g. Hindari penyimpanan pestisida yang terlampau berlebihan di dalam gudang. Oleh karena itu perkiraan kebutuhan untuk setiap jenis pestisida perlu untuk
dibuat permusim tanamannya. h. Gudang penyimpanan harus senantiasa terkunci.
2.1.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Pakaian danatau peralatan pelindung tubuh harus dipakai bukan saja waktu aplikasi, tetapi juga mulai mencampur dan mencuci peralatan aplikasi sesudah
aplikasi selesai. Pakaian serta peralatan pelindung yang harus digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pakaian sebanyak mungkin menutupi tubuh: ada banyak jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pakaian pelindung, tetapi pakaian yang sederhana
cukup terdiri atas celana panjang dan kemeja lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dan tenunannya rapat.
2. Semacam celemek appron, yang dapat dibuat dari plastik atau kulit. Appron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.
3. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar atau helm khusus untuk menyemprot. Pelindung kepala juga penting, terutama menyemprot tanaman
yang tinggi. 4. Pelindung mulut dan lubang hidung, misalnya berupa masker sederhana atau
sapu tangan atau kain sederhana lainnya. 5. Pelindung mata, misanya kaca mata, goggle, atau face shield.
6. Sarung tangan dari bahan yang tidak tembus air.
7. Sepatu boot, ketika menggunakan ujung celana panjang jangan dimasukkan ke dalam sepatu, tetapi ujung celana harus menutupi sepatu boot.
2.1.5. Dampak Pestisida 2.1.5.1. Dampak Pestisida Terhadap Pengguna Pestisida
Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan
akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat mengakibatkan
kebutaan. Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak
sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan Djojosumarto, 2004. Sering kali orang tidak menyadari bahwa mereka keracunan pestisida karena
gejala-gejalanya mirip dengan masalah kesehatan lainnya misalnya pusing dan kudis. Juga, karena kebanyakan gejala-gejala ini tidak muncul dengan cepat, seperti
gangguan sistem syaraf atau kanker, orang tidak menyadari bahwa penyakit mereka mungkin disebabkan oleh pestisida Quijano, 1999.
2.1.5.2. Dampak Pestisida Terhadap Hasil Pertanian
Risiko bagi konsumen adalah keracunan residu sisa-sisa pestisida yang terdapat dalam hasil pertanian. Risiko bagi konsumen dapat berupa keracunan
langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar pestisida atau lewat rantai makanan. Meskipun bukan tidak mungkin konsumen menderita keracunan akut,
tetapi risiko konsumen umumnya dalam bentuk keracunan kronis, tidak segera terasa, dan dalam jangka panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan
Djojosumarto, 2004.
2.1.5.3. Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan
Dibalik manfaatnya yang besar, pestisida memiliki dampak yang cukup merugikan pada pemakaiannya. Pestisida dapat merusak ekosistem air yang berada di
sekitar lahan pertanian. Jika pestisida digunakan, akan menghasilkan sisa-sisa air yang mengandung pestisida. air yang mengandung pestisida ini akan mengalir
melalui sungai atau aliran irigasi Dhavie, 2010. Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di lingkungan sekitarnya; air
permukaan, air tanah, tanah dan tanaman. Sifat mobil yang dimiliki akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme non sasaran, kualitas air, kualitas tanah dan udara.
Pestisida sebagai salah satu agen pencemar ke dalam lingkungan baik melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas hewan, tumbuhan
terlebih manusia. Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa proses baik pada
tataran permukaan tanah maupun bawah permukaan tanah. Penurunan kualitas air tanah serta kemungkinan terjangkitnya penyakit akibat pencemaran air merupakan
implikasi langsung dari masuknya pestisida ke dalam lingkungan. Aliran permukaan seperti sungai, danau dan waduk yang tercemar pestisida akan mengalami proses
dekomposisi bahan pencemar. Dan pada tingkat tertentu, bahan pencemar tersebut mampu terakumulasi.
Pestisida di udara terjadi melalui proses penguapan oleh foto-dekomposisi sinar matahari terhadap badan air dan tumbuhan. Selain pada itu masuknya pestisida
diudara disebabkan oleh driff yaitu proses penyebaran pestisida ke udara melalui penyemprotan oleh petani yang terbawa angin. Akumulasi pestisida yang terlalu berat
di udara pada akhirnya akan menambah parah pencemaran udara. Gangguan pestisida oleh residunya terhadap tanah biasanya terlihat pada tingkat
kejenuhan karena tingginya kandungan pestisida persatuan volume tanah. Unsur- unsur hara alami pada tanah makin terdesak dan sulit melakukan regenerasi hingga
mengakibatkan tanah-tanah masam dan tidak produktif Sulistiyono, 2004.
2.1.6. Keracunan Pestisida dan Jalur Masuk Pestisida Pada Manusia A. Keracunan Pestisida
Walaupun pestisida ini mempunyai manfaat yang cukup besar pada masyarakat, namun dapat pula memberikan dampak negatif pada manusia dan lingkungan. Pada
manusia pestisida dapat menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa manusia ataupun menimbulkan penyakitcacat Munaf, 1997.
Ada 2 tipe keracunan yang ditimbulkan pestisida, yaitu Quijano, 1999: 1. Keracunan akut
Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing, mual, sakit
dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare, sulit bernafas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2 efek, yaitu:
a. Efek lokal, terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering,
kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mata berair, batuk, dan sebagainya.
b. Efek sistemik muncul bila pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke
seluruh bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati, lambung, otot, usus, otak, dan syaraf.
2. Keracunan kronis Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan
membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkena
pestisida. Pestisida memberikan dampak kronis pada sistem syaraf, hati, perut, system kekebalan tubuh, keseimbangan hormon, kanker. Bayi juga dapat terkena pestisida
ketika diberi ASI, dapat terjadi jika ibunya terkena pestisida. Setiap golongan pestisida menimbulkan gejala keracunan yang berbeda-beda
karena bahan aktif yang dikandung setiap golongan berbeda. Namun ada pula gejala yang ditimbulkan mirip Wudianto, 2005.
a. Golongan organofosfat, gejala keracunannya adalah timbul gerakan otot-otot tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat,
air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detak
jantung menjadi cepat, mencret, sesak nafas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan.
Organofosfat menghambat kerja enzim kholineterase, enzim ini secara normal menghidrolisis asetycholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim
dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system syaraf yang
menyebabkan gejala keracunan dan berpengaruh pada seluruh bagian tubuh Mulachella, 2010
b. Golongan organoklor, jenis pestisida ini dapat menimbulkan keracunan dengan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan
lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang, dan kehilangan kesadaran. c. Golongan karbamat, gejalanya sama dengan gejala yang di timbulkan
golongan organofosfat, hanya saja berlangsung lebih singkat karena lebih cepat terurai dalam tubuh.
d. Golongan bipiridilium, setelah 1-3 jam pestisida masuk dalam tubuh baru timbul sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare.
e. Gologan arsen, tingkat akut akan terasa nyeri pada perut, muntah, dan diare, sementara keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak
keluar air ludah. f. Golongan antikoagulan, gejala yang ditimbulkan seperti nyeri punggung,
lambung dan usus, muntah-muntah, perdarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik merah, kerusakan ginjal.
Menurut WHO 1986, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keracunan pestisida antara lain :
1. Dosis. Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan pestisida, karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk
penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang tertera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan
membahayakan penyemprot itu sendiri. Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara
pemberian. 2. Toksisitas senyawa pestisida. Merupakan kesanggupan pestisida untuk
membunuh sasarannya. Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam penggunaan dengan kadar yang rendah menimbulkan gangguan lebih sedikit
bila dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah tetapi dengan kadar tinggi. Toksisitas pestisida dapat diketahui dari LD 50 oral dan dermal
yaitu dosis yang diberikan dalam makanan hewan-hewan percobaan yang menyebabkan 50 dari hewan-hewan tersebut mati.
3. Jangka waktu atau lamanya terpapar pestisida. Paparan yang berlangsung terus-menerus lebih berbahaya daripada paparan yang terputus-putus pada
waktu yang sama. Jadi pemaparan yang telah lewat perlu diperhatikan bila terjadi resiko pemaparan baru. Karena itu penyemprot yang terpapar berulang
kali dan berlangsung lama dapat menimbulkan keracunan kronik. 4. Jalan masuk pestisida dalam tubuh. Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan
pestisida yang mengenai danatau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah
tertentu. Keracunan akut atau kronik akibat kontak dengan pestisida dapat melalui mulut, penyerapan melalui kulit dan saluran pernafasan. Pada petani
pengguna pestisida keracunan yang terjadi lebih banyak terpapar melalui kulit dibandingkan dengan paparan melalui saluran pencernaan dan pernafasan
Afriyanto, 2008.
B. Jalur Masuk Pestisida Pada Manusia
Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai rute, yakni Djojosumarto, 2004:
1. Penetrasi lewat kulit dermal contamination Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam tubuh
dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi.
Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi kontaminasi lewat kulit adalah: a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh
droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminsai pestisida.
b. Pencampuran pestisida. c. Mencuci alat-alat aplikasi
2. Terhisap lewat saluran pernafasan inhalation Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung
merupakan terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat halus kurang dari 10 mikron dapat masuk ke paru-paru, sedangkan
partikel yang lebih besar lebih dari 50 mikron akan menempel di selaput lendir atau kerongkongan.
Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat saluran pernafasan adalah :
a. Bekerja dengan pestisida menimbang, mencampur, dsb di ruang tertutup atau yang ventilasinya buruk.
b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas, aerosol, terutama aplikasi di dalam ruangan, aplikasi berbentuk tepung
mempunyai resiko tinggi. c. Mencampur pestisida berbentuk tepung debu terhisap pernafasan.
3. Masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat mulut oral Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan
dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat terjadi karena : a. Kasus bunuh diri.
b. Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida. c. Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung
tangan yang terkontaminasi pestisida. d. Drift pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
e. Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida.
2.1.7.Pencegahan Keracunan Pestisida
Menurut Djojosumarto 2004 ada beberapa langkah-langkah untuk menjamin keselamatan dalam penggunaan pestisida adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan penyemprotan a. Jangan melakukan pekerjaan penyemprotan pestisida bila merasa tidak
sehat. b. Jangan mengijinkan anak-anak berada di sekitar tempat pestisida yang
akan digunakan atau mengijinkan anak-anak melakukan pekerjaan penyemprotan pestisida.
c. Catat nama pestisida yang digunakan dan jika dapat catat juga nama bahan aktifnya. Catatan ini penting bagi dokter bila terjadi sesuatu.
d. Pakaian dan peralatan perlindungan sudah harus dipakai sejak persiapan penyemprotan, misalnya ketika menakar dan mencampur pestisida.
e. Jangan masukkan rokok, makanan, dan sebagainya ke dalam kantung pekerjaan.
f. Periksa alat-alat aplikasi sebelum digunakan. Jangan menggunakan alat semprot yang bocor. Kencangkan sambungan-sambungan yang sering
terjadi bocor. g. Siapkan air bersih dan sabun di dekat tempat kerja untuk mencuci
tangan dan keperluan lain. h. Siapkan handuk kecil yang bersih dalam kantung plastik tertutup dan
dibawa ke tempat kerja. 2. Ketika melakukan aplikasi
a. Perhatikan arah angin. Jangan melakukan penyemprotan yang menentang arah angin keran drift pestisida dapat membalik dan
mengenai diri sendiri.
b. Jangan membawa makanan, minuman, dan rokok dalam kantung pakaian kerja.
c. Jangan makan, minum, atau merokok selama menyemprot atau mengaplikasikan pestisida.
d. Jangan menyeka keringat di wajah dengan tangan, sarung tangan, atau lengan baju yang terkontaminasi petisida untuk menghindari pestisida
masuk ke mata atau mulut. Untuk keperluan itu gunakan handuk bersih untuk menyeka keringat atau kotoran diwajah.
e. Bila nozzle tersumbat, jangan meniup nozzle yang terkontaminasi langsung dengan mulut.
3. Sesudah aplikasi a. Cuci tangan dengan sabun hingga bersih segera sesudah pekerjaan
selesai. b. Segera mandi setelah sampai dirumah dan ganti pakaian kerja dengan
pakaian sehari-hari. c. Jika tempat kerja jauh dari rumah dan harus mandi dekat tempat kerja,
sediakan pakaian bersih dalam kantung plastik tertutup. Sesudah ganti pakaian, bawalah pakaian kerja dalam kantung tersendiri.
d. Cuci pakaian kerja terpisah dari cucian lainnya. e. Makan, minum, atau merokok hanya dilakukan sesudah mandi atau
seketika sesudah mencuci tangan dengan sabun.
2.2. Penyuluhan 2.2.1. Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,
dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Sastraatmadja 1993, penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan
jangka pendek untuk mengubah perilaku termasuk sikap, tindakan dan pengetahuan ke arah yang lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Disamping menciptakan suatu perubahan perilaku bagi masyarakat petani, penyuluhan pertanian pun diharapkan mampu
mengarahkan wawasan berpikir dan menumbuhkan karakter sebagai bangsa yang sedang melakukan pembangunan.
2.2.2.Metode Penyuluhan
Dalam Suhardiyono 1992, ada 4empat metode penyuluhan menurut target orang yang menghadiri kegiatan penyuluhan. Penggolongan metode penyuluhan ini
dapat dinyatakan sebagai berikut: