Gokman Sinurat : Studi Tentang Nilai Produktivitas Primer Di Pangururan Perairan Danau Toba, 2009.
c. Konsentrasi Klorofil a
Konsentrasi klorofil a dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Klorofil a mgm
3
= 11.0 2,43 A
1
–A
2
V
1
V
2
d
Dengan catatan: 11,0 adalah koefisien absorbsi
2,43 adalah faktor koreksi A
1
adalah absorban klorofil a dan pheophytin sampel A
2
adalah absorban yang diberi HCl V
1
adalah volume ekstrak aseton liter V
2
adalah volume sampel yang disaring m
3
d adalah diameter kuvet cm
Nilai A
1
dan A
2
terlebih dahulu dikoreksi dengan mengurangkan dari absorban blanko 730 nm Soegianto, 2004, hlm: 22.
d. Analisis Varian uji F dan Analisis korelasi
Analisis varian uji F digunakan untuk mengetahui perbedaan signifikan nilai produktivitas primer antar kedalaman antar stasiun penelitian, sedangkan analisis
korelasi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berkorelasi terhadap nilai produktivitas primer
.
Gokman Sinurat : Studi Tentang Nilai Produktivitas Primer Di Pangururan Perairan Danau Toba, 2009.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nilai Produktivitas Primer, Konsentrasi Klorofil a, Kelimpahan Fitoplankton, dan Faktor Fisik Kimia Perairan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai produktivitas primer, konsentrasi klorofil a, kelimpahan fitoplankton, dan faktor fisik kimia perairan pada
setiap stasiun pengamatan seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai Produktivitas Primer, Konsentrasi Klorofil a, Kelimpahan Fitoplankton, dan Faktor Fisik Kimia Perairan Pada Setiap Stasiun
Penelitian di Pangururan Perairan Danau Toba
L o
k a
s i
Keda- laman
m PP
Kloro- fil a
Kelimpahan fitoplankton
K Faktor Fisik Kimia
Su- hu
Pene trasi
Inten sitas
DO BOD
5
pH Keje
nu han
Nitrat Fosfat
H
2
S mgCm
3
hari mgm
3
indl
o
C m
Cd mgl
mgl -
mgl mgl
mgl
1
300,288 4,0095
13.061,08 25
8 1000
6,3 0,5
7,1 77,68
0,7105 0,5311
0,0462 4
262,752 2,9403
10.857,02 25
6,1 0,3
7,0 75,21
0,7179 0,5230
8 150,144
2,4057 10.530,49
25 6,1
0,4 7,0
75,21 0,6864
0,5770
Rata-rata 237,728
3,1194 11.482,863
25 6,16
0,4 7,03
76,03 0,704
0,543
2
187,680 8,5536
5.918,25 25
8 1000
6,9 0,9
7,4 85,08
0,5968 0,3311
tt 4
112,608 5,346
6.163,10 25
6,8 1,0
7,2 83,84
0,6280 0,3819
8 187,680
2,673 7.510,11
25 6,2
1,0 7,1
76,44 0,6410
0,3377
Rata-rata 162,656
5,5242 6.530,4866
25 6,63
0,97 7,23
81,78 0,621
0,350
3
225,216 2,1384
6.612,11 25
8 1000
6,6 0,2
7,4 81,38
0,3160 0,1098
tt 4
150,144 1,3365
6.857,01 25
6,5 0,1
7,3 80,14
0,3590 0,0605
8 112,608
0,8019 6.816,21
25 6,4
0,1 7,2
78,91 0,3821
0,0977
Rata-rata 162,608
1,4256 6.761,776
25 6,5
0,13 7,3
80,14 0,352
0,089
4
150,144 1,6038
5.061,15 25
8 1000
7,0 0,4
7,3 86,31
0,3068 0,0475
tt 4
225,216 2,4057
2.612,20 25
6,8 0,3
7,4 83,84
0,3354 0,0656
8 75,072
2,673 2.612,17
25 6,6
0,1 7,3
81,38 0,3516
0,0954
Rata-rata 150,144
2,2275 3.428,506
25 6,8
0,27 7,33
83,84 0,331
0,069
Keterangan: Stasiun 1
= Masukan Air Belerang Stasiun 2
= Keramba Ikan Stasiun 3
= PDAM Stasiun 4
= Lokasi Kontrol tt
= Tidak terdeteksi PP
= Produktivitas primer
Gokman Sinurat : Studi Tentang Nilai Produktivitas Primer Di Pangururan Perairan Danau Toba, 2009.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai produktivitas primer pada masing-masing stasiun penelitian berkisar antara 75,072 – 300,288
mgCm
3
hari. Nilai produktivitas primer tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu pada permukaan dengan nilai sebesar 300,288 mgCm
3
hari dan nilai produktivitas primer terendah terdapat pada stasiun IV yaitu pada kedalaman 8 meter dengan nilai sebesar
75,072 mgCm
3
hari. Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai rata-rata produktivitas primer tertinggi terdapat pada stasiun I dengan nilai sebesar 237,728
mgCm
3
hari dan nilai rata-rata terendah terdapat pada stasiun IV dengan nilai sebesar 150,144 mgCm
3
hari. Tingginya nilai produktivitas primer pada stasiun I dapat disebabkan kandungan nutrisi yang tinggi nitrat dan fosfsat dan juga faktor
fisik-kimia perairan lainnya yang sangat mendukung bagi kehidupan fitoplankton, dimana hasil proses fotosintesis fitoplankton merupakan laju produktivitas primer.
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa nilai kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun I. Tingginya kelimpahan fitoplankton pada stasiun inilah
menyebabkan laju produktivitas primer lebih tinggi yang didukung oleh keadaan kandungan nutrisi yang tinggi. Nilai produktivitas primer terendah yang terdapat pada
stasiun IV dapat disebabkan kandungan nutrisinya yang rendah sehingga kurang mendukung kehidupan fitoplankton yang melakukan fotosintesis. Dari data yang
diperoleh diketahui bahwa nilai kelimpahan fitoplankton terendah terdapat pada stasiun IV sehingga laju produktivitas primernya juga lebih rendah.
Dari hasil pengukuran terhadap nilai konsentrasi klorofil a diketahui bahwa nilai konsentrasi klorofil a dari setiap stasiun penelitian berkisar antara 0,8019 –
8,5536 mgm
3
. Nilai konsentrasi klorofil a tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu pada permukaan dengan nilai sebesar 8,5536 mgm
3
dan nilai konsentrasi klorofil a terendah terdapat pada stasiun III yaitu pada kedalaman 8 meter dengan nilai sebesar
0,8019 mgm
3
. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa nilai rata-rata tertinggi konsentrasi klorofil a terdapat pada stasiun II dengan nilai sebesar 5,5242 mgm
3
dan nilai rata-rata konsentrasi klorofil a terendah terdapat pada stasiun III dengan nilai
sebesar 1,4256 mgm
3
.
Tingginya nilai konsentrasi klorofil a tergantung pada jenis fitioplankton. Menurut Nybakken 1992, hlm: 58 kandungan klorofil berbeda menurut spesies
Gokman Sinurat : Studi Tentang Nilai Produktivitas Primer Di Pangururan Perairan Danau Toba, 2009.
fitoplankton, dan bahkan berbeda pada individu-individu dari spesies yang sama, karena kandungan klorofil bergantung pada kondisi individu. Tingginya konsentrasi
klorofil a pada stasiun II dapat disebabkan jenis fitoplankton pada stasiun ini memilki konsentrasi klorofil a yang paling banyak, walaupun kelimpahan fitoplankton pada
stasiun II ini lebih rendah dibandingkan dengan stasiun I. Konsentrasi klorofil a yang lebih rendah pada stasiun I dibandingkan dengan stasiun II dapat disebabkan adanya
kadar H
2
S pada stasiun I, sehingga dengan adanya kadar H
2
S yang bersifat toksik selama inkubasi sampel dari lokasi penelitian hingga ke laboratorium dapat merusak
klorofil jenis fitoplankton tertentu karena kondisi dengan perairan alaminya sudah berbeda. Menurut Guderian 1995 dalam Firdaus dan Nasir 1995 H
2
S pada konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan kerusakan akut seperti klorosis dan
nekrosis atau kematian. Pada konsentrasi 0,0035 ml -1,0 ml, dapat menyebabkan robeknya membran kloroplas sehingga klorofil rusak. Nilai rata-rata konsentrasi
klorofil a yang rendah pada stasiun III dapat disebabkan karena pada stasiun ini terdapat pompa penyedotan air PDAM sehingga saat pengambilan sampel klorofil a
keberadaan fitoplankton sedikit dan mengakibatkan konsentrasi klorofil a yang terukur juga sangat rendah. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya konsentrasi
klorofil a pada stasiun III ini dapat disebabkan jenis fitoplankton yang diperoleh memiliki jumlah klorofil a yang sedikit.
Klorofil a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di perairan. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil a
sangat terkait dengan kondisi lingkungan suatu perairan. Beberapa parameter fisik- kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil a adalah intensitas
cahaya, nutrien terutama nitrat dan fosfat . Perbedaan parameter fisik-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas primer di beberapa
tempat perairan Sverdrup et al., 1961 dalam Tarumingkeng, 2002.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap suhu pada setiap stasiun penelitian diperoleh bahwa rata-rata suhu pada stasiun I, stasiun II, stasiun III, dan
stasiun IV adalah sama yaitu 25
o
C. Suhu yang sama pada setiap stasiun dan kedalaman dapat terjadi karena sampel air yang di ambil saat penelitian hampir
bersamaan dan intensitas cahaya yang sudah maksimal. Suhu yang merata mulai dari
Gokman Sinurat : Studi Tentang Nilai Produktivitas Primer Di Pangururan Perairan Danau Toba, 2009.
permukaan air sampai kedalaman 8 meter ini dapat juga disebabkan oleh pencampuran air yang merata serta tidak ditemukannya tumbuhan air di permukaan
yang menghalangi cahaya matahari tembus ke badan air.
Menurut Effendi
2003, hlm: 57 suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam hari, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan
awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan dalam
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Selanjutnya, menurut Brehm Meijering 1990 dalam Barus, 2004, hlm: 44-45
pola suhu ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan
udara dan juga dipengaruhi oleh faktor kanopi penutupan vegetasi dari pepohonan yang tumbuh di tepi.
Penetrasi cahaya yang diperoleh pada masing-masing stasiun penelitian memiliki penetrasi cahaya yang relatif sama yaitu 8 meter. Panjangnya penetrasi
cahaya yang diproleh cukup dalam, hal ini terjadi karena kejernihan air yang cukup baik dan tidak adanya tumbuhan air di permukaan sehingga cahaya matahari dapat
masuk secara maksimal ke dalam air. Sedangkan intensitas cahaya yang diukur pada setiap stasiun diperoleh dengan nilai yang sama yaitu 1000 candella. Intensitas cahaya
yang diperoleh ini merupakan nilai maksimum karena pengukurannya dilakukan pada saat penyinaran matahari yang maksimum dan tanpa adanya penutupan oleh awan.
Menurut Effendi 2003, hlm: 59-60, kecerahan air penetrasi cahaya tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi
perairan. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada
saat cuaca cerah.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai oksigen terlarut pada masing- masing stasiun penelitian maka diperoleh grafik penyebarannya seperti berikut:
Gokman Sinurat : Studi Tentang Nilai Produktivitas Primer Di Pangururan Perairan Danau Toba, 2009.
7
6.3 6.6
6.9 6.8
6.1 6.5