1 Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 23 daripada
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir. 2
Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 23 daripada jumlah anggota yang hadir.
Oleh sebab itu, dalam amandemen UUD 1945 amandemen ketiga ditegaskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Hal tersebut
merupakan wujud demokratisasi dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan hakikat demokrasi, yakni kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan berasal dari rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
47
Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 6A UUD 1945 sebagai berikut: 1
Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
2 Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
3 Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapat suara lebih dari
lima puluh persen dari jumlah suara pemilih dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap propinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah propinsi di
Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
47
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999, h. 71. Lihat juga Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan
Demokrasi Pancasila, Jakarta: Gramedia, 1996, h. 50.
4 Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua
pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilu dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara
terbanyak dilantik sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Tata cara pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden lebih
lanjut diatur dengan Undang-undang. Peraturan pelaksanaan dari ketentuan mengenai pemilihan umum eksekutif sebagaimana ditegaskan pada Pasal 6A UUD 1945 adalah
UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
48
Dengan demikian dapat difahami bahwa pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Pilpres yang semula dilakukan oleh MPR, kini disepakati untuk dilakukan
langsung oleh rakyat sehingga Pilpres pun dimasukkan ke dalam pemilihan umum.
49
Pada pemilihan umum tahun 2004 untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia diadakan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara langsung yang
sebelumnya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR.
50
Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara langsung pada tahun 2004 diselenggarakan dengan sistem dua putaran. Artinya kalau pada putaran
pertama tidak ada calon yang memperoleh suara minimal yang ditentukan, akan
48
Pasal 6A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h. 65.
49
Pasal 22E ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Ibid, h. 74.
50
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 483.
diadakan putaran kedua dengan peserta dua pasang calon yang memperoleh suara terbanyak.
51
Adapun pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat, sebagaimana pada pemilihan umum tahun
2004 masih berlaku hingga saat sekarang ini, namun untuk pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden, yang selanjutnya disebut UU Pilpres. Adanya UU Pilpres tersebut berdasarkan mandat dari UUD NRI 1945 untuk
menjalankan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, sebagaimana terdapat dalam Pasal 6A ayat 5 UUD NRI 1945. Dalam UU Pilpres tersebut terdapat
beberapa hal tekhnis yang diatur untuk menyelenggarakan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, seperti tekhnis pengusulan bakal Presiden dan Wakil Presiden,
penetapan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, dan lain sebagainya.
51
Ibid, h. 484.
53
BAB III PENGUSULAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN OLEH
PARTAI POLITIK A.
Pengertian Calon Presiden dan Wakil Presiden
Definisi “Calon Presiden dan Wakil Presiden” secara etimologi tersusun atas beberapa kata, yakni:
1. Kata “Calon”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian
yakni: 1 Orang yang akan menjadi; 2 Orang yang dididik dan dipersiapkan untuk menduduki jabatan atau profesi tertentu; 3 Orang yang diusulkan atau
dicadangkan untuk dipilih atau diangkat menjadi sesuatu.
1
Sedangkan kata “Pencalonan” mempunyai pengertian: proses, cara, atau perbuatan mencalonkan.
2
2. Kata “Presiden”, berasal dari kata “Preside”, yang mempunyai arti “menduduki
suatu jabatan”
3
. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata “Presiden” mempunyai arti: 1 Kepala Lembaga, Perusahaan, dsb.; 2 Kepala
Negara Bagi negara yang berbentuk republik.
4
3. Kata “Wakil”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian: 1
Orang yang dikuasakan menggantikan orang lain; 2 Jabatan yang kedua setelah
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. I, edisi IV, Jakarta: PT. Gramedia, 2008,h. 238.
2
Ibid, h. 238.
3
I.P.M. Ranuhandoko, Terminologi Hukum: Inggris-Indonesia, cet. III, Jakarta: Sinar Grafika, 2003, h. 450.
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1101.
yang tersebut di depannya.
5
Sedangkan di dalam bahasa Inggris, kata wakil disebutkan dengan istilah
“Vice”, yang mempunyai arti Wakil atau Orang kedua.
6
Sedangkan untuk memahami definisi “Calon Presiden dan Wakil Presiden”
secara terminologi, terlebih dahulu difahami definisi mengenai Presiden dan Wakil Presiden, yakni sebagai berikut:
1. Definisi Presiden
Black’s Law Dictionary memberikan sebuah terminologi mengenai Presiden, yakni:
“President, The chief political executive of a government; the head of state.
” Presiden ialah kepala eksekutif politik pada suatu pemerintahan atau kepala Negara
.
7
Perkataan Presiden dipergunakan dalam dua arti, yaitu lingkungan jabatan “ambt”
dan pejabat “ambtsdrager”. Untuk lingkungan jabatan dipergunakan istilah
“presidency” atau “presidential”, sedangkan pejabat dipergunakan istilah “president”. Dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lain yang
mengatur mengenai Presiden dijelaskan bahwa Presiden adalah pemangku jabatan kepresidenan dan secara langsung pula menjelaskan makna pengaturan lingkungan
jabatan kepresidenan.
8
Presiden adalah pemimpin eksekutif yang mempunyai hak preogratif untuk mengadakan rekruitmen guna mengisi jabatan sejumlah posisi eksekutif alam
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1554.
6
I.P.M. Ranuhandoko, Terminologi Hukum: Inggris-Indonesia, h. 534.
7
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Ninth Edition, West USA: Thomson Reuters
business, 2009, h. 1304.
8
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, cet. III, Yogyakarta: FH UII Press, 2006, h. 1-2.
bidang pemerintahan seperti anggota kabinet menteri, menteri coordinator, menteri negara dan pejabat yang setingkat dengan menteri.
9
Menurut norma UUD NRI 1945, Presiden Republik Indonesia ialah orang yang memegang kekuasaan pemerintahan menurut UndangUndang Dasar,
10
yang di dalam menjalankan tugas sebagai Kepala Negara dibantu oleh satu orang Wakil
Presiden Wapres dan dibantu oleh Menteri-Mentri yang masing-masing.
11
2. Definisi Wakil Presiden
Sedangkan untuk Wakil Presiden, Black’s Law Dictionary memberikan sebuah
terminologi yakni: “Vice President, an officer selected in advance to fill the presidency if the president dies, resigns, is removed from office, or cannot or will
not serve ”, Wakil Presiden ialah pejabat yang dipilih terlebih dahulu untuk
mengisi jabatan presiden jika presiden meninggal, mengundurkan diri, akan dihapus dari kantor diberhentikan, tidak dapat melayani atau tidak akan
melayani.
12
“Wakil Presiden” terdiri atas dua kata, yakni “Wakil” dan “Presiden”. “Wakil” sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, yakni 1 Orang yang dikuasakan
menggantikan orang lain; 2 Jabatan yang kedua setelah yang tersebut di
9
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia, cet. I, Bandung: PT. Alumni, 2010, h. 84.
10
Lihat Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, cet. X, Jakarta: Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006, h. 64.
11
Lihat Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Ibid, h. 64.
12
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, h. 1702.
depannya.
13
Sedangkan “Presiden” berarti: 1 Kepala Lembaga, Perusahaan,
dsb.; 2 Kepala Negara Bagi negara yang berbentuk republik.
14
Maka “Wakil
Presiden ” dapat diartikan sebagai orang yang dikuasakan bertindak sebagai
pengganti kepala pemerintahan dan Negara, atau orang yang bertindak sebagai pengganti Presiden apabila Presiden berhalangan.
15
Wakil Presiden adalah pembantu kewajiban Presiden yang pembentukan kelembagaannya bersifat wajib dalam memenuhi kehendak UUD, walaupun
didalam UUD tersebut tidak dijelaskan bidang tugasnya.
16
Selanjutnya, secara faktual dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, Wakil Presiden adalah posisi yang
sering diperdebatkan dan dicari-cari untuk melengkapi pencalonan Presiden.
17
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sebuah definisi mengenai calon Presiden, yakni ialah orang yang akan menjadi kepala pemerintahan
atau kepala negara, sedangkan definisi calon Wakil Presiden ialah orang yang akan menjadi wakil atau pengganti kepala pemerintahan atau kepala negara jika presiden
meninggal, mengundurkan diri, akan dihapus dari kantor diberhentikan, tidak dapat melayani atau tidak akan melayani.
13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1554.
14
Ibid, h. 1101.
15
Binilang Bawatanusa Janis, Wapres: Pendamping atau Pesaing? : Peranan Wakil Presiden dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2008, h. 1.
16
Bivitri Susanti, dkk, Semua Harus Terwakili: Studi Mengenai Reposisi MPR, DPR, dan Lembaga Kepresidenan di Indonesia, Jakarta: Pusat Studi Hukum Kebijakan Indonesia PSHK,
2000, h. 145.
17
Arwan Tuti Artha, Pak Boed, Ekonom yang Sederhana, Yogyakarta: Galang Press Group, 2009, h. 46.