Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh
ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP
KEPUTUSAN WISATAWAN BERKUNJUNG KE TAMAN
HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH
GELADIKARYA
Oleh :
RIO SATRIO
NIM : 067007029
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Geladikarya : Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh
Nama : Rio Satrio
NIM : 067007029
Program Studi : Magister Manajemen
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Rismayani, SE, MSi Ketua
Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM Anggota
Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana
(3)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam di Provinsi Sumatera Utara mengalami persaingan yang ketat dengan daerah tujuan wisata lainnya. Berdasarkan data yang ada, jumlah kunjungan wisatawan ke selama 3 tahun terakhir tidak mencapai target kunjungan wisatawan. Hal ini dikarenakan belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi ekowisata berdasarkan zona serta kurangnya pemasaran.
Sesuai dengan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh” dengan membuat perumusan masalah, yaitu: Bagaimana pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari variabel: Produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), Tempat (Place), Orang (Person), Pendukung Fisik (Physical Evidence) dan Proses (Process) terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan cara penyebaran daftar pertanyaan (questionaire) mengenai análisis bauran pemasaran yang digunakan terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Sampel penelitian diambil dari populasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh.
Dari hasil penelitian diperoleh, nilai R sebesar 0,607 menunjukkan korelasi yang erat antara bauran pemasaran dengan keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Nilai koefisien determinasi (R Square) dari hasil penelitian diperoleh sebesar 0,369. Artinya 36,9% keputusan berkunjung wisatawan dipengaruhi oleh bauran pemasaran. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel keputusan pembelian (Y) secara parsial dipengaruhi oleh Produk (X1) dengan nilai koefisien sebesar
0,340, Harga (X2) dengan nilai koefisien 0,104, Tempat (X3) dengan nilai
koefisien sebasar 0,314 dan Orang (X5) dengan nilai koefisien sebesar 0,014.
Sedangkan untuk variabel Promosi (X4) dengan nilai koefisien sebesar 0,073,
Pendukung Fisik (X6) dengan nilai koefisien sebesar 0,013, serta Proses (X7)
dengan nilai koefisien sebesar 0,170 secara tidak signifikan mempengaruhi secara parsial.
(4)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul:
“ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN WISATAWAN BERKUNJUNG KE
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH”
adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.
Medan, 29 Februari 2012 Yang Membuat Pernyataan
(5)
RIWAYAT HIDUP
Rio Satrio, lahir di Medan tanggal 11 September 1981. Anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan H. M. Darwis dan Hj. Herawati. Menikah dengan Dewi Suryani dan dikaruniai seorang putri Naura Aaleyanissa Satrio. Pendidikan SD Bhayangkari I Medan tamat pada tahun 1993, SMP Negeri 2 Medan tamat pada tahun 1996, SMU Swasta Kesatuan Bogor tamat pada tahun 1999 dan Sarjana (S1) di Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor tamat pada tahun 2005. Sampai saat ini penulis berwiraswasta di bidang distribusi makanan beku olahan (Frozen Food).
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis atas berkat dan rahmat Allah S.W.T., penulis dapat
menyelesaikan geladikarya ini dengan judul ”Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh”
Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Magister Manajemen sesuai dengan kurikulum pada Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc (CTM), SpA(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, M.SIE selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Rismayani, SE, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing 6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM selaku Anggota Komisi
Pembimbing.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, M.SIE, Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng dan Bapak Prof. Dr. Ir. Opim Salim Sitompul, MT selaku Penguji Sidang.
(7)
8. Bapak Ir. Liliek P. Asmono selaku Kepala UPT Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Provinsi Sumatera Utara.
9. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
10.Staf Akademik di Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
11.Ayahanda H. M. Darwis dan Ibunda Hj. Herawati, Abangda Eko Dermawan dan Kakanda Siti Bundari, Isteri tercinta Dewi Suryani, serta seluruh keluarga dan teman yang tiada henti mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu, semoga geladikarya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Februari 2012
(8)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelititian ... 5
1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5
BAB II KERANGKA TEORITIS ... 6
2.1. Pengertian Pariwisata ... 6
2.2. Pemasaran Pariwisata ... 7
2.3. Pengertian Ekowisata ... 8
2.4. Strategi Pemasaran Ekowisata ... 14
2.5. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 15
2.5.1. Produk (Product) ... 15
2.5.2. Harga (Price) ... 16
2.5.3. Tempat (Place) ... 16
2.5.4. Promosi (Promotion) ... 16
2.5.5. Orang (Person) ... 17
2.5.6. Pendukung Fisik (Physical Evidence) ... 17
(9)
2.5.8. Keputusan Pembelian ... 18
2.6. Pengertian Kawasan Taman Hutan Raya ... 19
2.7. Penelitian Terdahulu ... 19
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 21
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 22
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
4.2. Metode Penelitian... 22
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 23
4.3.1. Variabel Penelitian ... 23
4.3.2. Definisi Operasional Variabel ... 24
4.4. Populasi dan Sampel ... 26
4.4.1. Populasi (N) ... 26
4.4.2. Sampel (n) ... 27
4.5. Jenis dan Sumber Data ... 27
4.6. Teknik Pengumpulan Data ... 27
4.7. Skala Ukuran Data ... 28
4.8. Uji Kualitas Data ... 29
4.9. Analisis Data ... 30
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35
5.1. Sejarah Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 35
5.2. Potensi Ekowisata Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 38
5.3. Organisasi dan Tugas Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 39
5.4. Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh ... 41
5.5. Biaya di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh ... 42
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 44
6.1. Karakteristik Responden ... 44
6.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 44
(10)
6.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45
6.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46
6.1.5. Karakteristik Responden BerdasarkanTempat Tinggal ... 46
6.1.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 47
6.2. Uraian Penjelasan Responden Atas Variabel Bauran Pemasaran ... 47
6.2.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Produk (X1) ... 47
6.2.2. Penjelasan Responden Atas Variabel Harga (X2) ... 48
6.2.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Tempat (X3) ... 49
6.2.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Promosi (X4)... 50
6.2.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Orang (X5) ... 50
6.2.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Pendukung Fisik (X6) ... 51
6.2.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Proses (X7) ... 52
6.2.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Keputusan Wisatawan (Y) 53 6.3. Hasil Uji Kualitas Data ... 54
6.4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 57
6.5. Hasil Analisis Data ... 62
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
7.1. Kesimpulan ... 69
7.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.Target dan Realisasi Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh,
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2011 ... 2
Tabel 4.1. Hubungan antar Variabel ... 32
Tabel 6.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 44
Tabel 6.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
Tabel 6.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 45
Tabel 6.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46
Tabel 6.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 46
Tabel 6.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 47
Tabel 6.7. Hasil Statistik Deskriptif ... 53
Tabel 6.8. Hasil Pengujian Validitas Variabel X dan Y ... 55
Tabel 6.9. Hasil Pengujian Validitas Variabel X dan Y ... 56
Tabel 6.10. Hasil Uji Reliabilitas ... 57
Tabel 6.13. Hasil Uji Multikolinearitas... 60
Tabel 6.15. Koefisien Determinasi... 62
Tabel 6.16. Hasil Uji F ... 63
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konseptual ... 21
Gambar 5.1. Bagan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan (PTHRBB) Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara ... 41
Gambar 6.11. Hasil Uji Normalitas Histogram ... 58
Gambar 6.12. Hasil Uji Normalitas P Plot ... 59
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (Questionaire) Lampiran 2. Karakteristik Responden
Lampiran 3. Jawaban Responden
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Berganda
(14)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam di Provinsi Sumatera Utara mengalami persaingan yang ketat dengan daerah tujuan wisata lainnya. Berdasarkan data yang ada, jumlah kunjungan wisatawan ke selama 3 tahun terakhir tidak mencapai target kunjungan wisatawan. Hal ini dikarenakan belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi ekowisata berdasarkan zona serta kurangnya pemasaran.
Sesuai dengan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh” dengan membuat perumusan masalah, yaitu: Bagaimana pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari variabel: Produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), Tempat (Place), Orang (Person), Pendukung Fisik (Physical Evidence) dan Proses (Process) terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan cara penyebaran daftar pertanyaan (questionaire) mengenai análisis bauran pemasaran yang digunakan terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Sampel penelitian diambil dari populasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh.
Dari hasil penelitian diperoleh, nilai R sebesar 0,607 menunjukkan korelasi yang erat antara bauran pemasaran dengan keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Nilai koefisien determinasi (R Square) dari hasil penelitian diperoleh sebesar 0,369. Artinya 36,9% keputusan berkunjung wisatawan dipengaruhi oleh bauran pemasaran. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel keputusan pembelian (Y) secara parsial dipengaruhi oleh Produk (X1) dengan nilai koefisien sebesar
0,340, Harga (X2) dengan nilai koefisien 0,104, Tempat (X3) dengan nilai
koefisien sebasar 0,314 dan Orang (X5) dengan nilai koefisien sebesar 0,014.
Sedangkan untuk variabel Promosi (X4) dengan nilai koefisien sebesar 0,073,
Pendukung Fisik (X6) dengan nilai koefisien sebesar 0,013, serta Proses (X7)
dengan nilai koefisien sebesar 0,170 secara tidak signifikan mempengaruhi secara parsial.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri jasa pariwisata di Indonesia sudah menjadi bagian yang penting dalam pembangunan negara, ditandai dengan dikeluarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Di Era Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan pusat dengan daerah, memberikan kesempatan Pemerintah Daerah semakin leluasa dalam membuka peluang guna mengatur dan mengurus daerahnya sendiri termasuk pengembangan pariwisata.
Ekowisata adalah salah satu bentuk pengembangan pariwisata yang dapat disesuaikan dengan potensi suatu daerah. Ekowisata merupakan wisata dengan menciptakan daya tarik bagi wisatawan yang punya arah kecenderungan berkunjung ke tempat wisata yang berbasis pada potensi alam dan wisatanya. Hal ini dapat berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi ekowisata yang perlu dikembangkan yakni, Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan, yang secara administratif terletak di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1988 dengan luas areal ± 51.600 ha dan terletak di 4 (empat)
(16)
lintas kabupaten, yaitu: 1) Kabupaten Langkat dengan luas 13.000 ha; 2) Kabupaten Deli Serdang dengan luas 17.150 ha; 3) Kabupaten Simalungun dengan luas 1.645 ha; dan 4) Kabupaten Tanah Karo dengan luas 19.805 ha.
Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan banyak sekali memiliki potensi daerah tujuan ekowisata, termasuk di dalamnya adalah Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh memiliki potensi ekowisata seperti: wisata alam dan panorama pemandangan; sarana rekreasi; sumber plasma nutfah flora dan fauna; fungsi hutan lindung; area penelitian; fungsi penyuluhan; pendidikan dan pelatihan; peluang usaha; dan masih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Selain memiliki fungsi ekowisata, Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh merupakan pintu masuk dan pusat informasi dari seluruh daerah tujuan ekowisata yang terdapat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
Untuk potensi pasar ekowisata yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh dapat dilihat pada Target dan Realisasi Pengunjung Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2011 sebagai berikut:
Tabel 1.1. Target dan Realisasi Pengunjung Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2011 No Tahun Target
Pengunjung (Orang)
Realisasi Pengunjung Jumlah (Orang)
Pencapaian (%) Domestik
(Orang)
Asing (Orang)
1 2009 6.000 2.545 - 2.545 42
2 2010 6.000 3.612 - 3.612 60
3 2011 6.000 5.773 4 5.777 96
Sumber: UPT Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2012
(17)
Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat adanya peningkatan jumlah kunjungan wisata setiap tahunnya, tetapi jumlah angka pengunjung tersebut masih perlu ditingkatkan karena tidak tercapainya target pengunjung yang diharapkan.
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh menjadi tempat wisata yang kuang favorit bagi wisatawan, karena lebih tertarik mengunjungi tempat wisata yang berbasis hiburan dan permainan yang bervariasi dan lengkap. Daerah tujuan wisata ini dikelola oleh pihak swasta dengan nilai investasi modal yang sangat besar.
Pada saat ini belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi ekowisata berdasarkan zona serta kurangnya pemasaran menjadi salah satu penyebab Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh belum mampu bersaing dengan tempat wisata lainnya yang banyak menawarkan produk wisata yang lebih menarik. Tidak disahkannya retribusi pendapatan asli daerah (PAD) oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta belum dilantiknya Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan secara definitif sehingga dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh mengalami banyak hambatan dan kendala.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian dalam menganalisis bauran pemasaran atau marketing mix pada Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh sehingga mampu dicari solusi alternatif sehingga dapat mengembangkannya ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan target pengunjung yang diharapkan.
(18)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dirumuskan permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
2. Variabel bauran pemasaran (marketing mix) apa yang paling memberi pengaruh terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
3. Variabel bauran pemasaran (marketing mix) apa yang kurang memberi pengaruh terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui korelasi atau kekuatan hubungan antara bauran pemasaran dengan keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
2. Untuk mengetahui besar presentase keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh yang dipengaruhi bauran pemasaran.
3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
(19)
4. Untuk mengetahui bauran pemasaran yang paling berpengaruh terhadap wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, antara lain:
1. Sebagai masukan bagi pihak Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
2. Membuka peluang usaha bagi calon investor (swasta) terutama sebagai pendukung pengembangan ekowisata di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
3. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang manajemen pemasaran, khususnya permasalahan yang berhubungan dengan bauran pemasaran. 4. Sebagai referensi berbagai pihak seperti Program Magister Manajemen
Sekolah Pasca Sarjana USU atau instansi pendidikan lainnya, peneliti selanjutnya, pelaku wisata, komunitas, birokrat dan lain-lain.
1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh bauran pemasaran, yang meliputi: Produk, Harga, Promosi, Tempat, Orang, Pendukung Fisik dan Proses terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Ruang lingkup penelitian fokus pada pengunjung ekowisata pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.
(20)
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1. Pengertian Pariwisata
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pengertian pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata terkait dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan dan sebagainya. Semuanya merupakan rangkaian elemen (pelaku pariwata) yang saling mempengaruhi atau menjalankan fungsi-fungsi tertentu sehingga pariwisata tesebut dapat berjalan semestinya.
Menurut Damanik (2006) dalam pasar wisata terdapat banyak pelaku wisata (stakeholders) yang terlibat dengan peran yang berbeda-beda, yaitu:
1. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.
2. Industri Pariwisata adalah semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata.
3. Pendukung Jasa Wisata adalah kelompok usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa.
(21)
4. wisata tetapi sering kali begantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk tersebut.
5. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki otoritas dalam pengaturan, penyediaan dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata.
6. Masyarakat Lokal merupakan penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata dan menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata.
7. Lembaga Swadaya Masyarakat.
Pelaku wisata sangat berhubungan dengan pilihan daerah destinasi wisata yang merupakan unsur sentral dalam mengambil keputusan berwisata. Pesatnya pertambahan jumlah daerah tujuan wisata lama maupun baru membuat orang menjadi semakin tidak mudah untuk melakukan pilihan. Ada kalanya wisatawan sudah memiliki bayangan tentang apa yang ingin dicari dalam berwisata sehingga mereka tinggal memilih daerah tujuan wisata yang mempunyai atraksi yang paling sesuai dengan keinginan. Daerah destinasi wisata merupakan pilihan pelaku wisata untuk melakukan segala aktivitas wisatanya.
2.2. Pemasaran Pariwisata
Menurut Wahab, dkk dalam Yotie (2005) mengartikan pemasaran pariwisata sebagai suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya keinginan untuk melakukan perjalanan wisata dan wisatawan yang punya potensi akan melakukan perjalan wisata dengan jalan melakukan komunikasi dengan
(22)
mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, memotivasinya, terhadap apa yang disukai dan yang tidak disukainya, pada tingkat daerah-daerah lokal, regional, nasional ataupun internasional dengan menyediakan obyek dan atraksi wisata agar wisatawan memperoleh kepuasan optimal. Pemasaran pariwisata sangat kompleks sifatnya dibandingkan pemasaran barang-barang yang dihasilkan perusahaan manufaktur yang biasa kita kenal. Produk yang ingin dipasarkan sangat terikat dengan supplier yang menghasilkannya, instansi, organisasi atau lembaga pariwisata yang mengelolanya.
Marpaung (2002) menyatakan pemasaran pariwisata mencakup: menemukan apa yang menjadi keinginan konsumen (market research), mengembangkan pemberian pelayanan yang sesuai kepada wisatawan (product planning), pemberitahuan tentang produk yang dibuat (advertising and promotion) dan memberikan instruksi di mana mereka dapat memperoleh produk-produk tersebut (channels of distribution-tour operator and travel agent).
Manajemen pemasaran pariwisata merupakan setting dari tujuan pemasaran dan perencanaan serta eksekusi dari persyaratan aktivitas pemasaran untuk mencapai tujuan. Jika efektif akan menciptakan dan memberi keputuasan kepada konsumen sehingga perusahaan akan diterima, mendapat kepercayaan masyaraka tdan akhirnya mampu membimbing perusahaan dalam mengembangkan peningkatan profit.
2.3. Pengertian Ekowisata
Ekowisata sebagai suatu produk merupakan daya tarik penting bagi pariwisata Indonesia. Potensi dan objek ekowisata memiliki keunikan dan
(23)
keragaman yang tersebar di berbagai daerah. Banyak potensi ekowisata yang belum dimanfaatkan dan objek yang sudah dikembangkan juga belum dioptimalkan. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan nilai manfaat sumber daya pariwisata nasional, terutama untuk daerah yang ingin mengembangkan pariwisata dan retribusi hasilnya bagi masyarakat.
Berdasarkan pengertiannya ekowisata adalah kegiatan wisata yang sementara ini dianggap sebagai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan. Eagle (1997) dan Vincent (1996) dalam Hidayati, dkk (2003) mengemukakan bahwa kegiatan ekowisata berbeda dengan kegiatan pariwisata lain. Menurut Hecktor Ceballos Lascurain dalam Pendit (2003), ekowisata merupakan wisata atau kunjungan ke kawasan alamiah yang relatif tidak terganggu dengan niat betul-betul objektif untuk melihat, mempelajari, mengagumi wajah keindahan alam, flora, fauna termasuk aspek-aspek budaya baik yang mungkin terdapat di kawasan tersebut. Ekowisata berarti pula melibatkan masyarakat setempat dalam proses sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan sosio-ekonomi dari proses yang dimaksud.
Ekowisata mempunyai karakteristik yang spesifik karena adanya kepedulian pada pelestarian lingkungan dan pemberian manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Oleh karena itu, setiap kegiatan ekowisata harus mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan seperti (Hidayati, 2003):
1. Berbasis pada wisata alam.
2. Menekankan pada kegiatan konservasi.
3. Mengacu pada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. 4. Berkaitan dengan kegiatan pengembangan pendidikan.
(24)
5. Mengakomodasikan budaya lokal. 6. Memberi manfaat pada ekonomi lokal.
Kegiatan ekowisata secara langsung maupun tidak langsung mengarahkan wisatawan untuk menghargai dan mencintai alam serta budaya lokal, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian para wisatawan untuk turut memelihara kelestarian alam. Agar obyek ekowisata tetap lestari perlu adanya pengelolaaan dengan melibatkan stakeholders terkait seperti pemerintah, masyarakat, swasta (industri pariwisata), peneliti, ilmuwan dan LSM. Pengembangan ekowisata selain sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan juga diharapkan dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat lokal.
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas that conserves te environment and improves the well-being of local people) (TIES, 2000) dalam Damanik (2006). Dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari 3 (tiga) perspektif, yakni:
1. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam.
2. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan.
3. Sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata secara ramah lingkungan. Di sini kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap
(25)
kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakanciri khas ekowisata.
Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi wisatawan untuk menunjukkan tanggung jawab tersebut.
Pertimbangan-pertimbangan ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya yang cermat dan rasional itulah sesungguhnya menjadi alasan peencanaan ekowisata diperlukan. Melalui kegiatan perencanaan tidak saja kegiatan-kegiatan pengembangan dan hasil yang diharapkan dari ekowisata dapat disusun secara sistematis, tetapi metode kendali dan pantauan terhadap perkembangannya juga dapat didesain sedemikian rupa, sehingga tampak lebih jelas bahwa pengembangan tersebut sesuai dengan atau dapat menjamin prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development).
Pengembangan ekowisata berhubungan dengan potensi sangat berhubungan dengan objek dan daya tarik wisata yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata. Menurut Marpaung (2002), Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu, misalnya penyediaan aksebilitas atau fasilitas. Oleh karena itu suatu daya tarik dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik disuatu area/daerah tertentu
(26)
kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan jika di suatu area/daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan survei, penelitian, inventarisasi dan evaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu area/daerah tertentu sehingga pengembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. Jenis-jenis objek dan daya tarik wisata dapat diklasifikasi sebagai berikut:
a) Daya tarik alam. b) Daya tarik budaya.
c) Daya tarik buatan manusia.
Pengembangan potensi suatu kawasan ekowisata harus disesuaikan dengan karakteristik dan fungsi kawasan tersebut. Potensi suatu kawasan ekowisata dapat dikembangkan sebagai tempat wisata alam, tempat tujuan penelitian dan pendidikan serta menggabungkan wisata alam dengan potensi keberadaan masyarakat sekitar. Terdapat 3 (tiga) komponen pengembangan produk ekowisata yang dianggap sangat penting antara satu dengan yang lainnya untuk saling melengkapi dalam mengembangkan potensi suatu kawasan ekowisata, yaitu:
a. Aksesibilitas tujuan ekowisata, yaitu semua faktor yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan untuk datang berkunjung pada suatu daerah tujuan ekowisata.
(27)
b. Fasillitas tujuan ekowisata, semua faktor yang dapat memberi atau melayani kebutuhan wisatawan jika sudah datang pada suatu daerah tujuan ekowisata.
c. Daya tarik tujuan ekowisata, semua yang menjadi daya tarik mengapa wisatawan datang berkunjung ke daerah tujuan ekowisata tertentu.
Potensi kawasan ekowisata di Indonesia sangat besar. Adapun prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan objek wisata alam, yaitu:
Penerapan sistem zonasi.
Fasilitas usaha harus terkonsentrasi atau mengelompok bias disebut visitor center.
Fasilitas lain di dalam taman, seperti jalan setapak, penunjuk arah, tempat sampah, shelter, WC.
Bentuk bangunan dan bahan bangunan harus sesuai dengan lingkungan alam sekitar.
Peluang pengembangan ekowisata ditunjang dengan pelaksanaan otonomi daerah yang telah mulai diberlakukan sejak tahun 2000. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan kesempatan yang sangat besar bagi pemerintah kabupaten/kota untuk mengelola dan mengembangkan potensi ekonomi daerah.
Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk membangun daerah berdasarkan potensi ekonomi dan sumber daya daratan dan lautan sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah. Daerah mempunyai inisiatif dan dapat secara mandiri mengembangkan potensi pariwisata termasuk ekowisata.
(28)
Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan ekowisata untuk kesejahteraan masyarakat dan secara langsung berfungsi sebagai sumber keuangan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Adanya kewenangan daerah yang sesuai dengan kebijakan dan peraturan daerah membuat pemerintah daerah perlu mengelola potensi ekowisata secara mandiri, termasuk mengembangkan kelembagaan dalam pengelolaan ekowisata di tingkat daerah.
2.4. Strategi Pemasaran Ekowisata
Strategi pemasaran adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Setiap bisnis harus merancang strategi untuk mencapai tujuannya yang terdiri dari strategi pemasaran, strategi teknologi serta strategi penetapan sumber yang cocok (Kotler, 2000). Menurut Michael Potter dalam Kotler (2000), strategi dirangkum menjadi 3 (tiga) jenis umum, yaitu:
Keunggulan biaya secara keseluruhan
Pengelola ekowisata harus dijalankan untuk mencapai biaya pengelolaan dan distribusi yang terendah. Sehingga harganya menjadi lebih rendah daripada pesaing dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar.
Diffrensiasi
Perusahaan memerlukan konsentrasi untuk mencapai kinerja yang terbaik dalam memberikan manfaat bagi pelanggan yang dinilai penting bagi sebagian pasar. Pemgelola ekowisata dapat berusaha keras untuk menjadi
(29)
yang terbaik dalam pelayanan, kualitas, gaya, teknologi, namun tetapi tidak mungkin menjadi yang terbaik dalam segala hal.
Fokus
Pengelolaan ekowisata memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar yang sempit daripada mengejar pasar yang lebih besar.
2.5. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Strategi pemasaran sangat berkaitan dengan bauran pemasaran (marketing mix) yang merupakan variabel-variabel yang yang dapat dikendalikan dalam rangka usaha mempengaruhi wisatawan datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata. Strategi bauran pemasaran yang perlu dikembangkan dalam pemasaran ekowisata adalah:
2.5.1. Produk (Product)
Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat bagi pelanggan. Dalam produk, yang perlu diperhatikan adalah pelanggan tidak hanya membeli fisik dari produk tersebut tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut. Dalam konsep tingkatan produk terdiri atas elemen produk inti, produk yang diharapkan yang terdiri atas produk inti bersama pertimbangan keputusan pembelian minimal yang harus dipenuhi, area yang memungkinkan suatu produk didiferensiasi terhadap produk lain, produk potensial yang merupakan tampilan dan manfaat tambahan yang berguna bagi pelanggan atau menambah kepuasan pelanggan.
(30)
2.5.2. Harga (Price)
Strategi harga dilakukan dengan menetapkan harga berdasarkan nilai yang diyakini konsumen, diskriminasi harga berdasarkan segmen pasar, harga promosi, harga penggabungan produk, harga fleksibel, dan subsidi pemerintah. Harga merupakan variabel sensitif dan menjadi faktor krisis dalam bauran pemasaran. Tujuan harga adalah untuk meningkatkan keuntungan ketika kondisi perusahaan yang tidak mengutungkan, memaksimumkan keuntungan pada periode tertentu, membangun pangsa pasar dengan melakukan penjualan pada harga awal yang merugikan, memposisikan jasa perusahaan sebagai jasa eksklusif dan rencana pencapaian investasi.
2.5.3. Tempat (Place)
Tempat adalah gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi. Tempat merupakan lokasi yang berkaitan di mana operasional dan staff suatu perusahaan akan ditempatkan. Hal ini sangat berhubungan dengan di mana lokasi yang strategis dan bagaimana cara penyampaian jasa pada pelanggan. Tempat pendistribusian produk harus didukung oleh pelayanan informasi, materi publikasi, jenis promosi dan lain-lain. Terdapat 3 (tiga) lokasi antara penyedia jasa dan pelanggan, yaitu pelanggan mendatangi penyedia jasa, penyedia jasa mendatangi pelanggan dan transaksi pasar melalui saluran distribusi perusahaan.
2.5.4. Promosi (Promotion)
Promosi berfungsi sebagai alat komunikasi dan mempengaruhi antara perusahaan dengan pelanggan. Promosi digunakan untuk memberitahukan produk yang hendak kita tawarkan kepada calon wisatawan yang dijadikan target pasar. Dalam promosi efektif, yang perlu diperhatikan adalah identifikasi segmentasi pasar, menentukan tujuan promosi (mempengaruhi, menginfomasikan, dan
(31)
mengingatkan), mengembangkan pesan yang disampaikan dan memilih bauran komunikasi yang tepat.
2.5.5. Orang (People)
Orang atau sumber daya manusia berfungsi sebagai service provide yang sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan kepada pelanggan. Keputusan dalam orang atau sumber daya manusia untuk mencapai kualitas berhubungan dengan seleksi, pelatihan, memotivasi, dan manajemen sumbe daya manusia. Salah satu faktor kesuksesan suatu perusahaan sangat bergantung pada sumber daya manusia yang dimiliki. Terutama dalam pemasaran jasa terjadi kontak langsung dengan pelanggan.
2.5.6. Fisik Pendukung (Physical Evidence)
Fisik pendukung adalah lingkungan fisik perusahaan tempat jasa diciptakan dan tempat penyediaan jasa serta pelanggan berinteraksi, ditambah elemen tangible yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung peranan jasa itu. Fisik pendukung mewakili keputusan kunci yang dibuat penyedia jasa wisata dan memiliki sedikit nilai bila berdiri sendiri, tetapi menambah tangiblitas pada nilai yang disediakan produk jasa.
2.5.7. Proses (Proccess)
Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme dan hal rutin sampai jasa dihasilkan dan disampaikan kepada pelanggan. Proses dapat dibedakan menjadi 2 cara, yaitu: Complexity, yaitu berhubungan dengan langkah-langkah dan tahap dalam proses dan Divergence, yaitu berhubungan denagn adanya perubahan dalam langkah atau tahap proses.
(32)
2.5.8. Keputusan Pembelian
Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melihat lebih jauh bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pembeli dan megembangkan pemahaman mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus, pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian, jenis-jenis keputusan pembelian dan langkah-langkah dalam proses pembelian. Dalam tahapan evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Ada 2 (dua) faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah pembelian. Setelah pembelian produk, konsumen akan menagalami level kepuasan atau tidak.tugas pemasar tidak berakhir saaat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian.
2.6. Pengertian Kawasan Taman Hutan Raya
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Pengertian Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi
(33)
2.7. Penelitian Terdahulu
1. Femmy Indriany Dalimunthe (2009) dari Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara dengan penelitian yang berjudul “Analisis
pengaruh Promosi dan Komunikasi Terhadap Pengambilan Keputusan Tamu (Occupant) Untuk Memilih Menginap di Hotel Tiara Medan”. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif terhadap variabel dependen yaitu Respon Tamu (Y1) dan Keputusan Tamu Menginap di
Hotel Tiara (Y2) yang dipengaruhi oleh variabel independen yang terdiri
Promosi dan Komunikasi (X1) dan Respon Tamu (X2) dengan jumlah
responden sampel sebanyak 42 orang. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis pertama menyimpulkan bahwa promosi dan komunikasi berpengaruh signifikan terhadap respon tamu. Hipotesis kedua menyimpulkan bahwa promosi dan komunikasi berpengaruh terhadap keputusan tamu. Hipotesis ketiga menyimpulkan bahwa respon tamu berpengaruh terhadap keputusan tamu.
2. Felix Permana Ginting (2011) dari Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan dan Loyalitas Wisatawan di Pemandian
Air Panas Alam Berastagi”. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif terhadap variabel dependen (Y), yaitu Loyalitas Wisatawan, yang dipengaruhi oleh variabel independen yang terdiri Kepuasan Wisatawan (X1), Hambatan Peralihan (X2) dan Keluhan (X3) dengan
Jumlah responden yang diambil sebanyak 300 orang. Berdasarkan hasil uji keofisien bahwa variabel kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas
(34)
wisatawan pada pemandian air panas alam Berastagi dibandingkan variabel hambatan peralihan dan keluhan.
peak maksimum itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan diatas (Molyneux, 2004).
(35)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual adalah sebuah konsep berpikir sistematis yang didasarkan kepada analisis yang menjadi alur proses dari suatu penelitian. Kerangka konseptual terdiri dari aliran proses berpikir yang sistematis dengan diawali dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, analisis permasalahan hingga solusi terhadap permasalahan tersebut.
Dalam penulisan geladikarya ini, kerangka konseptual yang digunakan dalam proses penelitian yang dilakukan dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1. sebagai berikut:
`
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konseptual
Produk (Product)
X1
Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh
(Y) Harga (Price)
X2
Tempat (Place) X4
Promosi (Promotion) X3
Orang (Person) X5
Pendukung Fisik (Physical Evidence) X6
Proses (Process) X7
(36)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, Jalan Raya Medan-Berastagi Kilometer 60 Tongkoh Berastagi, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Tanah Karo, Provinsi Sumatera Utara.
Waktu penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) minggu, antara 27 Desember 2011-08 Februari 2012.
4.2. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan survei melalui instrumen daftar pertanyaan (questionaire) mengenai análisis bauran pemasaran yang digunakan terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Survei dilakukan dengam mengambil sampel dari populasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Barisan Tongkoh.
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bauran pemasaran yang digunakan terhadap keputusan wisatawan memilih Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai variabel independen, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain
(37)
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 4.3.1. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas sering disebut sebagai variabel prediktor (predictor variable) ialah variabel yang mempengaruhi variabel terikat (dependent variable) baik secara positif maupun secara negatif (Sinulingga, 2011). Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan, yaitu:
a. Produk (Product) disebut variabel X1
b. Harga (Price) disebut variabel X2
c. Tempat (Place) disebut variabel X3
d. Promosi (Promotion) disebut variabel X4
e. Orang (Person) disebut variabel X5
f. Pendukung Fisik (Physical Evidence) atau disebut variabel X6
g. Proses (Process) disebut variabel X7
2. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat sering disebut variabel kriteria (criteria variable) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain (Sinulingga, 2011). Variabel terikat yang digunakan penelitian, yaitu Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh (Y).
4.3.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan penentuan dan penyusunan sifat variabel-variabel yang akan diukur nilainya yang meliputi seluruh variabel-variabel terikat
(38)
operasional untuk variabel-variabel pada penelitian ini kemudian diuraikan sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (Independent variable):
a. Produk (X1) adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk
dapat diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Definisi operasional produk memiliki indikator sebagai berikut: 1) Kepuasaan terhadap hiburan
2) Kepuasan terhadap koleksi tumbuhan 3) Kecocokan tempat pengamatan monyet 4) Kesesuaian tempat camping
b. Harga (X2) adalah jumlah nilai yang konsumen yang ditukarkan untuk
mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk. Definisi operasional harga memiliki indikator sebagai berikut: 1) Tingkat harga masuk
2) Kesesuaian biaya
c. Tempat (X3) adalah tempat atau lokasi adalah sebuah titik tertentu yang
dipilih oleh perusahaan untuk melaksanakan segala aktivitas usahanya, di mana titik tersebut mempunyai pengaruh terhadap strategi-strategi usaha dari perusahaan yang bersangkutan.
Definisi operasional tempat memiliki indikator sebagai berikut: 1) Kemudahan akses ke lokasi
2) Kenyamanan dan keamanan lokasi
d. Promosi (X4) adalah suatu kegiatan yang mengkombinasikan keunggulan
(39)
Definisi operasional promosi memiliki indikator: 1) Ketertarikan penampilan luar
2) Kemudahan informasi
e. Orang (X5) adalah sumber daya manusia yang mempengaruhi kualitas
produk/jasa yang diberikan.
Definisi operasional orang memiliki indikator: 1) Tingkat kemampuan sumber daya manusia 2) Tingkat informasi
3) Jumlah sumber daya yang sebanding
f. Fisik Pendukung (X6) adalah lingkungan fisik tempat jasa diciptakan
dan langsung berinteraksi dengan pelanggan.
Definisi operasional fisik pendukung memiliki indikator sebagai berikut:
1) Kondisi fasilitas pendukung (WC)
2) Tempat yang luas dan nyaman untuk parkir 3) Kelengkapan papan informasi/arah
g. Proses (X7) adalah gabungan dari semua aktifitas yang terdiri dari
prosedur, jadwal, mekanisme dan hal-hal rutin sampai jasa dihasillkan dan disampaikan kepada pelanggan.
Definisi operasional proses memiliki indikator sebagai berikut: 1) Kemudahan proses masuk
2) Kemudahan mengurus perijinan 2. Variabel Terikat (Dependent Variable):
(40)
Keputusan wisatawan berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh (Y) adalah:
a. Memilih produk ekowisata pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
b. Melakukan kunjungan ulang ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
4.4. Populasi dan Sampel 4.4.1. Populasi (N)
Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sinulingga, 2011). Populasi yang mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, hal minat yang ingin diteliti. Populasi pada penelitian ini, yaitu wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
4.4.2. Sampel (n)
Sampel adalah sebuah subset dari populasi. Sebuah subset terdiri dari sejumlah elemen dari populasi (Sinulingga, 2011). Sampel terdiri dari atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non-probability sampling menggunakan accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan terhadap orang atau benda berdasarkan kebetulan ada atau dijumpai. Pengambilan sampling ini dikarenakan populasi bersifat infinit atau tak terhingga. Sampel diambil dari populasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 81 orang pengunjung wisata ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Sampel yang diambil dianggap mewakili populasi yang ada.
(41)
4.5. Jenis dan Sumber Data
Dalam melakukan kegiatan penelitian untuk memperoleh data, maka penulis membagi jenis dan sumber dan jenis data, sebagai berikut:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui penyebaran daftar pertanyaan (questionaire) yang ditujukan kepada wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi pustaka, buku literatur, laporan penelitian, pencarian di internet yang berhubungan dengan penelitian ini.
4.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Wawancara (interview) ialah teknik pengumpulan data dan informasi melalui cara berkomunikasi secara langsung dengan responden yang merupakan orang-orang tertentu yang ditetapkan sebagai sumber data (Sinulingga, 2011). Wawancara dilakukan dengan pihak pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
2. Daftar Pertanyaan (questionaire) ialah bentuk instrumen pengumpulan data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom di mana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya (Sinulingga, 2011). Daftar Pertanyaan (questionaire) diberikan kepada wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
(42)
dan informasi dari tempat objek penelitian serta berbagai referensi sumber yang berkaitan dengan penelitian.
4.7. Skala Ukuran Data
Pada penelitian ini digunakan Skala Likert yang diperoleh dari daftar pernyataan yang dirancang untuk menguji tingkat kesetujuan responden terhadap suatu pertanyaan (Sinulingga, 2011). Dalam penentuan Skala Likert menggunakan teknik perbedaaan semantik dari 2 pasangan kata yang bersifat bipolar untuk setiap variabelnya dan 5 Skala Likert untuk setiap pasangan kata. Skala Likert dan posisinya untuk setiap pasangan kata positif <= => negatif dapat didefinisikan sebagai berikut:
- Pilihan jawaban a, maka indikator pasangan kata ”sangat-positif sekali” diberi nilai = 5
- Pilihan jawaban b, maka indikator pasangan kata “sangat-positif” diberi nilai = 4
- Pilihan jawaban c, maka indikator kata “positif” diberi nilai = 3
- Pilihan jawaban d, maka indikator pasangan kata “kurang-negatif” diberi nilai = 2
- Pilihan jawaban e, maka indikator pasangan kata “sangat-tidak negatif” diberi nilai = 1
4.8. Uji Kualitas Data 1. Validitas Data
Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang
(43)
valid diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen pengumpulan data (Sinulingga, 2011). Kriteria penilaian uji validitas adalah:
r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut valid r hitung < r tabel, maka pernyataan tersebut tidak valid 2. Reliabilitas Data
Reliabilitas merupakan alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut (Sinulingga, 2011). Untuk pengujian biasanya menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Kriteria penilaian uji reliablitas (Sekaran, 1992):
Reliabilitas < 0,6 adalah kurang baik Reliablitas > 0,6 adalah baik
4.9. Analisis Data
Analisis data pada dasarnya dimulai dari penyiapan data yang diikuti dengan pengujian instrumen data. semua tahapan penyiapan data ini perlu dilakukan sesempurna mungkin agar analisis data dan pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cermat. Hanya dengan cara demikian temuan dan hasil penelitian memberi manfaat dan makna baik untuk pemecahan masalah maupun pengembangan khasanah ilmu pengetahuan. Pada umumnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan:
1. Analisis Regresi Berganda
Untuk menguji pengaruh beberapa variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), adalah:
(44)
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + e
di mana:
Y = Keputusan wisatawan berkunjung ke Tahura Tongkoh a = Konstanta
b = Koefisien regresi X1 = Produk (Product)
X2 = Harga (Price)
X3 = Promosi (Promotion)
X4 = Tempat (Place)
X5 = Orang (Person)
X6 = Pendukung Fisik (Physical Evidence)
X7 = Proses (Process)
e = Standar error
Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS akan dilakukan analisis secara deskriptif dan pembuktian hipotesis.
2. Analisis Korelasi Pearson
Korelasi Pearson ditujukan untuk pasangan pengamatan data rasio yang menunjukkan hubungan yang linear. Korelasi ini disebut Korelasi Porduct Moment. Koefisien korelasi adalah suatu angka indeks yang melukiskan hubungan antara dua rangkaian data yang dihubungkan. Koefisien korelasi adalah ukuran atau indeks dari hubungan antar dua variabel. Koefisien korelasi besarnya antara -1 sampai +1. Tanda positif dan negatif menunjukkan arti atau arah dari hubungan korelasi tersebut.
(45)
r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan kedua variabel sangat kuat, dan hubungan searah.
r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan keduanya sangat kuat, dengan hubungan berlawanan.
3. Analisis Korelasi Ganda (R)
Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X) terhadap variabel dependen secara serentak (Y). Menurut Sugiyono (2007) pedoman hubungan antar variabel (R) dapat dilihat dilihat pada Tabel 4.1. Hubungan Antar Variabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hubungan antar Variabel
Nilai Interpretasi
0.0 – 0.19 Sangat Tidak Erat
0.2 – 0.39 Tidak Erat
0.4 – 0.59 Cukup Erat
0.6 – 0.79 Erat
0.8 – 0.99 Sangat Erat
4. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel bebas atau independen, yaitu: Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Bukti Fisik (X6) dan
Proses (X7) secara serentak terhadap variabel terikat atau dependen, yaitu
Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar presentase variasi variabel bebas independen (X) yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen (Y).
(46)
R2 = 0, maka tidak ada sedikit pun presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), atau variasi variabel independen (X) yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikit pun variasi variabel dependen (Y).
R2 = 1, maka presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) adalah sempurna, atau variasi variabel independen (X) yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi dependen (Y).
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk populasi. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y), maka digunakan beberapa pengujian, yaitu uji F dan uji t.
a. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). F hitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
Fhitung =
) 1 /(
) 1 (
/
2 2
k N R
k R
Di mana:
F = F hitung selanjutnya dibandingkan dengan F tabel R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel N = Banyaknya sampel
(47)
Kriteria pengujian:
Ho diterima, Ha ditolak bila F hitung < F tabel, sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel X terhadap variabel Y.
Ho ditolak, Ha diterima bila F hitung > F tabel, sehingga ada pengaruh yang signifikan dari variabel X terhadap variabel Y.
b. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Rumus t hitung pada analisis regresi adalah:
thitung =
Sb b
Di mana:
b = Koefisien regresi Sb = Standar error Kriteria pengujian:
Ho dterima, Ha ditolak jika t hitung < t tabel, artinya tidak ada pengaruh masing-masing variabel X terhadap variabel Y.
Ho ditolak, Ha diterima jika t hitung > t tabel, artinya ada pengaruh masing-masing variabel X terhadap variabel Y.
(48)
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi ekowisata yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal yakni, Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan secara administratif terletak di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1988 dengan luas areal ± 51.600 ha dan terletak di 4 (empat) lintas Kabupaten, yaitu:
1) Kabupaten Langkat (13.000 ha). 2) Kabupaten Deli Serdang (17.150 ha). 3) Kabupaten Simalungun (1.645 ha). 4) Kabupaten Tanah Karo (19.805 ha).
Sesuai dengan Keputusan Presiden (KEPRES) Nomor 48 Tahun 1988 tentang Pembangunan Kelompok Hutan Sibolangit sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan, maka areal kawasan hutan di Kelompok Hutan Sibolangit telah resmi menjadi taman hutan raya di Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya untuk mengatasi kesenjangan pengelolaan kawasan tersebut, pada tahun 1989 Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menunjuk Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Kantor Wilayah Departemen Kehutanan untuk mengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menyusun pra-rancang bangun
(49)
serta bersama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan mitra karya Departemen Kehutanan melengkapi sarana prasarana utama dilokasi Tongkoh, seperti pintu gerbang, pusat informasi, plaza, museum, perpustakaan, pondok wisata dan sarana bermain anak-anak.
Pada tahun 1993, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara sementara menyerahkan pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit barisan kepada PT. Inhutani IV, selanjutnya Kepala Kantor Wilayah meminta penegasan kepada Menteri Kehutanan tentang pelimpahan tersebut. Setelah adanya penetapan dari Menteri Kehutanan yang pada intinya menolak penyerahan pengelolaan kepada PT. Inhutani IV, maka pada tahun 1999, pengelolaan taman Hutan Raya Bukit Barisan diserahkan kembali oleh PT. Inhutani IV kepada Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.
Untuk pengelolaan selanjutnya, pada tahun 1999 Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menetapkan Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan lokasi Tongkoh dengan menetapkan Unit KSDA Sumatera Utara I sebagai pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Dengan segala keterbatasannya Unit KSDA Sumatera Utara I mengelola lokasi Tongkoh dan mengelola 2 (dua) ekor gajah binaan yang ada sebagai sarana wisata.
Dengan berjalannya pelaksanaan otonomi daerah serta semangat memberikan kewenangan kepada provinsi dan kabupaten/kota, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/2004, maka pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan menjadi kewenangan Provinsi Sumatera Utara (karena lintas kabupaten/kota). Namun demikian, Balai KSDA I belum menyerahkan pengelolaan tersebut kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara cq.
(50)
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, karena masih adanya kerancuan tentang luas dan wilayah Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
Pada saat ini Gubernur Sumatera Utara telah menetapkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 13 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan tersebut merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas yang dipimpin oleh Kepala Balai yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kehutanan melalui Wakil Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.
Tugas dari Kepala Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan adalah membantu Kepala Dinas dalam Pengelolaan Tata Usaha dan Penyelenggaraan Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Kantor Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan berkedudukan di Tongkoh Kabupaten Karo. Saat ini, keberadaan Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan belum berfungsi secara operasional, selain dikarenakan belum adanya penunjukan personil pengelola. Dan juga dikarenakan belum adanya arahan dan penegasan mengenai luas dan wilayah Taman Hutan Raya Bukit Barisan oleh Departemen Kehutanan cq. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), sehingga Balai KSDA Sumatera Utara I belum dapat segera menyerahkan Pengelolaan Taman Hutan Raya tersebut kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara cq. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara sebagaimana amanat dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/2004. Pada tahun 2004, Kepala Balai KSDA Sumatera Utara I telah meminta penegasan Direktur Jenderal PHKA tentang arahan wilayah Taman Hutan Raya
(51)
Bukit Barisan, dan pemintaan tersebut telah diperbaharui pada bulan September 2005 dan hingga saat ini belum adanya arahan dari Departemen Kehutanan.
5.2. Potensi Ekowisata Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Sebagai taman hutan raya, Taman Hutan Raya Bukit Barisan memiliki potensi sebagai berikut:
a. Sumber plasma nutfah flora dan fauna. b. Fungsi hutan lindung.
h. Area penelitian. i. Area penyuluhan.
j. Tempat pendidikan dan pelatihan. k. Pembinaan cinta alam.
l. Sarana rekreasi dan wisata alam.
Adapun tempat wisata pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang sudah dapat dipromosikan dan memiliki kelayakan usaha bila dikelola dengan baik adalah sebagai berikut:
a. Taman Wisata dan Bumi Perkemahan Sibolangit. b. Danau Lau Kawar.
c. Air Terjun Sikulikap.
d. Pemandian Air Panas Lau Debuk-debuk. e. Gunung Sibayak.
f. Gunung Sinabung.
g. Area Koleksi Satwa di Kaki Gunung Sibayak. h. Kawasan Suaka Margasatwa Langkat Selatan.
(52)
i. Semangat Gunung/Raja Beureuh. j. Tongkoh.
5.3. Organisasi dan Tugas Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Organisasi dan tugas pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan diatur oleh Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 49 Tahun 2010 tentang Organisasi Tugas, Fungsi Uraian Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera. Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan (UPT PTHRBB), terdiri dari Unit Pelaksana Teknis (UPT), Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Perlindungan, Seksi Pemanfaatan dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan merupakan unit pelaksana operasional dilingkungan Dinas Kehutanan, yang dipimpin oleh seseorang Kepala yang berada di bawah dan berkedudukan serta bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan bertugas membantu Kepala Dinas dalam bidang pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Untuk membantu melaksanakan segala tugas, fungsi dan uraian tugas, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Perlindungan, Seksi Pemanfaatan dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Keadaan pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan per 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
a. Jumlah PNS sebanyak : 13 orang b. Jumlah Tenaga Harian Lepas : 4 orang
(53)
Rincian Jumlah PNS menurut jabatan sebagai berikut: a. Eselon IIIa (Pelaksana Tugas): 1 orang
b. Eselon IVa : 3 orang
c. Polisi Kehutanan : 5 orang
d. Staf : 4 orang
Rincian menurut pangkat/golongan sebagai berikut: a. Penata Tingkat I (III/d) : 3 orang b. Penata (III/c) : 2 orang c. Penata Muda Tk. I (III/b) : 4 orang d. Penata Muda (III/a) : 2 orang e. Pengatur Tk. I (II/d) : 2 orang Rincian PNS menurut pendidikan sebagai berikut:
a. Sarjana (S1) : 7 orang
b. SLTA : 6 orang
Rincian PNS menurut jenis kelamin sebagai berikut:
a. Laki-laki : 11 orang
b. Perempuan : 2 orang
Bagan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan (UPT PTHRBB) pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 5.1. sebagai berikut:
(54)
Gambar 5.1. Bagan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan (PTHRBB) Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
5.4. Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh
Wisata sebagian dari kawasan taman hutan raya, terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi telah berkembang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang penting di Sumatera Utara. Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang indah, sumber air dan budaya lokal yang memikat.
Disamping itu sarana prasarana juga cukup memadai, seperti: jalan raya dengan kondisi baik dan mulus yang menghubungkan sebagian besar kawasan taman hutan raya, sarana akomodasi dan penginapan, lokasi perkemahan dan jalan setapak di beberapa kawasan. Di Tongkoh ini telah disediakan fasilitas
UNIT PELAKSANA TEKNIS
SUB BAGIAN TATA USAHA
SEKSI PEMANFAATAN SEKSI
PERLINDUNGAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
(55)
penginapan, ruangan primer, perpustakaan, restoran, panggung budaya dan sarana karantina satwa.
Untuk sarana penelitian, Taman Hutan Raya Bukit Barisan merupakan tempat bagus untuk meneliti flora dan fauna, hidrologi dan sosial budaya. Sarana akomodasi dan penginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari Sibolangit sampai Brastagi baik berupa penginapan sederhana maupun hotel berbintang taraf internasional. Tongkoh merupakan jantung utama Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
Selain untuk wisata, lokasi Tongkoh juga untuk kegiatan penelitian, olah raga, misalnya Lintas Alam baik dengan berjalan kaki ataupun dengan bersepeda. Masyarakat yang bermukim disekitar Taman Hutan Raya Bukit Barisan terdiri dari suku Melayu, Karo, Aceh dan Batak. Mata pencaharian penduduk utamanya adalah petani atau peladang dan pekebun.
5.5. Biaya di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh
Biaya masuk pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh belum mempunyai hukum yang pasti. Hal ini dikarenakan belum disahkan sebagai Penerimaan Asli Daerah (PAD) oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Saat ini pihak pengelola mengutip uang masuk dari wisatawan sebesar Rp. 2.000,- per orang sebagai pengganti uang karcis masuk. Uang ini lebih digunakan oleh pengelola untuk biaya kebersihan disekitar Taman Hutan Raya Tongkoh. Selain uang kebersihan juga dikutip uang parkir sebesar Rp. 2.000,- per mobil dan Rp. 1.000,- per sepeda motor. Di dalam areal Taman Hutan Raya Tongkoh juga
(56)
dikenai biaya pemakaian toilet/WC sebesar Rp. 1.000,- untuk per sekali pemakaian.
(57)
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil analisis dari pengolahan data yang terdiri dari uraian hasil kuesioner, uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik, serta uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
6.1. Karakteristik Responden
Dari hasil angket yang disebarkan kepada pengunjung wisata ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, dengan menggunakan teknik accidental sampling diperoleh jawaban dari 81 responden. Adapun karakteristik yang diperoleh sebagai berikut:
6.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Tabel 6.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Karakteristik Keterangan Orang (%)
Usia (Tahun) <20 16 19,8
20-29 39 48,1
30-39 18 22,2
40-49 7 8,6
50-59 1 1,2
>59 0 0
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari Tabel 6.1. terlihat dari kriteria status tingkat usia responden yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebanyak 19,8% merupakan pengunjung berusia di bawah 20 tahun, 48,1% berusia antara 20-29
(58)
tahun, 22,2% berusia antara 30-39 tahun, 8,6% berusia 40-49 tahun serta 1,2% berusia 50-59 tahun. Usia 20-29 tahun mendominasi wisatawan dikarenakan pada rentang usia ini berhubungan dengan keinginan yang besar untuk berwisata dan melepaskan diri dari rutinitas kerja sehari-hari.
6.1.2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 6.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik Keterangan Orang (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 33 40,7
Perempuan 48 59,3
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari Tabel 6.2. terlihat dari kriteria status jenis kelamin responden yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebanyak 40,7% berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin sebanyak 59,3% perempuan. 6.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 6.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik Keterangan Orang (%)
Pendidikan Terakhir SD 2 2,5
SLTP 10 12,3
SLTA 34 42
Perguruan Tinggi 35 43,2
Tidak Sekolah 0 0
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari Tabel 6.3. terlihat dari kriteria status tingkat pendidikan responden yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebanyak 2,5% responden memiliki tingkat pendidikan SD, 12,3% untuk SLTP, untuk tingkat pendidikan SLTA sebanyak 42% dan yang pendidikan perguruan tinggi sebanyak 43,2%. Pendidikan yang cukup tinggi membuat responden memiliki pemahaman
(59)
yang cukup baik tentang pertanyaan yang diajukan, namun tentunya pendidikan yang tinggi justru berdampak pada ekspektasi yang tinggi terhadap bauran pemasaran yang ada pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
6.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 6.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik Keterangan Orang (%)
Pekerjaan Pegawai Negeri 9 11,1
Pegawai Swasta 17 21
Wiraswasta 30 37
Pensiunan 0 0
Belum Bekerja/Tidak Bekerja
25 30,9
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari Tabel 6.4. terlihat dari kriteria status pekerjaan responden yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebanyak 11,1% merupakan pegawai negeri, 21% pegawai swasta, sebanyak 37% berwiraswasta dan belum bekerja atau tidak bekerja sebanyak 30,9%.
6.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Tabel 6.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Karakteristik Keterangan Orang (%)
Tempat Tinggal Medan 55 67,9
Luar Medan (Indonesia)
24 29,6
Luar Negeri 2 2,5
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari Tabel 6.5. terlihat dari kriteria status tempat tinggal responden yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebanyak 67,9%, bertempat tinggal di Medan, sebesar tinggal di luar Medan (Indonesia) sebanyak
(60)
29,6% dan dari luar negeri sebanyak 2,5%. Temapt tinggal di Medan mendominasi sesuai dengan ekspektasi yang tinggi terhadap bauran pemasaran tempat yang terjangkau.
6.1.6. Karaketristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan Tabel 6.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Karakteristik Keterangan Orang (%)
Penghasilan <Rp. 1 Juta 36 44,4
Rp.1-2,9 Juta 30 37
Rp.3-4,9 Juta 11 13,6
Rp.5-6,9 Juta 2 2,5
>Rp.6,9 Juta 2 2,5
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Dari Tabel 6.6. terlihat dari kriteria tingkat penghasilan responden yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebanyak 44,4% berpenghasilan kurang dari Rp. 1.000.000, 37% berpenghasilan Rp. 1.000.000-2.900.000, 13,6% berpenghasilan Rp. 3.000.000-4.900.000, 2,5% berpenghasilan Rp. 5.000.000-6.900.000 dan 2,5% berpenghasilan lebih dari Rp. 6.900.000. Tingkat penghasilan kurang dari Rp. 1.000.000 mendominasi sesuai dengan ekspektasi yang tinggi terhadap bauran pemasaran harga yang ditawarkan.
6.2. Uraian Penjelasan Responden Atas Variabel Bauran Pemasaran
Hasil olahan data primer yang merupakan deskripsi kuesioner berdasarkan wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh dengan indikator Produk (X1), Harga (X2), Tempat (X3), Promosi (X4), Orang (X5),
Pendukung Fisik (X6), Proses (X7) dan Keputusan Wisatawan (Y) akan diuraikan
(61)
6.2.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Produk (X1)
1. Untuk kecocokan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebagai tempat wisata alam, wisatawan yang menyatakan sangat cocok sekali (11,1%), sangat cocok (39,5%), cocok (25,9%), kurang cocok (18,5%) dan sangat tidak cocok (4,9%). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sangat cocok sebagai tempat wisata alam.
2. Untuk ketertarikan terhadap koleksi tumbuhan yang ada di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, wisatawan yang menyatakan sangat tertarik sekali (19,8%), sangat tertarik (42%), tertarik (29,6%), kurang tertarik (8,6%). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan sangat tertarik terhadap koleksi tumbuhan di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
3. Untuk kecocokan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebagai tempat untuk pengamatan monyet, wisatawan yang menyatakan sangat cocok sekali (35,8%), sangat cocok (46,9%), cocok (9,9%), kurang cocok (7,4%). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan sangat cocok terhadap peruntukan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sebagai tempat pengamatan monyet.
4. Untuk kesesuaian antara Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh dengan tempat camping, wisatawan yang menyatakan sangat sesuai sekali (9,9%), sangat sesuai (50,6%), sesuai (19,8%), kurang sesuai (13,6%), sangat tidak sesuai (6,2%). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas
(62)
responden Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh sangat sesuai terhadap peruntukan sebagai tempat camping.
6.2.2. Penjelasan Responden Atas Variabel Harga (X2)
1.Untuk tingkat harga tiket masuk ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, wisatawan yang menyatakan sangat terjangkau sekali (34,6%), sangat terjangkau (49,4%), terjangkau (13,6%), kurang terjangkau (1,2%), sangat tidak terjangkau (1,2%). %). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan sangat terjangkau terhadap harga tiket masuk Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
2.Untuk kesesuaian biaya pada penggunaan fasilitas pendukung seperti tempat parkir dan WC yang ada di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, wisatawan yang menyatakan sangat sesuai sekali (9,9%), sangat sesuai (30,9%), sesuai (45,7%), kurang sesuai (9,9%), sangat tidak sesuai (3,7%). %). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan sangat sesuai terhadap biaya penggunaan fasilitas di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
6.2.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Tempat (X3)
1. Untuk kemudahan akses ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh, wisatawan yang menyatakan sangat terjangkau sekali (35,8%), sangat terjangkau (42%), terjangkau (16%), kurang terjangkau (2,5%), sangat tidak terjangkau (3,7%). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan sangat terjangkau akan kemudahan akses ke Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
(1)
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Berganda
Descriptive StatisticsMean Std. Deviation N
Keputusan Wistawan
3.9383
.76804
81
Produk
3.7243
.69853
81
Harga
3.7222
.78262
81
Tempat
3.9691
.84906
81
Promosi
3.2407
.82580
81
Orang
3.0742
.77089
81
Pend_Fisik
2.5178
.81336
81
(2)
Correlations
Keputusan
Wisatawan Produk Harga Tempat Promosi Orang
Pendukung Fisik Proses Pearson
Correlation
Keputusan Wisatawan
1.000 .437 .179 .500 .275 .405 .017 .368
Produk .437 1.000 .201 .354 .344 .492 .101 .315
Harga .179 .201 1.000 .076 -.002 -.007 .043 .019
Tempat .500 .354 .076 1.000 .247 .535 -.069 .308
Promosi .275 .344 -.002 .247 1.000 .528 .134 .257
Orang .405 .492 -.007 .535 .528 1.000 .105 .490
Pendukung Fisik
.017 .101 .043 -.069 .134 .105 1.000 .108
Proses .368 .315 .019 .308 .257 .490 .108 1.000
Sig. (1-tailed)
Keputusan Wisatawan
. .000 .055 .000 .006 .000 .441 .000
Produk .000 . .036 .001 .001 .000 .184 .002
Harga .055 .036 . .049 .494 .477 .352 .434
Tempat .000 .001 .049 . .013 .000 .270 .003
Promosi .006 .001 .494 .013 . .000 .116 .010
Orang .000 .000 .477 .000 .000 . .175 .000
Pendukung Fisik
.441 .184 .352 .270 .116 .175 . .169
Proses .000 .002 .434 .003 .010 .000 .169 .
N Keputusan
Wisatawan
81 81 81 81 81 81 81 81
Produk 81 81 81 81 81 81 81 81
Harga 81 81 81 81 81 81 81 81
Tempat 81 81 81 81 81 81 81 81
(3)
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Proses, Harga, Pendukung Fisik, Promosi, Tempat, Produk, Oranga
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F
Change df1 df2
Sig. F Change
1 .607a .369 .308 .63873 .369 6.096 7 73 .000
a. Predictors: (Constant), Proses, Harga, Pendukung Fisik, Promosi, Tempat, Produk, Orang b. Dependent Variable: Keputusan Wisatawan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 17.410 7 2.487 6.096 .000a
Residual 29.782 73 .408
Total 47.191 80
a. Predictors: (Constant), Proses, Harga, Pendukung Fisik, Promosi, Tempat, Produk, Orang b. Dependent Variable: Keputusan Wisatawan
(4)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .052 .090 1.106 .272
Produk .340 .123 .358 2.246 .035 .690 1.449
Harga .104 .094 .106 2.104 .033 .938 1.066
Tempat .314 .102 .347 3.075 .003 .678 1.476
Promosi .073 .103 .078 .704 .483 .704 1.421
Orang .014 .140 .014 2.102 .029 .439 2.276
Pendukung Fisik
.013 .088 .014 .148 .883 .949 1.054
Proses .170 .103 .178 1.657 .102 .747 1.339
a. Dependent Variable: Keputusan Wisatawan
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition Index
Variance Proportions
(Constant) Produk Harga Tempat Promosi Orang
Pendukung Fisik Proses
1 1 7.724 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
2 .092 9.153 .00 .00 .00 .03 .01 .02 .77 .01
3 .061 11.290 .01 .00 .36 .00 .12 .06 .07 .01
4 .041 13.771 .00 .00 .06 .04 .54 .01 .02 .30
5 .031 15.858 .00 .00 .02 .39 .07 .03 .06 .54
6 .022 18.874 .02 .59 .00 .28 .14 .13 .00 .04
7 .019 20.193 .08 .30 .43 .04 .02 .55 .01 .00
(5)
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 2.6012 4.9490 3.9383 .46650 81
Std. Predicted Value -2.866 2.167 .000 1.000 81
Standard Error of Predicted Value
.102 .360 .192 .059 81
Adjusted Predicted Value 2.2461 4.9758 3.9323 .48357 81
Residual -2.06136 1.39878 .00000 .61014 81
Std. Residual -3.227 2.190 .000 .955 81
Stud. Residual -3.292 2.452 .004 1.020 81
Deleted Residual -2.14464 1.75388 .00596 .69995 81
Stud. Deleted Residual -3.543 2.542 .000 1.043 81
Mahal. Distance 1.065 24.439 6.914 5.119 81
Cook's Distance .000 .351 .020 .051 81
Centered Leverage Value .013 .305 .086 .064 81
(6)