37
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN KONTRAK
PEMBORONGAN
A. Pengertian Perjanjian Pemborongan
Dalam penulisan skripsi ini digunakan secara bersama-sama atau secara berganti-ganti
masing- masing istilah “konstruksi” dan “pemborongan”.
Sungguhpun barangkali jika dikaji-kaji ada perbedaan di antara kedua istilah tersebut. Tetapi dalam teori dan praktek hukum, kedua istilah tersebut dianggap
sama, terutama jika dikaitkan dengan istilah “hukumkontrak konstruksi” atau “hukumkontrak pemborongan”. Karena itu, dalam tulisan ini, kedua istilah
tersebut digunakan untuk arti yang sama. Walaupun begitu, sebenarnya istilah “pemborongan” mempunyai cakupan yang lebih luas dengan istilah “konstruksi”.
Sebab, dengan istilah “pemborongan” dapat saja berarti bahwa yang diborong tersebut bukan hanya konstruksinya pembangunannya, melainkan dapat juga
berupa “pengadaan” barang saja procurement. KUHPerdata vide Pasal 1601 b memberi arti pada kontrak pemborongan
sebagai suatu perjanjian dengan mana pihak pertama, yaitu kontraktor mengikatkan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan untuk pihak lain yaitu
bouwheer, dengan harga yang telah ditentukan. Dari definisi itu terlihat bahwa KUHPerdata keliru memandang kontrak konstruksi atau kontrak pemborongan
sebagai suatu jenis kontrak unilateral, dimana seolah-olah hanya pihak kontraktor yang mengikatkan diri dan harus berprestasi. Padahal dalam perkembangannya
Universitas Sumatera Utara
saat ini, baik pihak kontraktor maupun pihak bouwheer saling mengikatkan diri, dengan masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri.
42
KUHPerdata Indonesia tidak banyak mengatur tentang perjanjian pemborongan pekerjaan ini, yaitu hanya terdapat dalam 14 Pasal saja, mulai dari
Pasal 1601b dan Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1617. Namun demikian, sungguhpun singkat dan kelihatan sederhana sekali, tentunya KUHPerdata
tersebut berlaku sebagai hukum positif di lndonesia.
43
Perlu ditegaskan bahwa ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan di dalam KUHPerdata berlaku baik
bagi perjanjian pemborongan pada proyek-proyek swasta maupun pada proyek- proyek pemerintah.
Perjanjian pemborongan pada KUHPerdata itu bersifat pelengkap artinya ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata dapat digunakan
oleh para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dalam perjanjian pemborongan
dapat membuat
sendiri ketentuan- ketentuan perjanjian
pemborongan asal tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
44
Menurut Wikipedia ensiklopedia , konstruksi diartikan sebagai suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur
atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai sebuah bangunan atau satuan infrastrukstur pada sebuah area atau pada beberapa area. Walaupun
kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya
42
Munir, Fuady. Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1998, hal. 12.
43
Ibid, hal. 26
44
Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, Jakarta, Rineka Cipta, 1991, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.
45
Kontrak kerja konstruksi atau kontrak pemborongan meliputi tiga bidang pekerjaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada
prinsipnya, pelaksanaan masing-masing jenis pekerjaan ini harus dilakukan oleh penyedia jasa secara terpisah dalam suatu pekerjaan konstruksipemborongan.
Tujuannya adalah untuk menghindari konflik kepentingan. Dengan demikian tidak dibenarkan adanya perangkapan fungsi, misalnya pelaksana konstruksi
merangkap konsultan pengawas atau konsultan perencana merangkap pengawas. Pengecualian terhadap prinsip ini dimungkinkan untuk pekerjaan yang bersifat
kompleks, memerlukan teknologi canggih serta mengandung risiko besar, seperti pembangunan kilang minyak, pembangkit tenaga listrik dan reaktor nuklir.
46
Pesatnya dinamika pembangunan nasional terutama di bidang fisik, harus pula didukung dengan semakin tumbuh dan berkembangnya usaha jasa konstruksi
nasional yang handal dan profesional, diharapkan dapat menggairahkan iklim usaha yang kompetitif dan berdaya saing sekaligus juga dapat memaksimalkan
penggunaan jasa produksi nasional oleh para pengguna jasa konstruksi. Dengan semakin banyak pengguna jasa konstruksi menggunakan usaha jasa konstruksi
nasional, maa secara tidak langsung telah mendukung upaya peningkatan penerimaan dan penghematan usaha devisa negara, serta memberikan lapangan
usaha dan kesempatan kerja. Ketentuan dalam KUHPerdata yang menyangkut perjanjian melakukan
pekerjaan, khususnya mengenai pemborongan bangunan itu hanya memuat
45
Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana. Op. Cit, hal. 15.
46
Y. Sogar, Simamora. Op. Cit, hal. 214.
Universitas Sumatera Utara
beberapa ketentuan saja mengenai hak-hak dan kewajiban para pihak dalam pemborongan, maka banyak hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan
pemborongan lalu diatur dalam peraturan standar sebagaimana yang tercantum dalam AV Algemene Voorwaarden voor de uitvoering bij anneming van
openbare werkwen in Indonesia Tahun 1941 tentang syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan di Indonesia. Kemudian hal ini diatur pula
dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan BarangJasa Pemerintah yang kemudian dicabut dan digantikan dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa
Pemerintah yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012. Lahirnya undang-
undang ini sesungguhnya dimaksudkan untuk mengembangkan iklim usaha, yang mendukung peningkatan daya saing secara optimal dalam rangka tercapainya
pembangunan nasional. Dalam peraturan ini, perjanjian pemborongan disebut dengan istilah “kontrak pengadaan barangjasa “
Didalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 terdapat asas-asas pengaturan jasa konstruksi atau pemborongan, yaitu:
1. Asas kemitraan, yang mengandung pengertian bahwa sesuatu yang diharapkan dapat diwujudkan dengan keterkaitan yang makin erat dalam
satu kesatuan baik, antara pengguna jasa dengan penyedia jasa ataupun sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
2. Asas kejujuran dan keadilan, yang mengandung pengertian kesadaran akan fungsinya dalam penyelenggaraan tertib jasa konstruksi serta bertanggung
jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh haknya. 3. Asas manfaat, yang mengandung pengertian bahwa segala kegiatan jasa
konstruksi harus dilaksanakan berlandaskan prinsip-prinsip profesionalitas dalam kemampuan dan tanggung jawab, efisiensi dan efektifitas yang
dapat menjamin terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dan bagi kepentingan nasional.
4. Asas keserasian, yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan pekerjaan pemborongan harus berlandaskan pada prinsip yang menjamin
terwujudnya keseimbangan antara kemampuan penyedia jasa dan beban kerjanya. Pengguna jasa dalam menetapkan jasa wajib memenuhi asas ini,
untuk menjamin terpilihnya penyedia jasa yang paling sesuai, dan di sisi lain dapat memberikan peluang pemerataan yang proporsional dalam
kesempatan kerja pada penyedia jasa. 5. Asas
kemandirian, yang
mengandung pengertian
tumbuh dan
berkembangnya daya saing jasa konstruksi nasional. 6. Asas keterbukaan, yang mengandung pengertian ketersediaan informasi
yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi para pihak, terwujudnya transparansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang
memungkinkan para pihak dapat melaksanakan kewajibannya secara optimal dan kepastian akan hak dan untuk memperolehnya serta
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat dihindari adanya berbagai kekurangan dan penyimpangan.
7. Asas keamanan dan keselamatan, yang mengandung pengertian terpenuhinya
tertib penyelenggaraan
jasa konstruksi,
keamanan lingkungan dan keselamatan kerja serta pemanfaatan hasil pekerjaan
konstruksi dengan tetap memperhatikan kepentingan umum.
B. Jenis-Jenis Perjanjian Pemborongan