Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani kopi di daerah penelitian.
Tabel 10.Rata-rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan Per Ha Per Tahun
No. Pendapatan Petani Kopi
Rupiah
1 2
Per Petani Per Hektar
23.539.088,8 32.773.373,7
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9 Tahun 2010
Dari tabel 8. Diatas dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani kopi per petani adalah sebesar Rp. 23.539.088,8 dalam 1 tahun atau setara dengan
Rp. 1.961.590,7 per bulan dan rata-rata pendapatan petani kopi per hektar adalah sebesar Rp. 32.773.373,7 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp. 2.731.114.5 per
bulan. Dari data diatas maka dapat dikatakan bahwa usahatani kopi di daerah penelitian
menguntungkan, karena penerimaan petani lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan untuk berusahatani. Kesimpulan yang sama juga dihasilkan
oleh penelitian Arta 2009 yang menunjukkan bahwa usahatani kopi Arabika memberikan keuntungan bagi petani yang mengusahakannya, dimana penerimaan
yang diterima petani lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan dalam berusahatani kopi.
5.2. Karakteristik Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi Petani
Kopi
Analisis dilakukan terhadap karakteristik yang mempengaruhi produksi petani kopi. Karakteristik tersebut adalah karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi
petani kopi.
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi karakteristik sosial adalah umur, tingkat pendidikan dan lama berusahatani, sedangkan karakteristik ekonomi meliputi jumlah tanggungan
keluarga, curahan tenaga kerja, luas lahan dan modal. • Umur
Petani sampel di daerah penelitian pada umumnya berada pada usia produktifnya. Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian yaitu sekitar
52,74 tahun. • Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian hampir sama di semua daerah di Indonesia. Tingkat pendidikan mereka masih tergolong rendah.
Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian yaitu sebesar 9,98 tahun atau setara dengan SMP kelas 3
• Lama berusahatani Perkebunan kopi rakyat di daerah penelitian sudah ada sejak dahulu dan
diwariskan kepada anak cucu mereka. Hal inilah yang mengakibatkan lama berusahatani petani sampel di daerah penelitian tergolong tinggi. Pada
umumnya mereka sudah mengenal tanaman kopi semenjak masih anak-anak karena orangtua mereka pun mengusahakan tanaman kopi. Rata-rata
pengalaman bertani petani sampel yaitu sebesar 33,04 tahun. • Jumlah tanggungan keluarga
Petani sampel di daerah penelitian memiliki jumlah anak yang relatif rendah. Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel adalah 2,74 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
• Curahan tenaga kerja
Di daerah penelitian tenaga yang digunakan adalah tenaga kerja keluarga dan luar keluarga. Tenaga keluarga digunakan untuk kegiatan yang ringan dan
dilakukan setiap hari seperti membersihkan lahan. Sedangkan tenaga luar keluarga digunakan untuk kegiatan yang sifatnya periodik atau pada waktu-
waktu tertentu misalnya menyemprot, membabat, dan panen. • Luas lahan
Rata-rata luas lahan petani sampel di daerah penelitian adalah sebesar 0,72 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian memiliki luas
lahan yang relatif rendah • Modal
Yang termasuk dalam modal adalah modal tidak tetap dan modal tetap. Untuk modal tidak tetap yang dimasukkan adalah modal yang dipakai untuk satu kali
proses produksi seperti bibit, pupuk dan herbisida. Sedangkan modal tetap terdiri dari penyusutan alat-alat pertanian dan PBB Suratiyah, 2009.
Pengaruh karakteristik tersebut terhadap produksi petani kopi dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan formula sebagai berikut:
Ŷ = a + b
1
x
1
+ b
2
x
2
+ b
3
x
3
+ b
4
x
4
+ b
5
x
5
+ b
6
x
6
+ b
7
x
7
+ ε
Dimana: Ŷ
= Produksi petani kopi a
= Koefisien Intercept b
1
, b
2
, b
3
,…, b
7
= Koefisien Regresi
Universitas Sumatera Utara
x
1
= Umur x
2
=Tingkat Pendidikan x
3
= Lama Berusahatani x
4
= Jumlah Tanggungan x
5
= Curahan Tenaga Kerja x
6
= Modal x
7
= Luas lahan Analisis dilakukan terhadap tanaman yang sudah berproduksi, karena analisis ini
dilakukan untuk melihat pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap produksi petani kopi. Oleh karena itu tanaman kopi yang belum berproduksi tidak dijadikan
sebagai sampel. Dalam hal ini umur tanaman kopi yang dijadikan sampel adalah kopi berumur 4 -15 tahun.
Berikut ini ditampilkan tabel hasil pengujian karakteristik yang mempengaruhi produksi petani kopi.
Tabel 11. Hasil Pengujian Karakteristik Yang Mempengaruhi Produksi Petani Kopi
Sumber: Data diolah dari lampiran 14 Tahun 2010
No. Variabel
Koef. Regresi t-hitung
Signifikansi 1.
Umur 78.765
.935 .355
2. Tingkat Pendidikan
-76.152 -1.175
.247 3.
Lama Berusahatani -82.797
-.980 .333
4. Jumlah Tanggungan
-54.592 -.512
.612 5.
Curahan TK 101.893
10.533 .000
6. Modal
.001 1.007
.320 7.
Luas Lahan 3968.242
2.131 .039
R
2
.964 F
hitung
155.490 F
tabel
2.18 t
tabel
2.0181
Universitas Sumatera Utara
• Secara Serempak Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai R
2
sebesar 96,4, hal ini menunjukkan bahwa variabel independent mampu menjelaskan 96,4 dari
variabel dependent yaitu produksi petani kopi. Koefisien regresi memperlihatkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 0,000 0,05 dengan demikian Ho
diterima, artinya bahwa ketujuh variabel umur X1, tingkat pendidikan X2, lama berusahatani X3, jumlah tanggungan X4, curahan tenaga kerja X5,
modal X6 dan luas lahan X7 secara serempak berpengaruh terhadap produksi petani kopi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan produksi petani kopi diterima.
• Secara Parsial Dari tabel di atas dapat dilihat nilai koefisien dari masing-masing variabel. Secara
parsial variabel-variabel tesebut ada yang berpengaruh nyata dan ada yang berpengaruh tidak nyata. Variabel curahan tenaga kerja X5 berpengaruh nyata
terhadap produksi petani kopi dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak petani mencurahkan
tenaganya untuk merawat tanaman kopinya maka produksi tanaman kopi itu semakin meningkat. Adapun kegiatan perawatan yang dapat meningkatkan
produksi tanaman kopi adalah pemangkasan tanaman kopi. Pemangkasan ini bertujuan untuk membuang cabang kopi yang tidak produktif. Dengan adanya
pemangkasan ini, jumlah cabang kopi menjadi tidak terlalu rimbun sehingga dapat mengurangi persaingan untuk mendapatkan unsur hara antar cabang.
Universitas Sumatera Utara
Pemangkasan juga dilakukan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam bagian tanaman agar proses fotosintesis dapat terjadi dan merangsang pertumbuhan
bunga. Kegiatan perawatan lainnya adalah membersihkan lahan kopi dari rumput- rumput dan tanaman pengganggu lainnya. Hal ini dilakukan agar unsur hara yang
terkandung dalam tanah hanya digunakan oleh tanaman kopi saja. Variabel luas lahan X7 juga berpengaruh nyata terhadap produksi petani kopi
dengan tingkat signifikansi 0,039 lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas lahan kopi maka semakin tinggi tingkat
produksinya. Sedangkan variabel yang lain tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap
produksi petani kopi karena tingkat signifikansinya lebih besar dari alpha 0,05. Variabel tersebut adalah umur X1 dengan tingkat signifikansi 0,355, tingkat
pendidikan X2 dengan tingkat signifikansi 0,247, lama berusahatani X3 dengan tingkat signifikansi 0,333, jumlah tanggungan X4 dengan tingkat
signifikansi 0,612 dan modal X6 dengan tingkat signifikansi 0,320. Variabel umur tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi petani kopi. Dari
hasil penelitian dapat dilihat bahwa umur petani sampel berbeda-beda dan produksi kopi mereka juga berbeda. Ada petani yang berumur tua memiliki
produksi kopi yang tinggi namun adapula petani muda yang memiliki produksi kopi yang tinggi. Sehingga umur tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
produksi kopi. Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi petani
kopi, dikarenakan tingkat pendidikan petani sampel masih rendah yaitu SMP.
Universitas Sumatera Utara
Petani memiliki pengetahuan yang masih rendah, sehingga mereka masih menjalankan usahataninya secara sederhana, mereka belum mampu memahami
mengadopsi teknologi ataupun metode-metode baru dalam meningkatkan produksi kopi mereka.
Variabel lama berusahatani tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengalaman berusahatani kopi petani sampel
tinggi, sehingga mereka hanya menerapkan cara penanaman kopi seperti cara-cara yang terdahulu. Mereka masih ragu-ragu dalam menerapkan inovasi-inovasi baru
dalam bercocok tanam kopi. Sehingga cara-cara yang lama tetap digunakan dalam mengusahakan tanaman kopi tanpa ada usaha untuk mencoba cara baru untuk
meningkatkan produksi kopi mereka. Variabel modal tidak berpengaruh nyata terhadap produksi, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa produksi kopi dapat ditingkatkan jika tanaman kopi tersebut dirawat. Pada umumnya jumlah produksi bergantung pada banyaknya
bibit yang digunakan, semakin banyak bibit yang digunakan maka produksi semakin tinggi, namun pada kenyataannya, petani yang menggunakan mata lima
menyisipkan tanaman kopi di tengah-tengah baris yang kosong antara tanaman kopi yang satu dengan yang lain tanaman pada lahan kopinya justru memperoleh
produksi kopi yang lebih sedikit. Hal ini disebabkan adanya persaingan unsur hara, sinar matahari dan udara antar tanaman kopi. Untuk tanaman kopi di daerah
penelitian yang merupakan tanaman kopi organik, penggunaan pupuk anorganik tidak terlalu banyak diterapkan sehingga penambahan biaya untuk pupuk tidak
mempengaruhi produksi kopi.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Analisis Finansial Usahatani Kopi