b. Semua orang penduduk dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada
peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
38
Adapun menurut Franz Magnis Suseno, dari segi moral politik terdapat empat alasan utama untuk menuntut agar negara diselenggarakan dan dijalankan tugasnya
berdasarkan: 1 kepastian hukum; 2 tuntutan perlakuan yang sama; 3 legitimasi demokratis; 4 tuntutan akal budi. Berdasarkan hal demikian, selanjutnya Prof.
Magnis memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri negara hukum yang secara etis relevan, antara lain: 1 kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang
berlaku; 2 kegiatan negara berada dibawah control kekuasaan kehakiman yang efektif; 3 berdasarkan sebuah Undang-Undang Dasar yang menjamin hak-hak asasi
manusia; dan 4 menurut pembagian kekuasaan.
39
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
40
Pasal ini mengandung makna perwujudan Indonesia yang diidealkan dan dicita-citakan, karena itu selayaknya
diadakan eksplorasi mengenai reformasi hukum dan konstitusi, serta bentukan cita negara hukum dituju agar dapat mewujudkan Indonesia yang demokratis,
berkeadilan, dan berakhlak.
41
38
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Ilmu Negara dan Politik, Bandung: Eresco, 1971, h. 38.
39
Franz Magnis Suseno, Etika Politik Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999, h. 295-298.
40
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Lihat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h. 64.
41
Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum yang Demokratis, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2009, h. 184.
Miriam Budiardjo menjelaskan mengenai sistem pemerintahan Negara Indonesia dengan mengacu kepada Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, yang
salah satunya yaitu Negara Indonesia berdasar atas Hukum Rechtsstaat tidak berdasar atas kekuasaan belaka Machtsstaat.
42
Menurut Stahl, sebagaimana yang dikutip oleh Majda El-Muhtaj, terdapat empat unsur berdirinya Rechtsstaat atau negara hukum, yaitu:
1. Hak-hak manusia;
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;
3. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan;
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
43
Adapun ciri-ciri Rechtsstaat menurut Ni’matul Huda, antara lain sebagai
berikut: 1.
Adanya Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.
2. Adanya pembagian kekuasaan negara.
3. Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.
44
Selanjutnya, Jimly Asshiddiqie menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip pokok sebagai pilar-pilar utama yang menyangga negara modern yang layak
menyandang gelar sebagai negara hukum, diantaranya adalah:
45
42
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 106.
43
Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 23.
44
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, cet. VI, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h. 82.
45
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, h. 151-161.
1. Supremasi Hukum supremacy of law
2. Persamaan dalam hukum equality before the law
3. Asas legalitas due process of law
4. Pembatasan kekuasaan
5. Organ-organ ekskutif Independen
6. Peradilan bebas dan tidak memihak
7. Peradilan tata usaha Negara
8. Peradilan Tata Negara constitutional court
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia
10. Bersifat demokratis democratiche rechtsstaat
11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan berbegara welfare state
12. Transparansi dan kontrol sosial.
2. Demokrasi
Secara etimologi, kata demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni
“demos” rakyat yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan “cratos” atau “cratein”” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.
46
Jadi, “demos-cratein” atau “demos-cratos” demokrasi adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan berasal dari rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
47
46
A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 131.
47
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999, h. 71. Lihat juga Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan
Demokrasi Pancasila, Jakarta: Gramedia, 1996, h. 50.
Secara terminologi, demokrasi adalah suatu keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi
berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
48
Menurut Henry B. Mayo, demokrasi didasari oleh beberapa nilai: 1.
Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga; 2.
Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah;
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur;
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum;
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat
yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan, serta tingkah laku; 6.
Menjamin tegaknya keadilan.
49
Negara Republik Indonesia pernah menerapkan beberapa macam bentuk demokrasi, sebagaimana Miriam Budiardjo menjelaskannya dalam sejarah demokrasi
Negara Republik Indonesia, antara lain sebagai berikut: 2
Masa Republik Indonesia I 1945-1959, yaitu masa Demokrasi Konstitusional yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai dan yang karena itu dapat
dinamakan Demokrasi Parlementer.
48
A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 131.
49
Henry B. Mayo, An Introduction to Democratic Theory, New York: Oxford Univercity Press, 1960, h. 70.
3 Masa Republik Indonesia II 1959-1965, yaitu masa Demokrasi Terpimpin yang
dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara formal merupakan landasannya, dan menunjukan beberapa aspek demokrasi
rakyat. 4
Masa Republik Indonesia III 1965-1998, yaitu masa Demokrasi Pancasila yang merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial.
5 Masa Republik Indonesia IV 1998-Sekarang, yaitu masa reformasi yang
menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap praktik- praktik politik yang terjadi pada masa Republik Indonesia III.
50
Sebuah organisasi pakar hukum Internasional, International Commission of Jurists ICJ secara intens melakukan kajian terhadap konsep negara hukum dan
unsur-unsur esensial di dalamnya.
51
Komisi ini merumuskan syarat-syarat pemerintahan demokratis di bawah rule of law
52
, yakni: 1.
Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual, konstitusi harus pula menentukan tekhnis-prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin; 2.
Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak; 3.
Pemilihan umum yang bebas; 4.
Kebebasan menyatakan pendapat;
50
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 127-128.
51
P.S. Atiyah, Law and Modern Society, Oxford: Oxford University Press, 1995, h. 106.
52
Albert Venn Dicey memperkenalkan istilah rule of law yang secara sederhana diartikan dengan keteraturan hukum. Lihat Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h.
24, dan lihat lebih lanjut A.V. Dicey, An Introduction to The Study of The Law of The Constitution, London: Mac Millan, 1973, h. 202-203.
5. Kebebasan berserikatberorganisasi dan beroposisi;
6. Pendidikan kewarganegaraan.
53
Adapun unsur-unsur yang diperlukan bagi tegaknya suatu negara yang demokratis adalah:
54
1. Partai Politik
Partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah
untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya.
55
Mengenai hakikat kekuasaan partai politik, Radbruch sebagaimana dikutip oleh Harun Alrasid, menyatakan bahwa kekuasaan rakyat berarti kekuasaan partai
politik dan menentang eksistensi partai politik berarti menentang demokrasi.
56
Adapun fungsi partai politik adalah:
57
1. Sarana komunikasi politik;
2. Sarana sosialisasi politik;
3. Sarana rekrutmen kader dan anggota politik;
4. Sarana pengatur konflik.
53
Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 27.
54
A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 148-157.