F. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya
Dalam suatu kontrak baku sering dijumpai ketentuan bahwa para pihak telah bersepakat menyimpang atau melepaskan Pasal 1266 KUHPerdata. Menurut
kamus hukum, wanprestasi berarti “kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam kontrak.
36
Jadi wanprestasi adalah suatu keadaan dalam mana seorang debitur berutang tidak melaksanakan prestasi yang
diwajibkan dalam suatu kontrak, yang dapat timbul karena kesengajaan atau kelalaian debitur itu sendiri dan adanya keadaan memaksa overmacht.
37
Seorang debitur atau pihak yang mempunyai kewajiban melaksanakan prestasi dalam
kontrak, yang dapat dinyatakan telah melakukan wanprestasi ada 4 empat macam wujudnya, yaitu:
1. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali; 2. Melaksanakan prestasi, tetapi tidak sebagaimana mestinya;
3. Melaksanakan prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya; 4. Melaksanakan perbuatan yang dilarang dalam kontrak.
Tindakan wanprestasi dapat terjadi karena:
38
1. Kesengajaan; 2. Kelalaian;
3. Tanpa kesalahan tanpa kesengajaan atau kelalaian
36
R. Subekti dan R. Tjitrosoedibyo, Kamus Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 1996, hal. 110.
37
P. N. H. Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta, Djambatan, 2007. hal. 340.
38
Munir, Fuady. Hukum kontrak. Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001. hal. 87.
Universitas Sumatera Utara
Akibat wanprestasi yang dilakukan debitur atau pihak yang mempunyai kewajiban melaksanakan prestasi dalam kontrak, dapat menimbulkan kerugian
bagi debitur atau pihak yang mempunyai hak menerima prestasi. Akibat hukum bagi debitur atau pihak yang melakukan wanprestasi, yaitu:
39
1. Dia harus membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditur atau pihak yang mempunyai hak menerima prestasi;
2. Dia harus menerima pemutusan kontrak disertai dengan pembayaran ganti kerugian;
3. Dia harus menerima peralihan risiko sejak saat terjadinya wanprestasi; 4. Dia harus membayar biaya perkara jika diperkarakan di pengadilan.
Kewajiban membayar ganti kerugian bagi debitur atau pihak yang mempunyai kewajiban melaksanakan prestasi dalam kontrak tetapi melakukan
wanprestasi baru dapat dilaksanakan jika telah memenuhi 4 empat syarat, yaitu: 1. Dia memang telah lalai melakukan wanprestasi;
2. Dia tidak berada dalam keadaan memaksa; 3. Dia tidak melakukan pembelaan untuk melawan tuntutan ganti kerugian;
4. Dia telah menerima pernyataan lalai atau somasi. Seorang debitur yang dituduh lalai dan dituntut supaya dihukum atas
kelalaiannya, dapat mengajukan pembelaan yang disertai dengan alasan, yaitu: mendalilkan adanya keadaan memaksa overmacht, mendalilkan bahwa kreditur
telah lalai, dan mendalilkan bahwa kreditur telah melepaskan haknya. Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi, maka perjanjian tersebut tidak perlu
39
Muhammad, Syaifuddin Op. Cit. hal 343.
Universitas Sumatera Utara
dimintakan pembatalan kepada hakim, tetapi dengan sendirinya sudah batal demi hukum. Dalam hal ini wanprestasi merupakan syarat batal. Akan tetapi, beberapa
ahli hukum berpendapat sebaliknya, bahwa dalam hal terjadi wanprestasi perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi harus dimintakan pembatalan kepada
hakim dengan alasan antara lain bahwa sekalipun debitur sudah wanprestasi hakim masih berwenang untuk memberi kesempatan kepadanya untuk memenuhi
perjanjian. Akibat hukum suatu perikatan terdiri dari 2, yaitu :
40
1. Akibat hukum suatu perikatan yang lahir dari perjanjian Akibat hukum ini memang dikehendaki oleh para pihak, karena memang
perjanjian didasarkan atas kesepakatan yaitu penyesuaian kehendak antara pihak yang membuat perjanjian.
2. Akibat hukum suatu perikatan yang lahir dari undang-undang Akibat hukum ini tidak dikehendaki oleh para pihak, tetapi hubungan
hukum dan akibat hukumnya ditentukan oleh undang-undang. Akibat hukum juga bagi debitur atau pihak yang mempunyai kewajiban
melaksanakan prestasi dalam kontrak tetapi melakukan wanprestasi, yaitu :
41
a. Dia harus membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditur atau pihak yang mempunyai hak menerima prestasi Pasal 1243 KUHPerdata
b. Dia harus menerima pemutusan kontrak disertai dengan pembayaran ganti kerugian Pasal 1267 KUHPerdata
c. Dia harus menerima peralihan risiko sejak saat terjadinya wanprestasi Pasal 1237 ayat 2 KUHPerdata
40
Suharnoko. Teori dan Analisa Kasus, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2004, hal. 117.
41
Muhammad, Syaifuddin Op.Cit. hal. 343.
Universitas Sumatera Utara
d. Dia harus membayar biaya perkara jika diperkarakan di pengadilan Pasal 181 ayat 1 HIR
Selain itu, menurut Pasal 1266 KUHPerdata, dalam kontrak timbal balik, wanprestasi dari satu pihak memberikan hak kepada pihak lainnya untuk
memutuskan kontrak di pengadilan, walaupun syarat putus mengenai tidak terpenuhinya kewajiban itu dinyatakan dalam kontrak.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN KONTRAK
PEMBORONGAN
A. Pengertian Perjanjian Pemborongan