IQKD, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
2. Uji F
Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 1,702 dengan tingkat signifikansi 0,174, karena probabilitas
signifikansi diatas 0,05, maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi kinerja auditor atau dapat dikatakan bahwa
kecerdasan intelegensi, kepercayaan diri dan moderat IQKD secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
3. Uji Signifikansi parameter individual t test
Tabel 4.18 Uji F
Model Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Regression
66.407 3
22.136 1.702
.174
a
Residual 988.481
76 13.006
1 Total
1054.888 79
a. Predictors: Constant, MODERAT2, IQTOTAL, KDTOTAL b. Dependent Variable: KATOTAL
Sumber: Data diolah
Tabel 4.19 Uji t
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients Model
B Std. Error
Beta t
Sig. Constant
16.605 15.429
1.076 .285
IQTOTAL .589
.763 .393
.772 .442
KDTOTAL .084
.310 .267
.271 .787
1
MODERATI QKD
-.005 .016
-.319 -.314
.754 a. Dependent Variable: KATOTAL
Sumber: Data Diolah
Ketiga variabel independen yang dimasukkan dalam regresi, variabel kecerdasan intelegensi memberikan nilai koefisien parameter
0,589 dengan tingkat signifikansi 0,442, sehingga dapat disimpulkan dalam model regresi ini kecerdasan intelegensi secara individual tidak
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel Kepercayaan diri memberikan nilai koefisien parameter 0,084 dengan tingkat
signifikansi 0,787, sehingga dapat disimpulkan Kepercayaan diri secara individual tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel
Moderat IQKD merupakan interaksi antara kecerdasan intelegensi mempunyai nilai koefisien parameter 0,005 dengan tingkat signifikansi
0,754, sehingga dapat disimpulkan kepercayaan diri bukan variabel moderating. Jadi, H
5
ditolak. 5. Pembahasan
Dari hasil analisis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi secara simultan mempengaruhi kinerja
auditor. Dan secara parsial kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Tetapi pengujian variabel moderating,
kepercayaan diri yang sebagai variabel moderating tidak mempengaruhi variabel independen lainnya seperti kecerdasaan emosional dan kecerdasan
intelegensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri yang ada pada
auditor tidak mempengaruhi kinerjanya. Meskipun auditor kurang merasa percaya diri tetapi jika mempunyai kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelegensi baik maka kinerja auditorpun akan baik. Jadi kepercayaan diri ini tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Dengan kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelegensi yang baik sudah pasti auditor tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Kinerja auditor merupakan suatu bentuk kesuksesan seorang auditor untuk mencapai peran atau target tertentu yang berasal dari perbuatanya sendiri.
Kinerja seorang auditor dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat melampaui peran atau target yang ditentukan sebelumnya. Dan sebagian
faktor yang mempengaruhi kinerja auditor adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi. Dalam penelitian ini kepercayaan diri tidak memiliki
pengaruh terhadap auditor sebab meskipun auditor ini kurang memiliki kepercayaan diri tetapi jika kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelegensinya baik maka kinerjanyapun akan baik. Sesuai dengan pendapat Lauster 2003 dalam Melandy dan Nurna 2006,
kepercayaan pada diri sendiri yang sangat berlebihan tidak selalu berarti sifat yang positif. Ini umumnya dapat menjurus pada usaha tak kenal lelah. Orang
yang terlalu percaya pada diri sendiri sering tidak hati-hati dan seenaknya. Tingkah laku mereka sering menyebabkan konflik dengan orang lain.
Seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan, sering memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya lawan
daripada teman. Rasa percaya diri yang kuat sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa
memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa, karena
didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Bagi mereka yang kurang percaya, setiap
kegagalan mempertegas rasa tidak mampu mereka. Tidak adanya percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus asa, rasa tidak berdaya, dan
meningkatkan keraguan kepada diri sendiri. Di pihak lain, percaya diri berlebihan dapat membuat orang tampak sombong, terutama bila ia tidak
mempunyai keterampilan sosial. Jadi, pada auditor kepercayaan diri ini tidak berpengaruh karena jika auditor mempunyai sikap percaya diri yang
berlebihan akan mengakibatkan orang sombong dan terdapat menyebabkan konflik dengan orang lain. Sedangkan, dalam suatu Kantor Akuntan Publik
seorang auditor harus dapat bekerja sama karena dalam KAP itu bekerja secara tim yang diperlukan kerja sama. Hasil pengujian regresi moderating
menyatakan tidak ada hubungan baik secara simultan maupun secara individual antara kecerdasan emosional auditor dan kecerdasan intelegensi
auditor dengan kepercayaan diri terhadap kinerja auditor. Hal ini disebabkan karena responden pada penelitian ini lebih banyak auditor junior sehingga
auditor ini mungkin baru atau belum mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman sehingga kepercayaan diri yang dimiliki kurang berpengaruh
terhadap kinerja auditor. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri dapat dilakukan dengan percaya akan kompetensikemampuan diri, hingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain, tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh
orang lain atau kelompok, berani menerima dan menghadapi penolakan orang
lain, berani menjadi diri sendiri, punya pengendalian diri yang baik tidak moody
dan emosinya stabil, memiliki internal locus of control memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak
mudah menyerah
pada nasib
atau keadaan
serta tidak
tergantungmengharapkan bantuan orang lain, mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya, memiliki
harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Bagi KAP, upaya untuk meningkatkan kinerja auditor dapat dilakukan dengan jalan memberikan insentif dan penghargaan kepada auditor yang
berkinerja baik, memberikan kesempatan kepada auditor untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan evaluasi dan pembinaan
secara rutin kepada auditor berkenaan dengan pelaksanaan terhadap spesifikasi tugas yang diberikan kepadanya dan menganjurkan untuk ikut
terlibat dalam kegiatan yang mendatangkan manfaat serta harus mengikuti kegiatan yang dapat menambah rasa percaya diri auditor untuk meningkatkan
kinerja auditor seperti seminar, pendidikan dan pelatihan profesional auditor, serta mengadakan pelatihan terkait dengan pengembangan kecerdasan
emosional, sehingga mereka dapat bekerja dengan optimal, berintegritas dan bertanggung jawab.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni Melandy dan Nurna 2006 disebabkan oleh faktor eksternal yaitu:
1. Responden dalam penelitian lebih banyak oleh auditor junior dibandingkan auditor senior. Auditor junior ini memiliki masa kerja yang
belum terlalu lama dan belum banyak pengalaman sehingga auditor junior kurang adanya rasa kepercayaan diri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri auditor tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. 2. Dalam penelitian sebelumnya responden yang digunakan adalah
mahasiswa, dan penelitian ini responden yang digunakan adalah auditor. Penelitian ini tidak berpengaruh disebabkan auditor sebagai responden
dalam mengisi kuesioner kurang teliti atau baik karena ketika peneliti menyebarkan kuesioner, auditor sedang sibuk dengan pekerjaannya dan
banyak yang sedang menjalankan tugas ke klien sehingga jawaban yang didapat kurang baik.
3. Usia responden rata-rata 19-30 tahun. Usia ini merupakan usia yang relatif muda sehingga kurang adanya rasa percaya diri dan biasanya masih labil.
Sehingga pada penelitian ini mendapatkan hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
4. Penyebaran kuesioner yang kurang merata di setiap wilayah. Penyebaran kuesioner ini lebih banyak disebarkan di Wilayah Jakarta Selatan.
5. Kurangnya kuesioner yang disebarkan dan banyak kuesioner yang tidak dikembalikan dan tidak dapat digunakan.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Dari pengujian dan analisis terhadap data, dapat dilihat bahwa: 1. Kecerdasan emosional memberikan nilai koefisien parameter 0,118
dengan tingkat signifikansi 0,048 sehingga dapat disimpulkan Kecerdasan Emosional secara individual berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Jadi H
1
diterima. 2. Kecerdasan intelegensi memberikan nilai koefisien parameter 0,322
dengan tingkat signifikansi 0,052, hasil nilai 0,052 diatas 0,05 tetapi masih mendekati 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Jadi, H
2
diterima. 3. Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi berpengaruh
terhadap kinerja auditor dengan nilai hitung F sebesar 0,013. karena nilai 0,013 jauh lebih kecil dari 0,05, maka H
3
diterima, artinya koefisien regresi ganda adalah signifikan. Jadi, kecerdasan emosional
dan kecerdasan intelegensi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor.
4. Kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Kecerdasan
emosional memberikan nilai koefisien parameter 0,472 dengan tingkat signifikansi 0,063. Variabel Kepercayaan Diri memberikan
nilai koefisien parameter 0,375 dengan tingkat signifikansi 0,273,