Pasien sebagai Konsumen Jasa Medis

dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. c. Asas Keseimbangan Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti ateriil dan spiritual. d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan jasa yang dikonsumsi atau digunakan. e. Asas kepastian hukum Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta menjamin kepastian hukum.

B. Pasien sebagai Konsumen Jasa Medis

1. Pengertian Pasien sebagai Konsumen Jasa Pelayanan Medis Kata konsumen berasal dari kata bahasa Belanda Konsument. Kata konsument dalam bahasa Belanda tersebut oleh para ahli hukum pada Universitas Sumatera Utara umumnya sudah disepakati untuk mengartikannya sebagai pemakai terakhir dari benda dan jasa uiteindelijk gebnriker van goederen endiensten yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha ondermer . 118 Menurut Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 butir 2,dijelaskan bahwa Konsumen adalah setiap orang pemakai barang daiiatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, ntaupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan . Sedangkan butir 5. menyatakan Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Ketentuan di atas menjelaskan bahwa apabila dikaitkan dengan jasa pelayanan medis, dapat diartikan sebagai layanan atau prestasi kesehatan yang dilakukan oleh dokter dan disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan pasien sebagai konsumen. Dengan kata lain bahwa pengertian pasien sebagai konsumen jasa pelayanan medis adalah Setiap orang pemakai jasa layanan atau prestasi kesehatan yang dilakukan oleh dokter dan disediakan bagi masyarakat. 118 Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Dan Masalah Medik, Airlangga Press, 1984, h. 31 Universitas Sumatera Utara 2. Kewajiban Pasien Sebagai imbangan atas hak-hak yang dimiliki seseorang, maka kepadanya juga dibebani kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi, karena pada hakekatnya keseimbangan hak dan kewajiban adalah tolok ukur rasa keadilan terhadap diri seseorang. Dalam hal hubungan dari dua pihak, maka hak pihak yang satu akan diimbangi oleh kewajiban pihak yang lain, demikian pula sebaliknya. Selain hak-hak pasien yang dilindungi, pasien juga mempunyai kewajiban-kewajiban yang atasnya dibebankan kepada pasien karena ia merupakan subjek hukum. Soekanto merumuskan kewajiban-kewajiban pasien menurut hukum sebagai berikut: 1 Kewajiban memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dan ahli mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil keputusan. Hal ini juga sangat penting, agar tenaga kesehatan tidak melakukan kesalahan. Landasannya adalah bahwa hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien merupakan hubungan hukum yang didasarkan pada kepercayaan, sehingga sampai batas-batas tertentu dituntut adanya suatu keterbukaan. 2 Kewajiban untuk melaksanakan nasihat-nasihat yang diberikan tenaga kesehatan dalam rangka perawatan. Kalau pasien meragukan manfaat nasihat itu, yang bersangkutan mempunyai hak untuk meminta penjelasan yang lebih mendalam. 3 Kewajiban menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga kesehatan untuk menyimpan rahasia kedokteran, serta kesendiriannya privacy. 4 Kewajiban untuk memberikan imbalan terhadap jasa-jasa profesional yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan. Universitas Sumatera Utara 5 Kewajiban untuk memberi ganti rugi, apabila tindakan-tindakan pasien merugikan tenaga kesehatan. 6 Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam hubungan dengan tenaga kesehatan dan rumah sakit, baik yang langsung maupun tidak langsung. 1 1 9 3. Hak-hak Pasien Dalam hubungan Dokter dengan pasien, pasien memiliki hak-haknya yang harus dihormati oleh dokter. Ini dikarenakan posisi dokter yang lebih dominan karena keahlian dan pengetahuannya dibandingakn dengan posisi pasien yang awam dalam bidang kedokteran. Menurut Chrisdiono M. Achadiat, hak-hak pasien meliputi: a. Hak atas informasi medik Dalam hal ini pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan keadaan penyakit, yakni tentang diagnosis, tindak medis yang akan dilakukan, resiko dari dilakukan atau tidak dilakukannya tindak medik tersebut. Informasi medik yang berhak diketahui oleh pasien, termasuk pula identitas dokter yang merawat serta aturan-aturan yang berlaku di rumah sakit tempat ia dirawat misalnya tentang tarif dan cara pembayaran pada rumah sakit tersebut. Dokter dapat menahan informasi medik, apabila hal tersebut akan melemahkan daya tahan pasien. b. Hak memberikan persetujuan tindak medik. Persetujuan tindak medik atau yang lebih dikenal sebagai informed consent merupakan hal yang sangat prinsip dalam profesi kedokteran, bila ditinjau dari sudut hukum perdata maupun pidana. 119 Chrisdiono M. Achdiat. Pernik-Pernik Hukum Kedokteran Melindungi Pasien Dan Dokter, Widya Medika, Jakarta, 1996 h. 7-9 Universitas Sumatera Utara c. Hak untuk memilih dokter atau rumah sakit. Walaupun pada dasarnya dianggap semua dokter memiliki kemampuan yang sama untuk melakukan tindak medik dalam bidangnya, namun pasien tetap berhak memilih dokter atau rumahsakit yang dikehendakinya. Hal ini dapat dilaksanakan oieh pasien tentu saja dengan pelbagai konsekuensi yang harus ditanggungnya, misalnya masalah biaya. d. Hak atas rahasia medik Rumusan rahasia medik seperti yang tercantum dalam beberapa literatur ialah: a. Segala sesuatu yang disampaikan oleh pasien secara sadar atau tidak sadar kepada dokter. b. Segala sesuatu yang diketahui oleh dokter sewaktu mengobati dan merawat pasien. Etika kedokteran menyatakan bahwa rahasia ini harus dihormati oleh dokter, bahkan setelah pasien itu meninggal. e. Hak untuk menolak pengobatan atau perawatan serta tindakan medik. Beberapa penulis menyebut hak ini sebagai hak untuk memutuskan hubungan dokter-pasien dan hal ini memberikan keleluasaan kepada pasien untuk memperoleh alternatif tindak medik yang lain. Hak ini merupakan perwujudan pasien untuk menentukan nasibnya sendiri The Right of Self-determination. Dengan demikian dokter atau rumah sakit tidak boleh memaksa pasien untuk menerima suatu tindak medik tertentu, melainkan dokter harus menjelaskan resiko atau kemungkinan yang terjadi bila tindak medik itu tidak dilakukan. Bila setelah menerima penjelasan pasien tetap menolak,maka pasien harus menandatangani penolakannya itu. f. Hak atas second opinion. Dalam usaha mendapatkan second opinion dari dokter lain, maka dokter pertama tidak perlu tersinggung, demikian pula dengan keputusan pasien setelah mendapatkan second opinion. Tentu saja akibat yang timbul dari perbuatan pasien itu merupakan konsekuensi pasien itu sendiri. g. Hak untuk mengetahui isi rekam medik. Universitas Sumatera Utara Secara umum telah diketahui bahwa pasien adalah pemilik isi rekam medik, tetapi dokter atau rumah sakit adalah pemilik berkas rekam medik serta bertanggungjawab sepenuhnya atas rekam medik tersebut. Apabila pasien menghendaki keluarga atau pengacaranya untuk mengetahui isi rekam tersebut, maka pasien harus membuat ijin tertulis atau surat kuasa untuk itu. 120 Hak memperoleh informasi atau penjelasan medis merupakan hak pasien yang paling utama. Penekanan pemberian informasi ini berkaitan dengan persetujuan tindakan medis informed consent yang akan menjadi dasar penanganan medis sebagai upaya penyembuhan. Dalam memberikan informasi kepada pasien, haruslah memperhatikan informasi apa yang akan disampaikan, karena hal tersebut akan sangat bergantung pada kondisi psikis dan mental daripada pasien. Namun pada umumnya dapat dipedomani hal-hal seperti : a Informasi yang diberikan harus menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien b pasien harus dapat memperoleh informasi tentang penyakitnya, tindakan yang akan diambil, kemungkinan-kemungkinan dan resiko yang akan ditimbulkan. c untuk anak-anak atau pasien penyakit jiwa , informasi diberikan kepada orang tua atau walinya. 121

C. Perlindungan hukum Pasien Dalam Perjanjian Terapeutik Transaksi Medis