oksigen yang banyak dalam proses penguraiannya sehingga mengakibatkan defisit oksigen pada perairan yang selanjutnya mempengarhi keanekaragaman organisme
yang terdapat di dalamnya.
4.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Masing –Masing Stasiun Penelitian
Indeks keanekaragaman H’ dan nilai indeks keseragaman E yang diperoleh pada masing-masing stasiun seperti pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E pada Masing-Masing Stasiun Penelitian
STASIUN 1
2 3
4 5
H’ 3.2015
2.719 2.742
2.570 2.799
E 0.9714
0.8795 0.8627
0.9269 0.9344
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 3.2015. Tingginya keanekaragaman pada stasiun ini disebabkan oleh kondisi
faktor fisik kimia air yang mendukung bagi pertumbuhan plankton seperti kelarutan oksigen sebesar 7.2 dan kadar nitrat yang cukup tinggi sebesar 0.7222 mgL serta
faktor fisik kimia lain yang mendukung kelangsungan hidup plankton Tabel 4.5. Keanekaragaman terendah pada stasiun 4 sebesar 2.570. Hal ini disebabkan pada
stasiun ini merupakan pembuangan limbah cair PT. Toba Pulp Lestari yang mengakibatkan kondisi faktor fisik kimia perairan menjadi kurang sesuai bagi
pertumbuhan plankton seperti kelarutan oksigen yang paling rendah yaitu sebesar 5.2 mgL, nilai COD yang tinggi yaitu sebesar 8.6240 mgL dan nilai BOD yang cukup
rendah yaitu sebesar 0.8 mgL yang menandakan bahwa perairan pada stasiun ini banyak mengandung senyawa anorganik yang membutuhkan jumlah oksigen yang
banyak dalam proses penguraiannya sehingga dapat mengakibatkan defisit oksigen pada perairan stasiun 4.
Menurut Krebs 1985, hlm: 523, keanekaragaman rendah bila 0 H’ 2,30, keanekaragaman sedang bila 2,302 H’ 6,907 keanekaragaman tinggi bila H’
6,907. Berdasarkan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa Daerah Hulu Sungai Asahan mempunyai tingkat keanekaragaman plankton yang sedang. Barus 2004, hlm:
121, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang
relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut
mempunyai keanekaragaman yang rendah. Menurut Begon et al 1986, nilai diversitas berdasarkan indeks Shannon-Wiener dihubungkan dengan tingkat
pencemaran yaitu apabila H’1 tercemar berat, apabila nilai 1H3 tercemar sedang dan apabila nilai H’3 tidak tercemarbersih. Dari kategori diatas kita dapat menarik
kesimpulan bahwa seluruh stasiun penelitian termasuk mengalami pencemaran pada tingkat tercemar sedang.
Indeks keseragaman pada masing-masing stasiun penelitian berkisar antara 0.8627 hingga 0.9714 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing stasiun
penyebaran individu cukup merata. Menurut Krebs 1985, hlm: 523 apabila indeks keseragaman mendekati 0 maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan
penyebaran individu setiap genus tidak sama, serta ada kecenderungan suatu genus mendominasi pada populasi tersebut. Sebaliknya semakin mendekati nilai 1 maka
populasi plankton menunjukkan keseragaman jumlah individunya merata.
4.4 Indeks Similaritas