Misran Hasundungan Siregar : Studi Keanekaragaman Plankton Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
pertumbuhan plankton. Jika terjadi pencemaran oleh kedua unsur tersebut dapat mengakibatkan peledakan jumlah populasi plankton tertentu yang bisa mengeluarkan
zat toksin kedalam perairan. Hal tersebut sangat merugikan bagi organisme yang ada disekitarnya Wibisono, 2005, hlm: 66.
Berbagai aktivitas manusia yang berlangsung di sekitar hulu Sungai Asahan antara lain: kegiatan domestik, pertambakan ikan, pembuangan limbah industri,
pertanian, dan bendungan aliran sungai dapat mengubah faktor fisik-kimia perairan secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan faktor fisik-kimia tersebut akan
mempengaruhi keberadaan plankton di dalam ekosistem perairan yang selanjutnya juga akan mempengaruhi biota air lainnya. Namun sejauh ini belum diketahui
keanekaragaman plankton di Daerah Hulu Sungai Asahan dan bagaimana hubungan keanekaragaman tersebut dengan nilai faktor fisik- kimia di Hulu Sungai Asahan.
1.2 Permasalahan
Berbagai aktivitas yang berlangsung di sepanjang Hulu Sungai Asahan mengakibatkan perubahan faktor fisik-kimia perairan yang berdampak pada
keanekaragaman plankton. Sejauh ini belum diketahui keanekaragaman plankton di Hulu Sungai Asahan dan hubungan keanekaragaman dengan faktor fisik-kimia
perairan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui keanekaragaman plankton di Daerah Hulu Sungai Asahan Porsea.
b. Untuk mengetahui hubungan keanekaragaman plankton dengan faktor fisik-kimia
perairan di Daerah Hulu Sungai Asahan Porsea.
Misran Hasundungan Siregar : Studi Keanekaragaman Plankton Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
1.4 Hipotesis
a. Terdapat perbedaan keanekaragaman plankton pada setiap stasiun pengamatan.
b. Terdapat hubungan faktor fisik-kimia perairan dengan keanekaragaman plankton
di Hulu Sungai Asahan Porsea.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian adalah: a.
Memberikan informasi tentang keanekaragaman plankton di Hulu Sungai Asahan Porsea.
b. Memberikan informasi yang berguna bagi instansi terkait tentang kondisi perairan
di Hulu Sungai Asahan Porsea.
Misran Hasundungan Siregar : Studi Keanekaragaman Plankton Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Sungai
Habitat air tawar menempati daerah yang relatif lebih kecil pada permukaan bumi dibandingkan habitat air laut, tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti
dibandingkan dengan luas daerahnya. Hal ini disebabkan karena: 1 habitat air tawar merupakan sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik
maupun industri. 2 ekosistem air tawar menawarkan sistem pembuangan yang memadai dan paling murah Odum, 1994, hlm: 368.
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakannya dari air tergenang walaupun keduanya merupakan habitat air. Satu
perbedaan mendasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air mengisi cekungan itu, tetapi danau itu setiap saat
dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya sungai terjadi karena airnya sudah ada, sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap
adanya saluran selama masih terdapat air yang mengisinya Ewusie, 1990, hlm: 186.
Ekosistem lotik sungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona krenal mata air yang umumnya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi menjadi
rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat pada tebing- tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk genangan air yang
selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil dan helokrenal, yaitu mata air yang membentuk rawa-rawa. Selanjutnya aliran dari beberapa mata air akan membentuk
aliran sungai di daerah pegunungan yang disebut zona rithral, ditandai dengan relief sungai yang terjal. Zona rithral dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epirithral bagian
yang paling hulu, metarithral bagian tengah dari zona rithral, dan hyporithral
Misran Hasundungan Siregar : Studi Keanekaragaman Plankton Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.