2 Perawatan rawat jalan klinik mandiri. Bentuk perawatan jalan ini
diselenggarakan oleh klinik mandiri, yaitu yang tidak ada hubungan organisatoris dengan rumah sakit freestanding ambulatory centers
Rawat jalan bertujuan untuk melakukan observasi, diagnosis, pengobatan rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa mengharuskan pasien tersebut
dirawat inap, keuntunganya pasien tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap opname.
D. Persetujuan Tindakan Medis Informed Consent
Ketentuan mengenai informed consent yang digunakan sebagai pedoman dalam pelayanan medis, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No.
585MEN.KESPERIX1989 Tentang Persetujuan Tindakan
Medik. Persetujuan Tindakan Medis Informed Consent berasal dari 2 dua hal
dasar dari hak pasien, yaitu hak menentukan nasib sendiri dan hak untuk informasi medis.
82
Hak untuk menentukan nasib sendiri, erat hubungannya dengan hak atas informasi yang merupakan hak yang mendasari adanya informed consent. Dengan
pemberian informasi dari dokter, maka pasien dapat mengadakan beberapa alternatif pemilihan penilaian tentang suatu tindakan medis. Dengan demikian,
seorang pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak tindakan medis itu. Tenaga kesehatan dokter, perawat dan rumah sakit memerlukan izin atau
82
Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medik. Jakarta. 1997, h. 29
Universitas Sumatera Utara
pesetujuan dari pasien atau keluarga pasien, yatu apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan sebagaimana mestinya, maka dokter, rumah sakit, dan
unit pelaksana fungsional rumah sakit mempunyai alat untuk menangkis tuduhan yang mungkin diajukan oleh pasien maupun keluarga pasien.
83
Di tinjau dari aspek hukum perdata, maka masalah informed consent banyak terkait dengan ketentuan hukum perikatan yang diatur dalam Buku III KUH
Perdata tentang perjanjian secara umum. Dalam Hukum Perdata, informed consent merupakan suatu toesteming Kesepakatan perizinan sepihak dari pihak pasien
kepada dokter yang akan melakukan tindakan medis terhadap dirinya, dimana persetujuan itu dilandasi oleh suatu informasi yang cukup dari dokter kepada
pasiennya. Karena hanya berfungsi sebagai toesteming itulah maka persetujuan itu dapat dicabut setiap saat jika pasien menghendakinya. Dengan demikian, informed
consent hanya sebagai syarat terjadinya suatu transaksi terapeutik dan bukan merupakan syarat sahnya. Sebab sahnya suatu perjanjian harus memenuhi syarat-
syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Selanjutnya apabila dilihat dari bentuk persetujuan tindakan medis yang
diberikan oleh pasien kepada tenaga kesehatandokterdokter gigi dapat diberikan dalam bentuk lisan dan juga dalam bentuk tertulis Pasal 45 UUNo. 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran. Mengenai hal ini Salim HS., menjelaskan bahwa :
83
Ibid, h. 30
Universitas Sumatera Utara
Persetujuan lisan adalah persetujuan yang diberikan dalam bentuk ucapan setuju atau dalam bentuk anggukan kepala yang diartikan sebagai ucapan
setuju. Persetujuan tertulis adalah sautu bentuk persetujuan yang diberikan yang diberikan oleh pasien kepada tenaga kesehatandokterdokter gigi,
dimana isi persetujuan tersebut berbentuk formulir.
84
Informed consent yang telah dibakukan ini dinamakan perjanjian standar. Sedangkan bentuk persetujuan untuk “tindakan medis beresiko tinggi” harus
dibuat dalam bentuk tertulis. Tindakan medis beresiko tinggi adalah seperti tindakan bedah atau tindakan invasif lainnya.
85
Informasi merupakan suatu keterangan yang diberikan tenaga kesehatan kepada pasien dan keluarganya tentang risiko yang akan terjadi dalam suatu
tindakan medis. Persetujuan adalah suatu persesuaian pernyataan kehendak antara pasien dengan tenaga kesehatandokterdokter gigi. Sementara itu, tindakan medis
adalah suatu tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien berupa diagnosa penentuan jenis penyakit atau terapeutik pengobatan penyakit.
Pasal 1 huruf a Permenkes No. 585Men.KesPerIX1989 menyebutkan bahwa persetujuan tindakan medisinformed consent adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien.
Dibuatnya persetujuan tindakan medik adalah bertujuan untuk memberikan perlindungan secara hukum bagi pasien dan tenaga kesehatan. Perlindungan yang
84
Ibid, h. 61-62.
85
Ibid, h. 64.
Universitas Sumatera Utara
diberikan kepada pasien adalah agar pasien mendapat pelayanan kesehatan secara optimal tenaga kesehatan yang menanganinya. Sedangkan bagi tenaga kesehatan
adalah untuk melindungi gugatan dari pasien atau keluarga pasien apabila terjadi kelalaian dalam melaksanakan kewajiban.
Walaupun Persetujuan Tindakan Medis yang diatur dalam Permenkes No. 585Men.KesPerIX1989 lebih ditekankan pada persetujuan untuk tindakan
medik yang invasif dan beresiko yang sering dihadapi oleh dokter bedah
86
, namun pengetahuan tentang Persetujuan Tindakan Medis perlu juga diketahui oleh
kalangan kesehatan yang lain. Dalam persetujuan tindakan medis juga terdapat tiga unsur yaitu 1 Adanya informasi dari tenaga kesehatan dokterdokter gigi,
2 Adanya persetujuan dan 3 Adanya tindakan medis.
87
a. Bentuk Persetujuan Tindakan Medis Informed Consent
Dilihat dari bentuknya menurut Salim HS, persetujuan tindakan medis dapat dibagi dalam 2 dua
88
, yaitu : 1
Implied consent dianggap diberikan, Umumnya diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter dapat
menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang dilakukan diberikan pasien
89
.
86
Ibid, h. 31
87
Salim HS. Op.Cit. h. 59
88
Ibid, h. 31
89
Ibid, h. 32
Universitas Sumatera Utara
2 Express consent dinyatakan
Dapat dinyatakan secara lisan dan dapat pula dinyatakan secara tertulis. Pasal 45 ayat 4 Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, disebutkan bahwa bentuk persetujuan yang diberikan pasien terhadap tenaga kesehatandokterdokter gigidapat diberikan secara tertulis
maupun lisan. Adapun yang perlu disoroti dalam penerapan doktrin hukum informed
consent di Indonesia adalah cara dilakukannya pernyataan kehendak yang isinya berupa persetujuan tindakan medis termaksud.dalam hal ini erat kaitannya dengan
sistem hukum yang berlaku, khususnya bidang hukum perikatan
90
. Veronika Komalawati mengemukakan dalam bukunya “Hukum dan Etika Dalam
Praktik Dokter” bahwa : Informed consent baik dalam pelayanan medis maupun dalam penelitian
kedokteran jika didasarkan pada prinsip hukum perikatan, maka pada hakikatnya merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar masing-
masing pihak dapat memenuhi kewajiban hukumnya sesuai dengan harkat dan martabatnya yaitu sebagai subjek hukum yang bertanggung jawab.
91
Persetujuan Tindakan medis dilakukan oleh pasien ataupun dapat dilakukan oleh keluarganya, apabila pasien dianggap tidak mampu memberikan persetujuan.
90
Veronika Komalawati, Hukum dan Etika dalam Praktek Dokter, Op.Cit, h. 109
91
Ibid., h. 109
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pasal 8 sampai 11 Permenkes tentang Persetujuan Tindakan Medik, ditentukan kelompok empat orang yang berwenang memberikan persetujuan
tindakan medik, yaitu 1 orang dewasa, 2 walikurator, 3 orang tuawalikeluarga terdekat, dan 4 keluarga terdekat.
Dalam pelaksanaan perjanjian medis antara tenaga kesehatan dokter, bidan, perawat dengan pasien dahulu merupakan hubungan yang tidak seimbang, karena
pasien sebagai pihak yang meminta pertolongan benar-benar pasrah kepada tenaga medis dokter, bidan, perawat yang memberi perawatan. Dengan berkembangnya
masyarakat dan ilmu pengetahuan kesehatan, hubungan yang bersifat tidak seimbang ini secara perlahan-lahan mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi
karena : 1.
Kepercayaan tidak lagi pada dokter secara pribadi, akan tetapi kepada kemampuan ilmu kedokteran;
2. Adanya kecenderungan untuk menyatakan bahwa kesehatan itu bukan
lagi merupakan keadaan tanpa penyakit, akan tetapi berarti kesejahteraan fisik, mental, dan sosial;
3. Semakin banyaknya peraturan yang memberikan perlindungan hukum
kepada pasien.
2192
Dengan demikian, pasien mempunyai kedudukan yang sama dengan medis, sehingga sebelum upaya penyembuhan dilakukan, tenaga medis harus
melaksanakan informed consent sebagai perwujudan dari hak atas persetujuan dan hak atas informasi pasiennya. Hal yang serupa juga terjadi pada saat pasien
92
Soerjono Soekanto, Kontrak Terapeutik Antara Pasien dengan Tenaga Medis, Media Hospital, Jakarta, 1987, h. 31
Universitas Sumatera Utara
berobat kepada rumah sakit, rumah sakit juga harus mendapat persetujuan tindakan medis dari pasien terkait dengan upaya penanganan medis yang
berhubungan dengan upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter. Pada saat pasien berobat kerumah sakit, timbul hubungan hukum yang
mendasari timbulnya perjanjian antara Rumah sakit sebagai sebuah institusi dan pasien sebagai stakeholders. Secara garis besar dapat dibedakan 2 dua macam
perjanjian yang terjadi antara pasien dengan pihak rumah sakit, yaitu : 1.
Perjanjian perawatan dimana terdapat kesepakatan antara rumah sakit dan pasien bahwa pihak rumah sakit menyediakan kamar perawatan dan
dimana tenaga perawatan melakukan tindakan perawatan. 2.
Perjanjian pelayanan medis dimana terdapat kesepakatan antara rumah sakit dan pasien bahwa tenaga medis pada rumah sakit akan berupaya
secara maksimal untuk menyembuhkan pasien melalui tindakan medis inspannisngs verbintenis.
2293
Dari hubungan hukum tersebut, diketahui bahwa rumah sakit turut bertanggung jawab terhadap semua tindakan medis maupun nonmedis di rumah
sakit. Apabila tanggung jawab rumah sakit tersebut dikaitkan dengan hal pelaksanaan persetujuan tindakan medis informed consent, maka tanggung jawab
rumah sakit meliputi 3 tiga hal, yaitu : 1.
Tanggung jawab yang berkaitan dengan personalia Personalia dari sebuah rumah sakit dapat dibedakan atas tenaga kesehatan
perawat termasuk tenaga paramedis lainnya serta karyawan non perawat. Rumah sakit secara umum bertanggung jawab atas tindakan-
tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
93
Fred Amein, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafika Jaya, Jakarta, 1991, h. 75
Universitas Sumatera Utara
Khususnya mengenai tindakan dokter dan bidan, maka dokter dan bidan dalam hubungannya dengan rumah sakit dapat dibedakan atas :
a. Dokter-in atau purna waktu full time
Dokter ini mendapat gaji dari rumah sakit yang bersangkutan dan ia merupakan karyawan dari rumah sakit itu, sehingga pasien hanya
mempunyai perikatan perawatan dengan rumah sakit. Hal ini menyebabkan rumah sakit turut bertanggung jawab atas tindakan
dokternya.
b. Dokter-out atau dokter tamu
Dalam hal ini pasien selaim mempunyai perikatan medis dengan dokter atau bidan yang mengobatinya, juga mempunyai perikatan
perawatan dengan pihak rumah sakit. Dokter out ini tidak diberi gaji oleh rumah sakit tempat ia membuka praktek, sehingga tindakan
dokter tersebut di luar tanggung jawab rumah sakit.
Dalam kaitannya pelaksanaan informed consent, apabila dokter out atau dokter tamu itu tidak melaksanakan prosedur informed consent bagi suatu
tindakan medis yang diambil, maka hanya dokter itu yang bertanggung jawab Pasal 12 ayat 1 Permekes RI No. 585 Tahun 1989, dan hal ini
berarti ayat 2 yang menyatakan bahwa pemberian persetujuan tindakan medis yang dilaksanakan di rumah sakitklinik tersebut ikut bertanggung
jawab, tidak berlaku bagi dokter out itu.
2. Tanggung jawab yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan informed consent, maka rumah sakit bertanggung jawab untuk menyediakan formulir-formulir yang
dibutuhkan. Namun dalam masalah formulir tidak dalam hal penyediaan saja, tetapi juga mengenai penyimpanan formulir itu harus dilakukan
dengan baik dan rapi, sehingga apabila formulir itu dibutuhkan akan mudah untuk diperoleh.
3. Tanggung jawab yang berkaitan dengan duty of care
Duty of care diartikan dengan kewajiban memberi perawatan. Hal ini sebenarnya terletak dalam bidang medis dan perawatan, sehingga
penilaiannya juga harus ditafsirkan oleh kedua bidang tersebut. Namun, rumah sakit tetap bertanggung jawab apabila ada pemberian pelayanan
yang tidak lazim atau di bawah standar.
94
94
Husein Kerbala, Op. Cit, h. 97- 98.
Universitas Sumatera Utara
Dari perjanjian di atas dapatlah dipahami bahwa pihak dalam perjanjian terapeutik adalah tenaga medis dokter, bidan dan perawat dan pasien.
Apabila perjanjian itu dihubungkan dengan pelaksanaan informed consent, maka rumah sakit turut bertanggung jawab terhadap tindakan medis yang
dilakukan oleh tenaga medis dokter, bidan dan perawat yang bekerja tetap di rumah sakit tersebut.
E. Hubungan Hukum antara Dokter dan Pasien