Distribusi Sampel Berdasarkan Status Merokok Distribusi Sampel Berdasarkan Rerata Berat Badan dan Tinggi Badan

Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin pasien tertinggi adalah pada laki-laki yaitu 97,9 dan pada perempuan 2,9. Dan Sex ratio pasien PPOK adalah 34:1, hal ini sesuai dengan angka prevalensi PPOK di Indonesia yakni jumlah penderita PPOK laki-laki lebih besar daripada perempuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maksum Zianuri 2010 terhadap pasien PPOK di Poliklinik Asma RS Umum Pusat Persahabatan Jakarta Timur periode Januari 2009 sampai Desember 2009 menunjukkan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang 56 dan perempuan 44 orang 44. Pria kebanyakan menderita PPOK dikarenakan pria cenderung berpotensi menjadi perokok dibandingkan perempuan. Berdasarkan hasil Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa sebanyak 54,5 penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,2 perempuan yang merokok. Penelitian ini hanya menunjukkan penderita terbanyak yang datang ke Poliklinik Paru RS Tembakau Deli Medan adalah laki-laki dibandingkan perempuan.

5.2.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Merokok

Distribusi proporsi pasien PPOK stabil berdasarkan status merokok pasien PPOK yang berobat jalan di RS Tembakau Deli Medan tabel 5.3 berikut. No Jenis Kelamin Jumlah Jumlah 1 Laki-Laki 34 97,1 2 Perempuan 1 2.9 Total 35 100.0 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan Status Merokok Berdasarkan tabel 5.3 jumlah sampel perokok adalah 32 91,4 orang, dan jumlah sampel bukan perokok adalah 3 8,6 orang. Hal ini terlihat bahwa sebagian besar penderita PPOK adalah perokok dan sebagian kecil adalah bukan perokok sehingga menunjukkan bahwa merokok dan terjadinya PPOK sangat erat kaitannya. Menurut Russel 2002 rokok merupakan faktor utama yang paling dominan terhadap peningkatan timbulnya penyakit PPOK. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ana Rima, dkk 2003, hubungan rokok dan penyakit paru sangatlah erat, hal ini dikarenakan asap rokok dapat berpengaruh terhadap jumlah makrofag, neutrofil dan kadar MMP-9 pada cairan kurasan bronkoalveolar perokok. Sehingga resiko untuk timbulnya PPOK semakin meningkat.

5.2.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Rerata Berat Badan dan Tinggi Badan

Distribusi proporsi Pasien PPOK stabil berdasarkan rerata berat badan pasien PPOK yang berobat jalan di RS Tembakau Deli Medan dapat dilihat bahwa rerata berat badan pasien adalah 53,74 kg dengan standar deviasi SD 10,86. Berat badan paling kecil adalah 36 kg dan berat badan paling besar adalah 81 kg. Distribusi proporsi pasien PPOK stabil berdasarkan rerata tinggi badan pasien PPOK yang berobat jalan di RS Tembakau Deli Medan dapat dilihat bahwa rerata tinggi badan pasien adalah 1,61m dengan standar deviasi SD 0,06. Tinggi badan paling kecil adalah 1,37m dan tinggi badan paling besar adalah 1,72 m. No Status Merokok Jumlah Jumlah 1 Perokok 32 91,4 2 Bukan Perokok 3 8,6 Total 35 100.0 Universitas Sumatera Utara Rata-rata tinggi badan dan berat badan ini hanya menunjukkan karakteristik pasien PPOK, sampai saat ini tidak ada penelitian yang menunjukkan potensi terjadinya PPOK terhadap berat badan dan tinggi badan.

5.2.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Rerata Jumlah Batang Rokok Per Hari dan Lama Merokok