14. Seed Treatment ST Formulasi ini berbentuk tepung. Penggunaanya dicampurkan dengan sedikit
air sehingga terbentuk suatu pasta. Untuk perlakuan benih digunakan formulasi ini.
2.1.3. Teknik Aplikasi Pestisida
1. Memilih pestisida Sebelum membeli pestisida pastikan jenis hama atau penyakit apa yang
menyerang tanaman. Perhatikan gejala-gejala serangannya. Bagian tanaman mana yang terserang apakah daun, batang, buah, atau akarnya.
Memilih bentuk atau formulasi pestisida juga sangat penting dalam penggunaan pestisida. Kalau dilihat dari bahaya pelayangan di udara, pestisida berbentuk butiran
paling sedikit kemungkinannya untuk melayang. Pestisida yang berbentuk cairan, bahaya pelayangannya lebih kecil jika dibanding pestisida berbentuk tepung.
Disamping itu pertimbangan lain dalam memilih formulasi pestisida adalah alat yang digunakan untuk menyebarkan pestisida tersebut Wudianto, 2005.
Petani dan pengguna pestisida pada umumnya perlu mengetahui nama dagang ataupun nama umum pestisida agar tidak salah memilih pestisida. Pestisida dengan
bahan aktif yang sama sering dijual dengan nama dagang yang berbeda. Dengan mengetahui kandungan bahan aktif masing-masing pestisida, maka tidak perlu terlalu
terikat pada satu nama dagang, tetapi dapat memilihnya dari berbagai nama dagang yang ada. Demikian halnya jika hendak mencampur pestisida, maka dapat
menghindari pencampuran dua atau lebih pestisida yang bahan aktifnya sama Djojosumarto, 2004.
2. Alat penyemprot pestisida Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara
penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang
dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus droplet. Menurut sumber tenaga yang digunakan untuk menggerakkan atau
menjalankan sprayer tersebut, sprayer dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Djojosumarto, 2004:
a. Sprayer manual Sprayer manual adalah sprayer yang digerakkan dengan tangan. Contoh
sprayer manual adalah: Trigger pump, yakni pompa tangan hand pump yang banyak digunakan
untuk pengendalian hama di rumah tangga. Bucket pump atau trombone pump dan garden hose sprayer, untuk
mengendalikan hama dan penyakit di pekarangan. Sprayer gendong otomatis pre pressurized knapsack sprayer, compression
sprayer, yang banyak digunakan di bidang pertanian Sprayer gendong yang harus dipompa terus-menerus Level operated
knapsack sprayer, banyak digunakan di bidang pertanian Indonesia. b. Sprayer tenaga mesin
Sprayer tenaga mesin adalah sprayer yang digerakkan oleh tenaga mesin. Contoh sprayer tenaga mesin adalah :
Sprayer punggung bermesin motorized knapsack sprayer Mesin pengkabut mist blower
Power sprayer atau gun sprayer, yang digerakkan oleh motor stasioner atau traktor.
Sprayer-sprayer yang digerakkan atau dihubungkan dengan traktor atau truk: boom sprayer, boomless sprayer, air blast sprayer.
Sprayer atau otomizer yang dipasang pada pesawat udara untuk penyemprotan udara.
3. Pencampuran pestisida Dalam aplikasi pestisida adakalanya pestisida harus dicampur dengan surfaktan.
Pencampuran ini boleh dilakukan sejauh dalam kemasan tidak disebutkan larangan pencampuran. Dua macam pestisida bila dicampur dapat menimbulkan interaksi
sinergistik, aditif, atau antagonistik. Pestisida bila dicampur menimbulkan interaksi antagonistik berarti pestisida tersebut tidak boleh dicampur. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah sifat asam basanya. Pestisida yang sama-sama bersifat asam atau sama-sama bersifat basa tidak akan membentuk senyawa garam. Timbulnya
senyawa garam dapat menimbulkan penurunan daya bunuh. Untuk memastikan bisa tidaknya dua atau lebih jenis pestisida dicampur, perlu
diperhatikan label kemasan. Bisakah pestisida tersebut dicampur dengan pestisida lain. Atau terkadang tertulis jangan dicampur dengan pestisida lain bersifat basa .
Berarti pestisida tersebut bersifat asam. Jadi dapat dicampur dengan pestisida yang
bersifat asam juga. Untuk mengetahui asam basa suatu larutan, bisa digunakan kertas lakmus Wudianto, 2005.
4. Penyemprotan pestisida Pestisida yang digunakan akan mampu menampilkan efikasi biologis yang
optimal jika penyemprotan dilakukan dengan benar. Penyemprotan yang benar harus memenuhi syarat, kriteria, atau parameter sebagai berikut Djojosumarto, 2004:
a. Permukaan bidang sasaran tertutup oleh butiran semprot droplet dalam jumlah yang memenuhi syarat.
b. Menggunakan ukuran droplet yang tepat untuk berbagai jenis penyemprotan yang berbeda.
c. Menggunakan volume aplikasi yang cocok untuk berbagai jenis tanaman dan stadia pertumbuhan tanaman yang berbeda.
d. Pestisida yang disemprotkan menempel sebanyak mungkin pada bidang sasaran.
e. Droplet sasaran didistribusikan di seluruh permukaan bidang sasaran secara merata.
Sedangkan menurut Wudianto 2005, dalam melakukan penyemprotan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan disemprot. Alat semprot bervolume kecil untuk areal yang luas, tentu kurang cocok karena
pekerja harus sering mengisinya. b. Gunakan alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan mulut, kaos
tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang.
c. Penyemprotan yang tepat untuk golongan serangga sebaiknya saat stadium larva dan nimfa, atau saat masih berupa telur. Serangga dalam stadium pupa
dan imago umumnya kurang peka terhadap racun insektisida. d. Waktu paling baik untuk penyemprotan adalah pada saat waktu terjadi aliran
udara naik thermik yaitu antara pukul 08.00-11.00 WIB atau sore hari pukul 15.00-18.00 WIB. Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore akan
mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama mengering dan mengakibatkan tanaman yang disemprot keracunan.
Sedangkan penyemprotan yang dilakukan saat matahari terik akan menyebabkan pestisida mudah menguap dan mengurai oleh sinar ultraviolet.
e. Jangan melakukan penyemprotan di saat angin kencang karena banyak pestisida yang tidak mengena sasaran. Juga jangan menyemprot dengan
melawan arah angin, karena cairan semprot bisa mengenai orang yang menyemprot.
f. Penyemprotan yang dilakukan saat hujan turun akan membuang tenaga dan biaya sia-sia.
g. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan. h. Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas
cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai. i. Penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian
yang digunakan segera dicuci.
5. Penyimpanan pestisida Penyimpanan pestisida dengan cara baik dapat dapat menjegah terjadinya
pencemaran pada lingkungan serta mencegah terjadinya keracunan pada manusia ataupun hewan.
Menurut Sostroutomo 1992 yang dikutip oleh Meliala 2005 ada beberapa petunjuk penyimpanan pestisida yang perlu untuk diikuti,yaitu:
a. Pestisida hendaknya segera disimpan di tempat yang sesuai setelah dibeli, jangan sekali-kali meletakkan pestisida yang mudah dijangkau oleh anak-
anak. b. Sediakan tempat yang khusus untuk menyimpan pestisida. Gudang
penyimpanan harus mempunyai ventilasi udara yang cukup dan mempunyai tanda larangan tidak didekati oleh orang-orang yang tidak berkepentingan.
c. Pestisida yang disimpan perlu untuk memiliki buku yang memuat catatan berapa banyak yang telah digunakan, kapan digunakannya, dan siapa yang
menggunakan dan berapa sisa yang ada. d. Semua pestisida harus disimpan di tempat asalnya sewaktu dibeli dan
mempunyai label yang jelas. Pestisida jangan sekali-kali disimpan dalam bekas penyimpanan makanan dan minuman.
e. Jangan menyimpan pestisida dan bibit tanaman dalam ruangan atau gudang yang sama.
f. Perlu untuk melakukan pengecekan terhadap tempat penyimpanan untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran-kebocoran.
g. Hindari penyimpanan pestisida yang terlampau berlebihan di dalam gudang. Oleh karena itu perkiraan kebutuhan untuk setiap jenis pestisida perlu untuk
dibuat permusim tanamannya. h. Gudang penyimpanan harus senantiasa terkunci.
2.1.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri