adalah  skor  yang  diperoleh  dari  sebuah  alat  tes  kecerdasan.  Dengan demikian, kecerdasan intelegensi IQ  hanya memberikan sedikit indikasi
mengenai  taraf  kecerdasan  seseorang  dan  tidak  menggambarkan kecerdasan  seseorang  secara  keseluruhan  IQ-EQ,  2002  dalam
Armansyah 2006. Ukuran IQ memiliki  kelemahan dalam  hal pemberian peluang  bagi  nuansa-nuansa  emosioanl  seperti  empati,  motivasi  diri,
pengendalian diri, dan  kerjasama  sosial Pasiak,  2002. Istilah intelegensi jika  dirumuskan  akan  mendapat  pengertian  yaitu  sebagai  keseluruhan
kemampuan  individu  untuk  berpikir  dan  bertindak  secara  terarah  serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
3.  Kepercayaan Diri
Kepercayaan  diri  adalah  sikap  positif  seorang  individu  yang memampukan  dirinya  untuk  mengembangkan  penilaian  positif  baik
terhadap  diri  sendiri  maupun    terhadap  lingkungansituasi  yang dihadapinya.  Hal  ini  bukan  berarti  bahwa  individu  tersebut  mampu  dan
kompeten  melakukan  segala  sesuatu  seorang  diri,  alias  “sakti”.  Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa
aspek  dari  kehidupan  individu  tersebut  dimana  ia  merasa  memiliki kompetensi,  yakin,  mampu  dan  percaya  bahwa  dia  bisa  karena  didukung
oleh  pengalaman,  potensi  aktual,  prestasi  serta  harapan  yang  realistik terhadap diri  sendiri.    Kepercayaan  diri  merupakan  keyakinan  dalam  diri
seseorang  untuk  dapat  menangani  segala  sesuatu  dengan  tenang. Kepercayaan  diri  merupakan  keyakinan  dalam  diri  yang  berupa  perasaan
dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik sehingga memungkinkan individu tampil dan berperilaku dengan penuh  keyakinan Hambly, 1995:
3 dalam Dhania, 2009. Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya
diri yang proporsional, diantaranya adalah : •  Percaya akan kompetensikemampuan diri, hingga tidak membutuhkan
pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain. •  Tidak  terdorong  untuk  menunjukkan  sikap  konformis  demi  diterima
oleh orang lain atau kelompok. •  Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain.
•  berani menjadi diri sendiri. •  Punya pengendalian diri yang baik tidak moody dan emosinya stabil.
•  Memiliki  internal  locus  of  control  memandang  keberhasilan  atau kegagalan,  tergantung  dari  usaha  diri  sendiri  dan  tidak  mudah
menyerah pada
nasib atau
keadaan serta
tidak tergantungmengharapkan bantuan orang lain.
•  Mempunyai cara pandang  yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya.
•  Memiliki  harapan  yang  realistik  terhadap  diri  sendiri, sehingga  ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya
dan situasi yang terjadi.
Menurut  Goleman  2003  dalam  Melandy  dan  Nurna  2006, kepercayaan  diri  adalah  kesadaran  yang  kuat  tentang  harga  dan
kemampuan  diri  sendiri.  Orang  dengan  kecakapan  ini  akan  berani  tampil dengan  keyakinan  diri,  berani  menyatakan  keberadaannya,  berani
menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran  serta  tegas,  mampu  membuat  keputusan  yang  baik  kendati
dalam  keadaan  tidak  pasti  dan  tertekan.  Sedangkan  menurut  Rini  2002 kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan
dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan
berarti  bahwa  individu  tersebut  mampu  dan  kompeten  melakukan melakukan  segala  sesuatu  seorang  diri.  Sedangkan  kepercayaan  diri
menurut  Angelis  1997  dalam  Titih  2009  pada  dasarnya  adalah kemampuan  dasar  individu  untuk  dapat  menentukan  arah  dan  tujuan
hidupnya.  Individu  yang  memiliki  kepercayaan  diri  akan  kemampuannya sendiri  merupakan  suatu  indikasi  bahwa  individu  tersebut  akan
melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut Fereira dalam Melandy dan Nurna 2006, seorang konsultan
dari  Deloitte  and  Touche  Consulting  mengatakan  bahwa  seseorang  yang memiliki  kepercayaan  diri,  di  samping  mampu  membuat  perubahan  di
lingkungannya,  ini  berarti  bahwa  kepercayaan  diri  akan  mempengaruhi pengenalan  diri,  pengendalian  diri,  motivasi,  empati,  dan  keterampilan
sosial.
Menurut  Lauster  2003  dalam    Melandy  dan  Nurna  2006, kepercayaan  pada  diri  sendiri  yang  sangat  berlebihan  tidak  selalu  berarti
sifat yang positif. Ini umumnya dapat menjurus pada usaha tak kenal lelah. Orang  yang  terlalu  percaya  pada  diri  sendiri  sering  tidak  hati-hati  dan
seenaknya.  Tingkah  laku  mereka  sering  menyebabkan  konflik  dengan orang lain. Seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri
yang berlebihan, sering memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya lawan  daripada  teman.  Rasa  percaya  diri  yang  kuat  sebenarnya  hanya
merujuk  pada  adanya  beberapa  aspek  dari  kehidupan  individu  tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa
dia  bisa,  karena  didukung  oleh  pengalaman,  potensi  aktual, prestasi  serta harapan  yang  realistik  terhadap  diri  sendiri.  Bagi  mereka  yang  kurang
percaya,  setiap  kegagalan  mempertegas  rasa  tidak  mampu  mereka. Tidak adanya percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus asa, rasa tidak
berdaya,  dan  meningkatkan  keraguan  kepada  diri  sendiri.  Di  pihak  lain, percaya  diri  berlebihan dapat  membuat orang  tampak  sombong,  terutama
bila  ia  tidak  mempunyai  keterampilan  sosial.  Orang  yang  memiliki  rasa percaya  diri  umumnya  memandang  diri  sendiri  sebagai  orang  yang
produktif, mampu menghadapi tantangan dan mudah menguasai pekerjaan atau  keterampilan  baru.  Mereka  mempercayai  diri  sendiri  sebagai
katalisator,  penggerak,  dan  pelopor,  serta  merasa  bahwa  kemampuan- kemampuan mereka lebih unggul dibanding kebanyakan orang lain.
Hanum  2006  mengatakan  bahwa  kepercayaan  diri  adalah  sebuah pendorong  dalam  diri  manusia,  yang  menimbulkan  sebuah  keputusan
untuk  bertindak,  tanpa  khawatir  akan  tidak  sesuainya  tindakan  dengan harapan yang ada.
Faktor –faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri individu menurut Middel Brook dalam Rahmawati 2008,  yakni: pola asuh,  jenis  kelamin,
pendidikan  dan  penampilan  fisik.  Faktor-faktor  diatas  erat  kaitannya dengan  penilaian  dan  pengaruh  lingkungan  terhadap  kepercayaan  diri
individu. Hurlock 1978 dalam Rahmawati 2008 menambahkan bahwa rasa  percaya  diri  dan  rendah  diri  dipengaruhi  pula  oleh  kegagalan  dan
prestasi.  Apabila  prestasi  individu  lebih  rendah  dari  prestasi  orang  lain, maka  individu  cenderung  untuk  memandang  dirinya  rendah  dan  menarik
diri.  Sebaliknya  jika  prestasi  individu  lebih  tinggi  dari  orang  lain,  maka individu merasa bangga pada kemampuannya dan lebih percaya diri.
4.  Kinerja Auditor