1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang membagi perjanjian untuk melakukan pekerjaan dalam tiga macam, yaitu :
1
1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu; 2. Perjanjian kerjaperburuhan; dan
3. Perjanjian pemborongan pekerjaan.
Dalam peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan di Indonesia tidak diatur pengertian atau definisi dari pemborongan pekerjaan.
Pemborongan pekerjaan diatur di dalam Pasal 64 dan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Selanjutnya disebut UU
No.132003. Dalam Pasal 64 Undang-undang Ketenagakerjaan, disebutkan
bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan
jasa pekerjaburuh yang dibuat secara tertulis. Syarat pekerjaan yang boleh
diserahkan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan, antara lain Pasal 65 ayat 2 Undang-Undang Ketenagakerjaan:
2
1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
1
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cet. Kesebelas, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995. hal. 50
2
“Definisi Pemborongan Pekerjaan dan Pekerja Borongan”, http:www.hukumonline.co m, diakses pada tanggal 14 Mei 2014.
Universitas Sumatera Utara
2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi
pekerjaan; 3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
4 Tidak menghambat proses produksi secara langsung. Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian antara seorang
pihak yang memborongkan pekerjaan dengan seorang lain pihak pemborong, dimana pihak pertama menghendaki sesuatu pekerjaan yang disanggupi oleh
pihak lawan, atas pembayaran sejumlah uang sebagai harga pemborongan.
3
Perjanjian pemborongan pekerjaan dibagi dua macam, yaitu :
4
1. Dimana pihak pemborong diwajibkan memberikan bahannya untuk pekerjaan tersebut, dan
2. Dimana si pemborong hanya akan melakukan pekerjaannya saja. Dalam halnya si pemborong diwajibkan memberikan bahannya, dan
pekerjaannya dengan cara bagaimanapun musnah sebelumnya diserahkan kepada pihak yang memborongkan, maka segala kerugian adalah atas tanggungan si
pemborong, kecuali apabila pihak yang memborongkan telah lalai untuk menerima hasil pekerjaan itu. Jika si pemborong hanya wajib melakukan
pekerjaan saja, dan pekerjaannya musnah, maka ia hanya bertanggung jawab untuk kesalahannya Pasal 1605 dan Pasal 1606 KUHPerdata. Ketentuan ini
mengandung bahwa akibat suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak,
3
Op.Cit, hal. 58.
4
Ibid, hal. 65.
Universitas Sumatera Utara
yang menimbulkan bahan-bahan yang telah disediakan oleh para pihak yang memborongkan, dipikulkan pada pundaknya pihak yang memborongkan ini.
5
Negara Indonesia adalah negara yang berkembang dengan adanya banyak pembangunan dalam segala bidang di seluruh kota di Indonesia. Pembangunan
itu sendiri dilakukan untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta masyarakat sekitar dimana terjadi pembangunan tersebut. Proyek
pemborongan yang dilaksanakan oleh negara atau pemerintah, dilaksanakan dengan cara memborongkan pekerjaan tersebut kepada pihak swasta, karena tidak
dapat dilaksanakan oleh pemiliknya sendiri. Namun, pembangunan yang telah dicanangkan selama ini oleh pemerintah hanya akan dapat berjalan apabila
mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat. Adapun peran pemerintah dalam proses pembangunan adalah sebagai perencana, pelaksana ataupun sebagai
pengawas. Sedangkan peran masyarakat adalah turut aktif dalam mengisi dan melaksanakan pembangunan. Pembangunan dapat dilakukan dalam dua aspek
yaitu pembangunan secara fisik maupun non fisik. Pembangunan fisik dapat diartikan sebagai alat atau fasilitas yang dapat dirasakan manfaatnya secara
langsung oleh masyarakat. Pembangunan sarana dan prasarana fisik seperti dimaksud, berupa:
6
1. Prasarana perhubungan yaitu: jalan, jembatan, 2. Prasarana pemasaran yaitu: gedung, pasar, mall
3. Prasarana sosial yaitu: gedung sekolah, rumah-rumah ibadah, puskesmas
5
Loc.Cit.
6
Sri Winda Pasaribu Skripsi: Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pekerjaan Umum KIMPRASWIL Kab Toba Samosir dengan CV.Bagas Belantara,
Medan; Fakultas Hukum USU, 2010, hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
4. Prasarana produksi saluran air. Sedangkan pembangunan non fisik adalah pembangunan yang tidak
terwujud, namun dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pembangunan ini sering disebut juga dengan pembangunan masyarakat, yang dapat berupa:
1. Pembangunan bidang keagamaan 2. Pembangunan bidang kesehatan dan keluarga berencana
3. Pembangunan bidang keamanan dan ketertiban 4. Pelayanan terhadap urusan masyarakat seperti pembuatan KTP,
Pembuatan kartu keluarga, pembuatan surat kelahiran 5. Pembuatan surat keterangan berdomisili
Berkenaan dengan pemberian pekerjaan ini, diperlukan hubungan kerja yang menyangkut tentang hukum yaitu perjanjian. Perjanjian kerja erat
hubungannya dengan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam akta perjanjian pelaksanaan pekerjaan borongan bangunan, biasanya telah
ditentukan segala sesuatu yang menyangkut dengan objek perjanjian tersebut seperti: harga, tim pengawas, jangka waktu pekerjaan, penyerahan pekerjaan,
keadaan memaksa, penyelesaian perselisihan, dan lain-lain. Kebebasan berkontrak bukan berarti para pihak bebas dengan sebebas-bebasnya dalam membuat kontrak
perjanjian melainkan dimaksudkan disini adalah para pihak bebas untuk mengadakan perjanjian apa saja dengan bentuk yang bagaimana, dengan
Universitas Sumatera Utara
ketentuan kontrak yang dibuat pihak-pihak tersebut tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
7
Dari segi hukum perjanjian, pemborongan pekerjaan harus tunduk kepada aturan-aturan hukum perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Buku III dan peraturan-peraturan lainnya seperti Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Selanjutnya disebut Keppres No. 802003 jo
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 Selanjutnya disebut Perpres No. 322005 jo Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 Selanjutnya disebut Perpres
No. 82006 jo Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 Selanjutnya disebut Perpres No. 542010 jo Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2011 Selanjutnya
disebut Perpres No. 352011 untuk mencegah terjadinya sengketa dikemudian hari, karena adanya kesalahpahaman antara pihak pemberi pekerjaan dengan
pihak yang melakukan pekerjaan. Aturan mengenai hak dan kewajiban serta hubungan pihak-pihak lain tersebut juga diatur dalam kontrak kerja atau surat
perjanjian tersebut. Adanya surat perjanjian atau kontrak kerja tersebut masing- masing pihak harus menjaga keseimbangan hak dan kewajibannya.
Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu Dinas Provinsi Sumatera Utara dimana berperan untuk melakukan
pembangunan dalam bidang pekerjaan umum seperti pembangunan saluran drainase atau yang sering dikenal oleh masyarakat pembuatan gorong-gorong di
Desa Patumbak, Kec. Patumbak, Kab. Deli Serdang. Pembangunan saluran drainase yang terdapat di Desa Patumbak ini merupakan salah satu wujud
7
Margareth B E Sirait Skripsi: Aspek Hukum Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Borongan Proyek Bangunan Yang Dilakukan Oleh PT.Riau Adi Sakti dengan PT.Citraciti Pasifik,
Medan; Fakultas Hukum USU, 2003, Hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
pembangunan di bidang fisik yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara. Dinas Penataan
Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara ini tidak dapat secara langsung melakukan pembangunan saluran drainase tersebut, sehingga perlu untuk
mengadakan kontrak dengan kontraktor yang persyaratannya sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Salah satu perusahaan kontraktor yang
mengadakan kontrak dengan Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara adalah CV.Rymandho Hubungan kerjasama antara Dinas
Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara dengan CV.Rymandho disebut dengan perjanjian atau sering dikenal dengan kontrak. CV.Rymandho
dipercaya untuk menangani pembangunan saluran drainase dari hasil pemenangan suatu lelang yang dilakukan oleh Dinas Penataan Ruang dan Permukiman
Provinsi Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan proyek pemborongan ini, para pihak yang terlibat
tidak boleh mengabaikan akta perjanjian. Pemborong dalam melaksanakan pekerjaannya harus selalu berpatokan pada isi perjanjian yang telah disepakati
bersama antara pemborong dengan yang memborongkan, karena apabila terjadi penyimpangan dapat dijadikan alasan untuk menyatakan telah terjadi wanprestasi,
dan isi perjanjian harus memperhatikan asas keadilan dan keseimbangan. Pada masa sekarang ini banyak kontrak yang bermasalah, banyak isi
kontrak yang sifatnya hanya menguntungkan salah satu pihak tanpa memperhatikan pihak lain, sehingga asas keadilan dan keseimbangan tidak terlihat
lagi sehingga tidak sesuai dengan apa yang diharapkan kedua belah pihak. Selain
Universitas Sumatera Utara
itu, dalam proses pekerjaan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama dalam perjanjian, sehingga banyak proyek itu yang berhenti
sebelum selesai proses pekerjaannya. Melihat kejadian seperti di atas, maka diadakanlah penulisan skripsi ini,
karena melalui skripsi ini dapat diketahui apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pembangunan saluran drainase di Desa Patumbak telah sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku atau tidak. Oleh sebab itulah penulis tertarik mebuat skripsi tentang perjanjian pemborongan denga
n judul “Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Kontrak Antara Dinas
Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara dengan CV.Rymandho Medan
”.
B. Permasalahan