Gambar 9.
Kromatogram Hasil Penyuntikan Sampel Keripik Singkong yang berasal dari Kampung Lalang dengan Komposisi Fase Gerak
Asetonitril : Larutan Asam Fosfat 21,7 mM 5:95 dan Laju Alir 1,0 mlmenit
4.2 Penyiapan Larutan Sampel
Setelah diperoleh kondisi kromatogram yang optimal maka disusunlah prosedur penyiapan larutan sampel. Prosedur diambil dari jurnal penelitian oleh
Levita 2006 yakni dimulai dari ekstraksi akrilamida dari sampel keripik singkong menggunakan campuran 60 ml diklorometan dan 3 ml etanol.
Diklorometan merupakan pelarut organik yang sedikit melarutkan akrilamida sehingga penambahan etanol diharapkan dapat meningkatkan kelarutan
akrilamida sewaktu proses ekstraksi. Akrilamida sebenarnya memiliki kelarutan yang tinggi dalam air Gökmen dan Senyuva, 2008, namun dalam proses
ekstraksi tidak menggunakan air dikarenakan banyaknya senyawa polar yang mungkin ikut terekstraksi bersama akrilamida, sehingga digunakan campuran
diklorometan dan etanol sebagai larutan pengekstraksi. Setelah proses ekstraksi
Universitas Sumatera Utara
selesai, filtrat ditambahkan pelarut yaitu asetonitril, aquabidest dan asam fosfat dengan perbandingan 20:79:1 dimana sebagian besar komposisi pelarutnya adalah
air. Hal ini dimaksudkan agar akrilamida dapat tertarik ke dalam fase air tanpa terbawanya senyawa organik lain yang tidak larut dalam air.
Adanya kemungkinan bahwa tidak seluruh akrilamida tertarik ke dalam fase air, maka fase diklorometan harus diuapkan hingga habis sehingga sisa
akrilamida yang tertinggal akan larut ke dalam fase air Castle, 2006. Diklorometan bersifat relatif toksik dan berpotensi mencemari lingkungan bila
dilakukan penguapan secara langsung, sehingga penguapan dilakukan dalam sistem tertutup menggunakan proses destilasi. Proses destilasi memungkinkan
untuk dikerjakan karena titik didih diklorometan yang relatif jauh dari air yakni 40°C. Selain itu, pengamatan titik akhir destilasi juga mudah dilakukan karena
fase air tidak bercampur dengan fase diklorometan. Setelah destilasi selesai, minyak yang tertinggal disentrifugasi supaya
terpisah sempurna dari larutan destilat lalu dilanjutkan dengan dekantasi untuk memisahkan minyak. Namun cara ini dinilai tidak efektif karena adanya larutan
destilat yang juga ikut terdekantasi sehingga kandungan akrilamida dalam supernatan menjadi berkurang dan masih adanya butiran minyak yang tertinggal
di larutan destilat sehingga bila disuntikkan ke dalam sistem KCKT, dikhawatirkan akan merusak kolom. Berdasarkan hal tersebut, prosedur ini lalu
dimodifikasi di mana setelah larutan destilat disentrifugasi, kemudian dibekukan di dalam freezer lemari pendingin selama 3 jam hingga minyak di bagian atas
memadat. Setelah itu, minyak yang telah memadat diambil secara fisik dan fase air yang membeku dibiarkan mencair kembali Tanseri, 2010.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Analisis Kualitatif