penerj. Mazhab Maliki sendiri berpendapat bahwa syarat tersebut ditujukan untuk zakat emas dan perak, bukan untuk harts, binatang ternak, atau barang
tambang. Adapun Mazhab Syafi’I berpendapat bahwa hal di atas tidak termasuk syarat.
9. Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok Mazhab Hanafi mensyaratkan agar harta yang wajib dizakati terlepas dari
utang dan kebutuhan pokok sebab orang yang sibuuk mencari harta untuk kedua hal ini sama dengan orang yang tidak mempunyai harta.
E. Sasaran Zakat, Infak dan Sedekah
Dalam Al Qur,an telah disebutkan siapa saja yang berhak menerima zakat dalam surat At Taubah: 60 yaitu: fakir, miskin, pengurus-pengurus zakat
‘amil, mu’allaf, budak, orang yang berhutang, orang yang berjuang dijalan Allah fi sabilillah dan ibnu sabil
20
.
1. Fakir fuqara’ Fakir yaitu orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu
mencukupi kebutuhan sehari-hari. 2. Miskin masakin
Miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.
3. Pengurus zakat ‘amil
20
Wahbah Zuhayly. Ibid, h. 280
Pengurus zakat ‘amil adalah orang-orang yang bekerja memungut zakat. Panitia ini disyaratkan harus memiliki sifat kejujuran dan menguasai hokum
zakat. 4. Mu’allaf
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain orang-orang yang lemah niatnya untuk memasuki islam.
5. Budak Para budak disini menurut jumhur ulama ialah para budak muslim yang telah
membuat perjanjian dengan tuanya al mukkatabun untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun
mereka telah bekerja keras dan membanting tulang mati-matian. 6. Orang yang berhutang
Mazhab hanafi mengatakan orang yang berutang ialah orang yang betul-betul memiliki utang dan tidak memiliki apa-apa selain uutangnya itu.
7. Orang yang berjuang di jalan Allah fi sabilillah Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para pejuang yang berperang dijalan
Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang mereka lakukan hanyalah berjuang.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan ibnu sabil Ibnu sabil adalah orang-orang yang bepergian musafir untuk melaksakan
suatu ,hal yang yang baik tha’ah tidak termasuk maksiat.
F. Hikmah dan Manfaat Zakat, Infak dan Sedekah
1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus memberisihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.
Firman Allah dalam surat Ibrahim: 7
“Dan angatlah juga tatkala Tuhanmu memaklumkan. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika
kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
2. Karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin kea rah
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepad Allah
SWT. Terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka
melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak. Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan para mustahik, terutama fakir miskin,
yang bersifat konsumtif dalam waktu sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan kesejahteraan kepada mereka dengan cara menghilangkan
ataupun memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita.
3. Sebagai pilar amal bersama jama’i antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan
untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berihtiar bagi
kepentingan nafkah diri dan keluarganya. Allah SWT berfirman dalam surat Al- Baqarah: 273
“Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat oleh jihad di jalan Allah, mereka tidak dapat berusaha di muka bumi; orang yang tidak
tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari meminta- minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak
meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan di jalan Allah maka sesungguhnya Allah maha
mengetahui”.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki umat islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial
maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya manusia muslim. Hampir semua ulama sepakat bahwa orang yang menuntut
ilmu berhak menerima zakat atas nama golongan fakir dan miskin maupun sabilillah.
5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak
orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam suat Al-Baqarah: 267, dan
hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadis tersebut Rasulullah saw bersabda:
اِ ﱠن
َﷲا َﻟ
َﯾ ﺎ ْﻘَﺒ
ُﻞ َﺻ
َﺪَﻗ ًﺔ
َﻋ ْﻦ
ُﻏ ُﻠْﻮ
ٍل
“Allah swt tidak akan menerima sedekah zakat dari harta yang di dapat secara tidak sah”.
6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah saatu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik,
dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity. Munzir Khaf menyatakan zakat dan sistem
pewarisan islam cenderung kepada distribusi harta yang egaliter dan bahwa sebagai manfaat dari zakat, harta akan selalu beredar. Akumulasi harta di
tangan seseorang atau sekelompok orang kaya saja, secara tegas dilarang Allah swt. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Al Hasyr: 7
…
…
“… Agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu…”.
7. Dorongan ajaran islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman untuk berzakat, berinfak dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran islam
mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuha hidup diri dan
keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik. Zakat yang di kelola dengan baik akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang
luas. Dengan demikian, zakat menurut Yusuf Al-Qaradhawi adalah ibadah maaliyah al ijtima’iyyah, yaitu ibadah di bidang harta yang memiliki fungsi
strategis, penting dan menentukan dalam membangun kesejahteraan masyarakat.
G. Pola Penghimpunan Zakat, Infak Dan Sedekah