Persamaan Parlemen Malaysia Dengan Konsep Pemerintahan Islam

mempunyai kesempurnaan dan mencakup seluruh urusan kehidupan. 12 Firman Allah SWT Q.S Al-Maidah 5: 3 { ِِ َرُطْضا ْنَمَف اًنيِد َمَاْسِإا ْمُكَل ُتيِضَرَو َِِمْعِن ْمُكْيَلَع ُتْمََْْأَو ْمُكَنيِد ْمُكَل ُتْلَمْكَأ َمْوَ يْلا ٌميِ َر ٌروُ َ َ َللا َ ِ َف ٍْ ِإ ٍ ِناَ َ ُ َرْ يَ ٍ َ َمَْ } ةدئاما ۳ . Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Q.S: Al-Maidah 5:3

B. Persamaan Parlemen Malaysia Dengan Konsep Pemerintahan Islam

Pemerintahan Islam yaitu pemerintahan yang dilaksanakan menurut prinsip ajaran Islam. Ini tidak bermakna bahwa pemerintahan Islam itu bersifat teokratik mutlak sebagaimana yang didakwakan oleh sebagian pihak atau seperti yang pernah muncul dalam agama-agama lain. Oleh karena itu ajaran agama lain itu lebih tertumpu kepada aspek-aspek tertentu seperti ajaran moral, maka keadaan demikian memberi ruang kepada pemerintah dan pemimpin kalangan tersebut menguatkan kekuasaan pemerintahan menurut keinginan mereka sendiri. Oleh karena itu ajaran agama mereka tidak bersifat menyeluruh, membolehkan pemimpin mereka mengklaim bahwa apa yang mereka perintahkan adalah 12 Khalid Ali Muhammad Al-Anbariy, Sistem Politik Islam Menurut Pandangan Al-Quran, Al-Hadis Dan Pendapat Ulama Salaf, Selangor: Digipress, 2008, h.10-12. perintah agama yang mesti dipatuhi. Dari sudut lain kita lihat bahwa pelaksanaan Pemerintahan Islam adalah lebih luas karena ia dilaksanakan oleh semua manusia, bukan kepada beberapa individu atau kumpulan ahli-ahli agama saja. Dari sudut pandang dalam konsep pemerintahan, Parlemen Malaysia juga selaras dan sejalan dengan konsep Ketatanegaraan Islam. Ia juga memiliki persamaan uang menunjukkan bahwa di Malaysia juga ada mengamalkan sistem pemerintahan berlandaskan syariat Islam, diantaranya: 1. Musyawarah Pemerintahan di Malaysia berasaskan sistem musyawarah, pemuafakatan dan konsultasi. Dasar dan polisi negara diputuskan dalam musyawarah berbagai tingkat, sama ada di tingkat Kabinet maupun di tingkat Parlemen. Kejayaan meletakkan Islam sebagai agama Persekutuan dalam Perlembagaan Malaysia konstitusi adalah hasil daripada musyawarah dan pemuafakatan semua kaum pada peringkat awal kemerdekaan negara Malaysia dahulu. Oleh karena itu, pendekatan dan nilai yang dibawa oleh Islam dalam bentuk yang ada dapat diterima oleh semua dan tentunya kerana nilai dan pendekatan tersebut bersifat menyeluruh. Secara khususnya, konsep Musyawarah dapat dilihat dalam pelaksanaan Parlemen Malaysia. Sesuatu undang-undang akan dibincangkan bermusyawarah di Dewan Rakyat dan Dewan Negara sebelum ia diluluskan sebagai undang- undang rasmi. Di sini konsep Musyawarah dapat berjalan dengan baik karena para anggota Dewan Rakyat dan Dewan Negara akan bermusyawarah dengan teliti sebelum mengambil sesuatu keputusan. 2. Demokrasi Prinsip demokrasi yang dianjurkan Islam dapat dilihat dari sudut pemilihan anggota Dewan Rakyat sebagai salah satu komponen Parlemen Malaysia. Setiap individu rakyat akan memilih para wakil mereka melalui proses pemilu untuk menyuarakan inspirasi dan isi hati mereka kepada pemerintah di dalam Parlemen. Wakil-wakil rakyat ini bertanggungjawab dalam menjaga hak dan kepentingan rakyat, dengan menbincangkan hal-hal yang menjadi kepentingan rakyat umum di dalam persidangan dewan. Rasyid Ridha 13 berkata, ”Demikianlah, dikalangan umat harus ada orang- orang yang memiliki kearifan dan kecerdasan dalam mengatur kemaslahatan masyarakat, serta mampu menyelesaikan masalah-masalah pertahanan, serta masalah-masalah kemasyarakatan dan politik. Itulah yang disebut dengan ahli syura atau Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi di dalam Islam. Pengangkatan khalifah tidaklah dibenarkan kecuali apabila mereka itulah yang memilihnya serta membaiatnya dengan kerelaan. Mereka itulah yang disebut dengan wakil rakyat atau wakil masyarakat”. 14 13 Muhammad Rasyid Bin Ali Ridha Bin Syamsuddin Bin Baha ’uddin Al-Qalmuni Al- Husaini, dilahirkan pada tahun 1865 dan meninggal pada 1935. Seorang intelektual Islam dari Suriah yang mejadi penerus gagasan modernisme Islam. Kitabnya yang terkenal adalah Tafsir Al-Manaar. 14 Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manaar, Cairo: Maktabah Al-Qahirah,1960, cet. 4, jilid 3, h. 11.

C. Perbedaan Parlemen Malaysia Dengan Konsep Ketatanegaraan Islam