Komunikasi Verbal Bahasa Binan

lain. Komunikasi digunakan sebagai jembatan yang menghubungkan manusia yang satu dengan yang lainnya Effendy, 2003 : 27. Dewasa ini, ilmu komunikasi berkembang menjadi ilmu yang dianggap penting sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kehidupan manusia akibat perkembangan teknologi. Harold Lasswell Mulyana, 2005 : 62, menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan mnjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What In Which Channel To Whom Wtih What Effect ? Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?. Jawaban bagi pertanyaan paradigma Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek Effendy, 2004 : 253.

I.6.2 Komunikasi Verbal

Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antarpribadi telah melaksanakan pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun nonverbal. Dalam komunikasi tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata- kata, pengungkapannya baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan tangan. Dan hal demikan setiap saat dilakukan oleh siapa saja tanpa kecuali. Sebenarnya jika kita jujur maka pelaksanaan komunikasi antarpribadi setiap hari terbanyak melibatkan prilaku non verbal sebagai penguat pesan-pesan verbal yang diucapkan. Goffman 1971 dan De Lozier 1976 Little John 1978 merinci perilaku verbal seperti bahasa jarak atau prosemik; bahasa gerak anggota tubuh atau Universitas Sumatera Utara kinesik dan perilaku yang terletak antara verbal dan nonverbal yang disebut dengan paralinguistik. Jadi, baik perilaku verbal maupun nonverbal masing-masing dapat menunjukkan seberapa jauh hubungan antara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Perilaku verbal dan nonverbal yang memilikimengandung pesan dapat menghasilkan suatu suasana yang menunjukkan erat tidaknya hubungan antara dua orang atau dekat atau jauhnya jarak sosial Liliweri, 1991:31.

I.6.3 Bahasa Binan

Pada dekade 1990-an ini, khalayak pendengar radio dan penonton televisi mau tak mau mendengar suatu jenis bahasa baru yang kata-katanya ada yang sepintas dengar terkendali, akan tetapi konteks penggunaan dan maknanya, setidaknya pada awal, terkesan tidak pada tempatnya; ada yang asing sama sekali; dan ada pula yang menggunakan gaya bahasa khas waria yang latah atau dilatah- latahkan. Setidaknya sejak tahun 1960-an di kalangan wadamwaria dan homogay digunakan bahasa khusus yang dikenal dengan nama Omong Cong atau Omong Ces, hingga saat ini yang diberi nama Bahasa Binan. Sebagian dari kata bahasa binan ini kemudian masuk ke dalam bahasa informal umum, seperti kata nepsong, trimse kamse, dan puncaknya saat ini dengan penggunaan begitu banyak kata Bahasa Binan dalam Bahasa Gaul. Hal yang boleh dikatakan baru dalam media elektronik dalam dekade 1990-an ini adalah meluasnya penggunaan ragam bahasa yang awalnya berasal dari ragam yang dipakai oleh komunitas kaum gay homoseks. Dengan perkataan lain, ragam bahasa yang dalam komunitas asalnya dikenal sebagai bahasa binan Universitas Sumatera Utara kemudian menjadi apa yang dinamakan bahasa gaul dan digunakan oleh mereka yang bukan waria dan bukan atau belum diketahui gay. Sejauh yang kita ketahui, di kepulauan Nusantara ini tercatat adanya enam jenis proses pembentukan kata-kata bahasa binan Oetomo:2003:63. Kata-kata bahasa binan dibentuk dengan dua proses, yakni : 1. Proses perubahan bunyi dalam kata yang berasal dari bahasa daerah atau bahasa Indonesia 2. Proses penciptaan kata atau istilah baru atau pun penggeseran makna kata atau istilah plesetan yang sudah ada dalam bahasa daerah atau bahasa Indonesia.

I.6.4 Komunikasi Antarpribadi