Agama Dan Negara Dalam Kajian Ketatanegaraan Islam

60

BAB IV TINJAUAN KETATANEGARAAN ISLAM TERHADAP PARLEMEN

MENURUT PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA

A. Agama Dan Negara Dalam Kajian Ketatanegaraan Islam

Polemik hubungan agama dan negara masih menjadi perdebatan yang tidak berkesudahan dibanyak negara Muslim sampai saat ini. Apakah agama menjadi wilayah privat individu warga negara ataukah masuk dalam wilayah yang harus diatur oleh negara? Bagaimana mengurai dan menjelaskan hubungan agama dan negara juga menjadi persoalan yang belum menemukan solusi atau jawaban yang dapat dijadikan pedoman bersama. Sekilas berkenaann kata „agama’ dan „negara’: 1. Kata „agama’ berasal dari bahasa Sanskreta yang berarti tradisi, tidak bergerak, peraturan. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia disebu tkan bahwa ”Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut”. 1 Agama dalam bahasa arab pula adalah din, yang artinya taat, takut dan setia, paksaan, tekanan, penghambaan, perendahan diri, pemerintahan, kekuasaan, siasat, balasan, adat, pengalaman hidup, perhitungan amal. Sinonim kata din dalam bahasa arab ialah milah. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, h. 10. Bedanya, milah lebih memberikan titik berat pada ketetapan, aturan, hukum, tata tertib, atau doktrin ketimbang kata din itu. 2 Sedangkan Endang Saifuddin Anshari mendefinisikan bahwa agama pada umumnya merupakan suatu sistema ’tata keimanan’ atau ’tata keyakinan’ atas adanya suatu yang mutlak diluar manusia. Selain itu ia juga merupakan sistem ’tata peribadahan’ manusia kepada sesuatu yang dianggap Yang Mutlak, juga sebagai sistema norma ’tata kaidah’ yang mengatur hubungan antar manusia serta manusia dengan alam lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadahan itu. 3 2. Definisi „negara’ dalam Kamu Bahasa Indonesia disebutkan bahwa negara adalah “Suatu kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi dibawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya”. 4 Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pula dijelaskan bahwa „negara’ sebagai “Wilayah yang dihuni oleh masyarakat sebagai warga sah yang mengatur daerah tersebut sesuai 2 http:id.wikipedia.orgwikiAgama diakses tanggal 21 Juni 2010 jam 11:00 WIB. 3 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam, Jakarta: GIP, 2004, h. 30. 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, h. 685. dengan aturan perundang-undangan yang berla ku”. 5 Adapun menurut ahli ketatanegaraan pula: a. Georg Jellinek: Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu. b. George Wilhelm Friedrich Hegel: Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal. c. Prof. Mr. Soenarko: Negara ialah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan. d. Aristoteles: Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama. 6 Menurut M. Natsir 7 , negara bukanlah suatu badan yang tersendiri yang menjadi tujuan. Dan dengan persatuan agama dan negara yang dimaksudkan, bukanlah bahwa agama itu cukup sekadar dimasuk-masukkan saja disana sini kepada negara itu. Urusan kenegaraan pada pokoknya dan pada dasarnya adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Islam. Yang menjadi tujuan adalah 5 Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Penerbit Lintas Media, h. 370. 6 http:id.wikipedia.orgwikiNegara diakses tanggal 21 Juni 2010 jam 11:00 WIB. 7 Mohammad Natsir, lahir di Sumatera Barat, Indonesia pada tanggal 17 Juli 1908. Beliau adalah Presiden Republik Indonesia yang kelima sekaligus pemimpin Partai Marsyumi, juga seorang tokoh Islam terkemuka di Indonesia. Karyanya yang terkenal adalah buku berjudul Capita Selecta. Beliau meninggal di Jakarta pada 6 Februari 1993. kesempurnaan berlakunya undang-undang Tuhan, baik yang berkenaan dengan kehidupan manusia sendiri sebagai individu, ataupun sebagai anggota dari masyarakat. Baik yang berkenaan dengan kehidupan dunia yang fana ini, ataupun yang berhubungan kehidupan akhirat kelak. 8 Dapat dibuat kesimpulan dari pandangan M. Natsir berkenaan hubungan antara agama dan negara dari tulisannya “Berhakim Pada Sejarah” bahwa: 1. Agama Islam mempunyai aturan yang berkenaan dengan hukum-hukum kenegaraan dan uqubat pidana dan muamalah yang semuanya itu adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari agama Islam itu sendiri. 2. Orang yang tidak mau negara menjalankan semua peraturan agama Islam yang berhubungan dengan hal tersebut pada hakekatnya bukan memisahkan agama dari negara, malainkan melemparkan sebagian dari hukum-hukum Islam. 3. Islam bersifat demokratis tetapi tidak semua hal termasuk hukum-hukum tetap harus distem pula lebih dulu dalam Parlemen. 4. Kalau kekuasaan ada dalam tangan orang Islam, orang-orang beragama lain tak usah khawatir. Mereka akan mendapat kebebasan beragama secara luas. 5. Orang yang tidak mau mendasarkan negara kepada hukum-hukum Islam dengan alasan tidak mau merusakkan hati orang yang bukan beragama Islam, sebenarnya berlaku zalim kepada orang Islam sendiri yang 8 Ajib Rosidi, M. Natsir Sebuah Biografi, Jakarta: Grimukti Pasaka, 1990, h. 294. bilangannya 20 kali lebih banyak. Ini berarti merusakkan hak-hak mayoritas, bukan lantaran hak-hak itu berlawanan dengan hak-hak dan kepentingan minoritas tapi semata-mata takut kalau-kalau pihak minoritas itu tidak suka. 6. Masalah agama dan negara ini memang suatu masalah yang penting. Tapi ini tidak berarti bahwa masalah-masalah shalat, zakat, haji dan sebagainya tidak dibincangkan sama sekali. 9 Di kalangan umat Islam sampai sekarang terdapat tiga aliran tentang hubungan antara Islam dan ketatanegaraan. Ada yang mengatakan bahwa Islam bukanlah semata-mata agama dengan pengertian Barat, yakni hanya menyangkut hubungan antara manusia dan Tuhan, sebaliknya Islam adalah satu agama yang sempurna dan yang lengkap dengan pengaturan bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan bernegara. Para penganut aliran ini pada umumnya berpendirian bahwa: 1. Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Di dalamnya terdapat pula antara lain sistem ketatanegaraan atau politik. Oleh karenanya dalam bernegara umat Islam hendaknya kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam. Dan tidak perlu atau bahkan jangan meniru sistem ketatanegaraan Barat. 9 http:www.scribd.comdoc15779945Agama-Dan-Negara-Pandangan-M-Natsir diakses tanggal 21 Juni 2010 jam 22:55 WIB. 2. Sistem ketatanegaraan atau politik Islami yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad dan empat Khulafaur Rasyidun. Terdapat juga sebagian umat Islam daripada kalangan orang yang terpengaruh dengan pemikiran Barat menolak bahwa dalam Islam ada kenegaraan atau ia datang hanya untuk memerintah satu umat saja dan hanya mengatur hubungan antara semua manusia, dan menyangka bahwa agama hanyalah sekadar hubungan antara manusia dengan Tuhan dan agama tidak harus mencampuri urusan sosial, politik dan kehakiman. Pandangan kedua ini adalah dari kelompok paham Sekularisme 10 , dan paham ini mulai timbul dari masyarakat Nasrani, di mana terdapat pertembungan antara gereja dengan ilmu dan antara gereja dengan negara. Oleh itu mereka membuat satu kaidah yang menyebut “Berikanlah apa yang berkaitan dengan raja kepada raja dan apa yang berkaitan dengan Tuhan kepada Tuhan”. 11 Sebenarnya agama Islam sangat berhubungan dengan negara, mengatur umat dan urusan-urusan ekonomi, sosial dan sebagainya. Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yaitu satu agama yang 10 Gerakan atau paham yang mengatakan bahwa agama harus terpisah dari kehidupan duniawi. 11 Abdul Hadi Awang, Islam Demokrasi, Selangor: PTS Islamika, 2007, cet. 1, h. 9. mempunyai kesempurnaan dan mencakup seluruh urusan kehidupan. 12 Firman Allah SWT Q.S Al-Maidah 5: 3 { ِِ َرُطْضا ْنَمَف اًنيِد َمَاْسِإا ْمُكَل ُتيِضَرَو َِِمْعِن ْمُكْيَلَع ُتْمََْْأَو ْمُكَنيِد ْمُكَل ُتْلَمْكَأ َمْوَ يْلا ٌميِ َر ٌروُ َ َ َللا َ ِ َف ٍْ ِإ ٍ ِناَ َ ُ َرْ يَ ٍ َ َمَْ } ةدئاما ۳ . Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Q.S: Al-Maidah 5:3

B. Persamaan Parlemen Malaysia Dengan Konsep Pemerintahan Islam