khalifah jika terdapat hal-hal yang mengharuskan pemecatannya. Al-Mawardi juga berpendapat jika kepala negara melakukan tindakan yang bertentangan
dengan agama, rakyat dan Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi berhak untuk menyampaikan mosi tidak percaya kepadanya.
51
3. Demokrasi Dalam Islam
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal
dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi moderen. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi bagi
demokrasi moderen telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratoscratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
51
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah, Dan Pemikiran, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002, cet. 5, h. 70-71.
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat kekuasaan rakyat atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi
ketiga kekuasaan politik negara eksekutif, yudikatif dan legislatif untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas independen dan
berada dalam peringkat yangg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga
negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Menurut Sadek J. Sulaymân, dalam demokrasi terdapat sejumlah prinsip yang menjadi standar baku. Diantaranya:
1. Kebebasan berbicara setiap warga negara.
2. Pelaksanaan pemilu untuk menilai apakah pemerintah yang berkuasa layak
didukung kembali atau harus diganti. 3.
Kekuasaan dipegang oleh suara mayoritas tanpa mengabaikan kontrol minoritas.
4. Peranan partai politik yang sangat penting sebagai wadah aspirasi politik
rakyat. 5.
Pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. 6.
Supremasi hukum semua harus tunduk pada hukum.
7. Semua individu bebas melakukan apa saja tanpa boleh dibelenggu.
Dalam permasalahan demokrasi ini, para ulama berbeda pandangan. Ada yang mengatakan bahwa demokrasi haram karena berbeda dengan prinsip-prinsip
Islam, dan ada yang mengatakan bahwa ia diperbolehkan. Al-Maududi
52
secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat
untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler. Karenanya,
Al-Maududi menganggap demokrasi modern Barat merupakan sesuatu yang bersifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi berdasarkan hukum
Tuhan. Tentu saja bukan teokrasi yang diterapkan di Barat pada abad pertengahan yang telah memberikan kekuasaan tak terbatas kepada para pendeta
Seorang intelektual Pakistan, M. Iqbal
53
mengatakan, sejalan dengan kemenangan sekularisme atas agama, demokrasi modern menjadi kehilangan sisi
spiritualnya sehingga jauh dari etika. Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama.
Parlemen sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Karenanya,
52
Syed Abu A’la Al-Maududi dilahirkan pada tanggal 25 September 1903 di Hyderabad, India
dan meninggal dunia pada 22 September 1979 di Amerika Serikat. Beliau adalah ulama tafsir, hadis, fikih dan politik di IndiaPakistan.
53
Muhammad Iqbal lahir di desa Sialkot, Punjab, India pada tanggal 9 November 1877 dan meninggal di Lahore, India pada 21 April 1938. Beliau merupakan seorang pemikir Islam, filsuf
sekaligus penyair.
menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah kehilangan basis moral dan spiritual. Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah
konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan demokrasi secara mutlak, melainkan prakteknya
yang berkembang di Barat. Lalu Iqbal menawarkan sebuah model demokrasi sebagai berikut:
1. Tauhid sebagai landasan asasi.
2. Kepatuhan pada hukum.
3. Toleransi sesama warga.
4. Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.
5. Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.
Seorang ulama lagi, Muhammad Imarah
54
mengatakan bahwa Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak menolaknya secara mutlak.
Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif membuat dan menetapkan hukum secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem syura Islam kekuasaan
tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum
sesuai dengan prinsip yang digariskan-Nya serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah. Jadi, Allah berposisi sebagai al-
Syâri’
54
Muhammad Imarah lahir pada tahun 1931 di desa Qarwah-Qalain, Mesir. Karya tulisnya yang terkenal adalah al-Qawmiyah al-Arabiyah.
legislator sementara manusia berposisi sebagai faqîh yang memahami dan menjabarkan hukum-Nya.
Dr. Yusuf Al-Qardhawi
55
pula berkata, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Menurutnya lagi, hal tersebut bisa dilihat pada beberapa perkara. Misalnya:
1. Dalam demokrasi, proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk
mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu
yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di
belakangnya. 2.
Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam. Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan
nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam. 3.
Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya
layak dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah
untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
55
Seorang pemikir dan ulama moderen, Dr. Yusuf Al-Qardhawi dilahirkan pada tanggal 9 September 1926 di desa Safat Turab, Mesir. Merupakan Graduan Universitas Al-Azhar Cairo.
Pendapat dan pemikiran belaiau memiliki kesamaan dengan pemikiran Hassan Al-Banna, tidak salah kerana beliau menjadikan Hassan Al-Banna sebgai contoh tauladan.
4. Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak
bertentangan dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah
dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak
terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka.
Yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang
diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara tegas. Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta
otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam.
Salim Ali Al-Bahnasawi mengatakan, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan Islam dan pada masa yang sama masih
memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara,
sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram.
56
56
http:nsudiana.wordpress.com20080119demokrasi-dalam-pandangan-islam diakses
tanggal 233.2010 jam 13:40 WIB.
48
BAB III PARLEMEN MENURUT PERLEMBAGAAN