Dari perjanjian di atas dapatlah dipahami bahwa pihak dalam perjanjian terapeutik adalah tenaga medis dokter, bidan dan perawat dan pasien.
Apabila perjanjian itu dihubungkan dengan pelaksanaan informed consent, maka rumah sakit turut bertanggung jawab terhadap tindakan medis yang
dilakukan oleh tenaga medis dokter, bidan dan perawat yang bekerja tetap di rumah sakit tersebut.
E. Hubungan Hukum antara Dokter dan Pasien
Dahulu dokter dianggap tahu segalanya, dan dalam pandangan sehari-hari
seorang pasien senantiasa menjalankan suatu peran yang sangat lemah, pasif, dan sangat tergantung kepada pihak lain akibat sakit yang dideritanya. Selain itu pasien
juga dianggap tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan dan penyakit yang dideritanya.
Keadaaan pasien yang demikian secara limitatif telah mengalami pengurangan, hal ini diakibatkan dengan perkembangan arus informasi dan
komunikasi yang semakin global menimbulkan bertambahnya kecerdasan masyarakat yang menjadi kritis, sehingga kenyataan tersebut memperkecil
kesenjangan ilmu pengetahuan anatara dokter dengan pasien. Dengan demikian, baik dokter maupun pasien mempunyai hak dan kewajiban yang dilindungi oleh
Undang-Undang sehingga kedudukan hukumnya seimbang dan sederajat.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan:
Pasal 4 : “Setiap orang berhak atas kesehatan”
Pasal 12 “Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya”
Menurut Kin. Jr dalam buku karangan Veronica Komalawati dengan judul “Peranan Informed Consent Dalam Transakasi Terapeutik”:
95.
Terdapat 2 dua teori hukum yang menunjang hubungan hukum antara dokter dengan pasien, yaitu contract theory dan undertaking theory. Menurut
contract theory apabila seorang dokter menyatakan persetujuan untuk merawat seseorang dengan imbalan honor tertentu, maka dapat diciptakan
suatu pengaturan kontraktual yang disertai hak dan tanggung gugatnya. Jika para pihak secara nyata mencapai suatu persetujuan mengenai perawatan,
maka dapat timbul suatu kontrak nyata tegas. Sedangkan menurut Undertaking theory, jika seorang dokter merelakan diri untuk memeberikan
perawatan kepada seseorang, maka tercipta suatu hubungan profesional yang disertai kewajiban perawatan kepada pasien.
96
Selain itu, Pohan juga mengatakan bahwa : Hubungan dokter dengan pasien dalam pemberian pertolongan didasarkan
atas persetujuan antara dokter dengan pasien atau pihak ketiga, sehinga dokter berkewajiban memberikan perwatan dan pengobatan. Hal ini disebut
sebagai perjanjian medis, dan dianggap sebagai perjanjian untuk melakukan beberapa pekerjaan sebagaiman dimaksud dalam pasal 1601 KUH Perdata,
atau sebagai suatu perjanjian Sui generis
97
.
95
Veronica Komalawati, Op. Cit , h. 85
96
Veronica Komalawati, Op. Cit h. 85
97
Pohan,M, Tanggung Gugat Advocat, Dokter, Dan Notaris, Bina Ilmu, Surabaya 1985, h. 86
Universitas Sumatera Utara
Kemudian J. Gunadi juga mengemukakan bahwa timbulnya hubungan hukum antara dokter dan pasien dimulai saat pasien datang ke tempat praktek
dokter dan dimulainya anamnesa dan pemeriksaan oleh dokter
98
. Hubungan yang sederajat merupakan titik pangkal dari hubungan perjanjian
yang meghendaki adanya kesepakatan antara para pihak yang saling memberikan prestasi atau jasa. Masing-masing pihak dianggap mempunyai pengetahuan yang
sama tentang penyakit dan cara-cara penyembuhannya, sehingga apabila salah satu pihak merasa tidak sesuai dengan apa yang diketahuinya atau tidak puas terhadap
pelaksanaan perjanjian tersebut, masing-masig pihak mempunyai hak untuk membatalkan perjanjian tersebut.
Hubungan hukum antara pasien dengan dokter dapat terjadi antara lain karena pasien sendiri yang mendatangi dokter untuk meminta pertolongan
mengobati sakit yang dideritanya, dalam keadaan seperti ini terjadi persetujuan kehendak antara kedua belah pihak, dan terjadi hubungan hukum yang bersumber
dari kepercayaan pasien terhadap dokter, sehingga pasien bersedia memberikan persetujuan. Kepatuhan pasien terhadap proses pengobatan dan nasihat yang
diberikan oleh dokter akan tercapai bila dokter dapat mengadakan komunikasi timbal balik yang baik terhadap pasiennya. Dokter yang bersedia mendengarkan
pendapat dan keluhan pasien, akan menyebabkan pasien lebih bersedia mematuhi proses upaya penyembuhan sehingga tujuan perjanjian yaitu kesembuhan dapat
tercapai.
98
J Gunadi, Dokter, Pasien Dan Hukum, FKUI Jakarta,1996, h. 11
Universitas Sumatera Utara
BAB III
TANGGUNG JAWAB
DOKTER DOKTER
DALAM PERJANJIAN
TERAPEUTIK TRANSAKSI
MEDIS
A. Dokter sebagai Salah satu Tenaga Kesehatan