada Jendral lmamura, berakhirlah penjajahan Belanda atas lndonesia. Dengan demikian berpindah tangan nasib bangsa lndonesia kepada penjajah yang baru Jepang. Belanda tidak pernah percaya kepada ajakan tokoh- tokoh politik bangsa lndonesia untuk bersama-sama berjuang anti fasis, sebaliknya Belanda lebih percaya kepada Jepang. Padahal sudah tahu lebih dulu, bahwa Jepang sudah mengincar lndonesia untuk memperoleh kekayaannya, terutama minyak yang sangat dibutuhkannya untuk keperluan industrinya. Kekejaman fasis Jepang selama pendudukannya di lndonesia bahkan makin membulatkan tekad seluruh bangsa untuk membebaskan diri dari setiap 20 Jaya Wardena, Feminism And Nationalism In Third Word In 19th And 20th Centuries, Denmark: The Haque: 1982. penjajahan asing dan memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya. Salah satu tindakannya yang pertama ialah Jepang melarang semua organisasi yang ada dan membubarkannya. Dengan bantuan orang-orang bekas pegawai dinas rahasia Belanda yang bernama Politiek Inlichtingen Dienst menangkapi elemen-elemen anti fasis di kalangan bangsa Indonesia tidak dikecualikan organisasi-organisasi wanita juga dibubarkan. Kemudian dibentuk organisasi-organisasi baru dengan dalih sebagai propaganda untuk kepentingan dan kemakmuran bangsa-bangsa Asia Timur Raya. Dengan sendirinya organisasi-organisasi yang tidak mau masuk perangkap kerjasama dengan penguasa fasis, terpaksa bergerak dibawah tanah. Taktik Jepang merangkul Bangsa Indonesia dengan cara Bahasa Belanda dilarang dan bahasa Indonesia secara resmi digunakan sebagai bahasa komunikasi umum, sistem sekolah Belanda seperti ELS, HIS, HCS dan lainnya dibubarkan dan diganti dengan sekolah Rakyat 6 tahun. Ketika pusat tenaga rakyat akhirnya dilebur dalam organisasi baru Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa, maka Fujinkai dijadikan bagian wanitanya dengan cabang didaerah-daerah. Kegiatan Fujinkai dibatasi hanya pada urusan- urusan kewanitaan dan peningkatan ketrampilan domestik selain kegiatan menghibur tentara yang sakit dan kursus buta huruf. Bagi para wanita yang mempunnyai wawasan luas, pembatasan ini merisaukan dan mereka tidak ikut masuk Fujinkai. Kenyataan ini menjadikan adanya dua jenis orientasi dikalangan aktivis wanita yaitu mereka yang bekerjasama dengan pemerintah Balatentara Dai Nippon dan yang tidak bekerjasama serta memilih bergerak diam-diam dibawah tanah.

3. Replublik Indonesia 1945-1990