Pengaruh Peran Petugas Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengonsumsi Tablet Fe Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

(1)

PENGARUH PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP

KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGONSUMSI

TABLET Fe DI KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2009

TESIS

Oleh

LILIS SURYANI

077033022/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP

KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGONSUMSI

TABLET Fe DI KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2009

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

LILIS SURYANI

077033022/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGONSUMSI TABLET Fe DI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Lilis Suryani Nomor Induk Mahasiswa : 077033022

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr.Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si) (Dra. Syarifah, M.S) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Januari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Drs. Eddy Syahrial, M.Kes 3. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes


(5)

SURAT PERNYATAAN

PENGARUH PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP

KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGONSUMSI

TABLET Fe DI KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2010

( Lilis Suryani ) 077033022/IKM


(6)

ABSTRAK

Cakupan distribusi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar masih sangat rendah bahkan yang terendah dibandingkan dengan kabupaten lain di Aceh, yaitu 12,40% untuk Fe1 dan 10,56% untuk Fe3. Tidak tercapainya target distribusi tablet Fe di kabupaten tersebut dapat meningkatkan prevalensi anemia. Namun data anemia pada ibu hamil belum ada pelaporan yang jelas, apalagi data tentang kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe. Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan dalam konsumsi tablet Fe dan pemeriksaan kadar Hb secara rutin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.

Jenis penelitian adalah penelitian kohort prospektif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar dan pernah melakukan kunjungan kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas. Metode pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan perkembangan kesehatan ibu hamil dan kadar Hb. Pengolahan data dilakukan secara Editing, Coding, Entri dan Cleaning. Analisa data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.

Hasil penelitian multivariat menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang bermakna dengan kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe adalah variabel customer dan fasilitator. Variabel customer mempunyai pengaruh paling besar terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe dengan nilai OR=0,242 artinya ibu hamil yang menerima dengan baik peran petugas kesehatan sebagai customer akan patuh mengonsumsi tablet Fe sebanyak 0,242 kali (95%Cl : 0,083 – 0,704) bila dibandingkan dengan ibu yang tidak menerima dengan baik peran petugas kesehatan sebagai customer.

Disarankan kepada Puskesmas agar dapat membagikan tablet Fe secara gratis sesuai program yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 30 tablet per kunjungan atau 90 tablet selama masa kehamilan dan meningkatkan peran petugas kesehatan dalam melakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet Fe.


(7)

ABSTRACT

The coverage of Fe tablets in Aceh Besar District was very low, if not much lower than that of the other districts in Aceh; it was 12.4 percent for Fe 1 and 10.56 percent fof Fe3. The failure of distributing these tablets in this district can bring about the increase of anemia prevalence. However, there were no concrate data of anemia in the pregnant mothers, compliance to consume Fe tablets. One of the reasons was that the system of monitoring, recording and reporting by the health officials in the consumption of Fe tablets and in the routine checking of Hb content was not good enough. This research was aimed to analyze the influence of the head officials role (costumers, communicators, motivators, facilitators and counselors) on the pregnant mothers complience to consum Fe tablets in Aceh Besar District in 2009.

The type of the research was the prospective cohort research. The population was all pregnant mothers in the area of Aceh Besar District and they had already done health visit in the Public Health Center. The method of ghatering the data was by interviewing and checking the health progress of the pregnant mothers with Editing, Coding, Entry and Cleaning. The data were analyzed in univariate, bivariate and multivariate.

The result of the multivariate research showed that the variable which had significant imfluence on the complience to consume Fe tablets was customer variable and facilitator. The customer variable had the biggest influence on the complience to consume Fe tablets with the value of OR = 0.224 which indicated that the mothers acceptance of the head officials customer was good, and thus they were ready to consume Fe tablets 0,242 times (95% CI 0,083 – 0,704), compared with those who did not get the health officials customer.

It was suggested that the Pulic Health Center should distribute Fe tablets free of charge and which was in line with the goverment program : 30 tablets per visit or 90 tablets during the pregnancy. It was also suggested that the health officials should improve their role in monitoring, recording, and reporting the complience of the pregnant mothers to consume Fe tablets.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009”.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan serta Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Sekretaris Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.


(9)

3. Dr.Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dalam penulisan tesis ini dan Dra. Syarifah, M.S sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

4. Drs. Eddy Syahrial, M.Kes dan Ernawati Nasution, SKM, M.Kes sebagai komisi penguji tesis.

5. Para dosen di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar beserta seluruh jajarannya. 7. Kepala Puskesmas yang ada di wilayah Aceh Besar.

8. Petugas Kesehatan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas dalam Kabupaten Aceh Besar.

9. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua, suami dan ananda tercinta serta seluruh keluaga yang telah memberi dorongan dan dukungan baik moral maupun materil yang tak terbatas kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2010 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Lilis Suryani, lahir pada tanggal 5 Maret 1971 di Banda Aceh Provinsi Aceh, anak ke lima dari enam bersaudara dari pasangan M. Saleh Yusuf dan Indasyah.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 28 pada tahun 1977 dan diselesaikan pada tahun 1983, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Banda Aceh pada tahun 1983 dan diselesaikan pada tahun 1986, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) pada tahun 1986 dan diselesaikan pada tahun 1989, Akademi Keperawatan Departemen Kesehatan di Banda Aceh pada tahun 1989 dan diselesaikan pada tahun 1992, Strata Satu (S-1) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammaddyah pada tahun 1995 dan diselesaikan pada tahun 2004 dan Program Diploma IV Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2001 dan diselesaikan tahun 2002, Strata Dua (S-2) di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada tahun 2007 dan diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 1992 sampai pada tahun 1994 menjadi staf di Akademi Perawat Mona Banda Aceh, pada tahun 1994 sampai tahun 1996 menjadi staf di Sekolah Perawat Kesehatan Muhammadiyah Banda Aceh, tahun 1996 sampai tahun 2002 menjadi staf di Sekolah Perawat Kesehatan Departemen Kesehatan Banda Aceh dan Staf Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Banda Aceh pada tahun 2002 sampai dengan sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACK... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1.Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe ... 9

2.2.Peran Petugas Kesehatan... 22

2.2.1. Customer ... 23

2.2.2. Komunikator ... 26

2.2.3. Motivator... 28

2.2.4. Fasilitator ... 29

2.2.5. Konselor ... 30

2.3.Landasan teoritis ... 32

2.4.Kerangka Konsep ... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN... 35

3.1.Jenis Penelitian ... 35

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3.Populasi dan Sampel ... 36

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5.Variabel dan Definisi Opersional... 41

3.6.Metode Pengukuran ... 46

3.7.Metode Analisis Data... 48

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 50


(12)

4.1.1. Geografis dan Demografis ... 50

4.1.2. Derajat Kesehatan Masyarakat... 52

4.2. Hasil Penelitian ... 55

4.2.1. Identitas Responden ... 55

4.2.2. Analisis Univariat ... 56

4.2.3. Analisis Bivariat... 67

4.2.4. Analisis Lanjutan terhadap Variabel Perancu ... 71

4.2.5. Analisis Multivariat... 76

BAB 5 PEMBAHASAN... 77

5.1. Customer ... 77

5.2. Komunikator ... 80

5.3. Motivator... 82

5.4. Fasilitator ... 83

5.5. Konselor ... 86

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 89

6.1.Kesimpulan ... 89

6.2.Saran ... 90


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Cara Pemberian Tablet Fe pada setiap Kelompok Sasaran... 20

4.1. Distribusi Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar ... 51

4.2. Cakupan K1 dan K4 di Kabupaten Aceh Besar tahun 2008 ... 53

4.3. Cakupan Fe1 dan Fe3 di Kabupaten Aceh Besar tahum 2008... 54

4.4. Distribusi Identitas Responden di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 55

4.5 Distribusi Jawaban Responden tentang Peran Petugas Kesehatan sebagai Customer di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 57

4.6 Distribusi Jawaban Responden tentang Peran Petugas Kesehatan sebagai Komunikator di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 58

4.7 Distribusi Jawaban Responden tentang Peran Petugas Kesehatan sebagai Motivator di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009... 59

4.8 Distribusi Jawaban Responden tentang Peran Petugas Kesehatan sebagai Fasilitator di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009... 60

4.9 Distribusi Jawaban Responden tentang Peran Petugas Kesehatan sebagai Konselor di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 61

4.10 Distribusi Katagori Peran Petugas Kesehatan di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 62

4.11 Distribusi Jawaban Responden tentang Kepatuhan dalam jumlah dan cara minum tablet Fe serta Perubahan warna tinja selama minum tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 64

4.12 Distribusi Responden berdasarkan Perkembangan Kesehatan pada Kunjungan Pertama dan Terakhir di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 65

4.13 Distribusi Katagori berdasarkan Perkembangan Kesehatan pada Kunjungan Pertama dan Terakhir di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 66


(14)

4.14 Distribusi Katagori berdasarkan Kepatuhan dalam Mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009... 67 4.15 Pengaruh Peran Customer terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi tablet

Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009... 67 4.16 Pengaruh Peran Komunikator terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi

tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 68 4.17 Pengaruh Peran Motivator terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi

tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 69 4.18 Pengaruh Peran Fasilitator terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi

tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 70 4.19 Pengaruh Peran Konselor terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi tablet

Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009... 70 4.20 Distribusi Katagori berdasarkan Kepatuhan dalam Mengonsumsi tablet Fe

di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009... 73 4.21 Pengaruh Peran Customer terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi tablet

Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009... 73 4.22 Pengaruh Peran Komunikator terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi

tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 74 4.23 Pengaruh Peran Motivator terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi

tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 75 4.24 Pengaruh Peran Fasilitator terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi

tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 ... 75 4.25 Pengaruh Peran Konselor terhadap Kepatuhan dalam Mengonsumsi tablet

Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009... 75 4.26 Analisis Multivariat Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap

Kepatuhan dalam Mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009... 77


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Landasan Teori Faktor Yang mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe ... 33 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 34 3.1. Pola Jenis Penelitian Kohort Prospektif... 35


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian... 96

2. Output Uji Instrumen ... 105

3. Output Bivariat ... 109

4. Output Bivariat Lanjutan ... 116

5. Output Multivariat ... 123

6. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 126


(17)

ABSTRAK

Cakupan distribusi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar masih sangat rendah bahkan yang terendah dibandingkan dengan kabupaten lain di Aceh, yaitu 12,40% untuk Fe1 dan 10,56% untuk Fe3. Tidak tercapainya target distribusi tablet Fe di kabupaten tersebut dapat meningkatkan prevalensi anemia. Namun data anemia pada ibu hamil belum ada pelaporan yang jelas, apalagi data tentang kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe. Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan dalam konsumsi tablet Fe dan pemeriksaan kadar Hb secara rutin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.

Jenis penelitian adalah penelitian kohort prospektif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar dan pernah melakukan kunjungan kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas. Metode pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan perkembangan kesehatan ibu hamil dan kadar Hb. Pengolahan data dilakukan secara Editing, Coding, Entri dan Cleaning. Analisa data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.

Hasil penelitian multivariat menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang bermakna dengan kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe adalah variabel customer dan fasilitator. Variabel customer mempunyai pengaruh paling besar terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe dengan nilai OR=0,242 artinya ibu hamil yang menerima dengan baik peran petugas kesehatan sebagai customer akan patuh mengonsumsi tablet Fe sebanyak 0,242 kali (95%Cl : 0,083 – 0,704) bila dibandingkan dengan ibu yang tidak menerima dengan baik peran petugas kesehatan sebagai customer.

Disarankan kepada Puskesmas agar dapat membagikan tablet Fe secara gratis sesuai program yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 30 tablet per kunjungan atau 90 tablet selama masa kehamilan dan meningkatkan peran petugas kesehatan dalam melakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet Fe.


(18)

ABSTRACT

The coverage of Fe tablets in Aceh Besar District was very low, if not much lower than that of the other districts in Aceh; it was 12.4 percent for Fe 1 and 10.56 percent fof Fe3. The failure of distributing these tablets in this district can bring about the increase of anemia prevalence. However, there were no concrate data of anemia in the pregnant mothers, compliance to consume Fe tablets. One of the reasons was that the system of monitoring, recording and reporting by the health officials in the consumption of Fe tablets and in the routine checking of Hb content was not good enough. This research was aimed to analyze the influence of the head officials role (costumers, communicators, motivators, facilitators and counselors) on the pregnant mothers complience to consum Fe tablets in Aceh Besar District in 2009.

The type of the research was the prospective cohort research. The population was all pregnant mothers in the area of Aceh Besar District and they had already done health visit in the Public Health Center. The method of ghatering the data was by interviewing and checking the health progress of the pregnant mothers with Editing, Coding, Entry and Cleaning. The data were analyzed in univariate, bivariate and multivariate.

The result of the multivariate research showed that the variable which had significant imfluence on the complience to consume Fe tablets was customer variable and facilitator. The customer variable had the biggest influence on the complience to consume Fe tablets with the value of OR = 0.224 which indicated that the mothers acceptance of the head officials customer was good, and thus they were ready to consume Fe tablets 0,242 times (95% CI 0,083 – 0,704), compared with those who did not get the health officials customer.

It was suggested that the Pulic Health Center should distribute Fe tablets free of charge and which was in line with the goverment program : 30 tablets per visit or 90 tablets during the pregnancy. It was also suggested that the health officials should improve their role in monitoring, recording, and reporting the complience of the pregnant mothers to consume Fe tablets.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah gizi yang hingga saat ini belum dapat teratasi adalah anemia (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Dinegara berkembang, prevalensi anemia cukup tinggi, di India sekitar 88% ibu hamil menderita anemia dan pada wilayah Asia lainnya ditemukan hampir 60% ibu hamil dengan anemia (Gibney, et.all, 2009). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil terjadi penurunan secara tajam selama 15 tahun terakhir. Prevalensi anemia sebesar 70% pada tahun 1986, turun menjadi 63,5% pada tahun 1992, 50,9% tahun 1995 dan 40,1% pada tahun 2001 (Baliwati, dkk, 2006).

Anemia pada kehamilan bukannya tanpa resiko. Pada dasarnya ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, berat badan lahir rendah, perdarahan sebelum dan selama persalinan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janinnya (Tarwoto dan Wasnidar, 2007). Penelitian Chi, dkk tahun 1981

pada dua belas rumah sakit pendidikan di Indonesia didapatkan angka kematian ibu 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia (Prawirohardjo, 2002).


(20)

Oleh karenanya perlu dilakukan upaya untuk menurunkan prevalensi anemia gizi besi pada kehamilan. Departemen Kesehatan pada tanggal 1 Maret 2007 telah meluncurkan Kampanye Indonesia Bebas Anemia dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2008 (Medicastore, 2007).

Pemberian zat besi secara oral merupakan salah satu pendekatan untuk pencegahan dan pengendalian anemia defisiensi zat besi (Paath, 2005). Tablet zat besi pertama sekali diperkenalkan oleh Blaud pada tahun 1832 yang kemudian disebut ”pil Blaud” (DeMaeyer, 1998). Lebih lanjut Paath (2005) menjelaskan bahwa tablet besi disarankan diberikan perhari untuk semua wanita hamil tanpa memandang status besi oleh karena manfaatnya bagi kesehatan ibu hamil dan kesulitan biaya untuk menetapkan diagnosa defisiensi besi selama kehamilan. Suplementasi harus diberikan pada trimester ke 2 dan 3, saat efisiensi absorbsi meningkat dan risiko terjadinya mual muntah berkurang. Di Indonesia, Departemen Kesehatan menyarankan pemberian tablet besi pada semua wanita hamil sekitar 60 mg perhari selama 90 hari.

Gibney, et.all (2009) memastikan bahwa distribusi suplemen zat besi dalam jumlah yang adekuat dan kepatuhan ibu hamil terhadap program pengobatan merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut.

Namun, hingga sekarang cakupan distribusi dan kepatuhan ibu mengonsumsi tablet besi masih rendah. Menurut Shanty (2008), SKRT tahun 1999 melaporkan bahwa cakupan distribusi tablet besi hanya 27% dan kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi sebesar 23%.


(21)

Penelitian Artika (2004) di Desa Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang didapatkan bahwa sebanyak 9 orang ibu hamil (30,0%) tidak patuh dalam meminum tablet zat besi. Penelitian lainnya yang dilakukan Widarsa, dkk (2007) di wilayah Puskesmas Abiansemal Bandung, disimpulkan bahwa lebih dari 34% ibu hamil mengalami anemia. Pemberian suplemen besi per hari selama 13 minggu dapat menurunkan angka anemia, tetapi 9% dari mereka masih menderita anemia.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Gillispi (1998) bahwa kadar hemoglobin akan meningkat 1 gram/ dl jika dalam waktu 1-2 bulan ibu hamil mengonsumsi pil besi 60 mg.

Data cakupan distribusi tablet Fe1 di Indonesia (yaitu yang mendapatkan 30 tablet atau 1 bungkus pada kunjungan pertama atau mulai minggu ke 20) pada tahun 2002 adalah 64,62% dan dan Fe3 (yaitu yang mendapatkan 90 tablet atau 3 bungkus sampai trimester III) sebesar 54,92%. Cakupan Fe1 pada tahun 2003 adalah 69,14% dan 59,62% untuk Fe3 (

Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tahun 2006, distribusi cakupan pemberian tablet Fe1 adalah 69,38% dan 57,19% untuk Fe3 dengan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 200/100.000 kelahiran hidup. Cakupan terendah berada pada Kabupaten Aceh Besar yaitu 12,40% untuk Fe1 dan 10,56% untuk Fe3 dengan AKI 127/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi NAD, 2007). Di Kabupaten Aceh Besar cakupan terendah pada Kecamatan Lembah Seulawah sebesar 0,56% untuk Fe1 dan Kecamatan Lhoong, Leupung dan Lembah Seulawah sebesar 0% untuk Fe3 (Dinkes Kabupaten Aceh Besar, 2008).


(22)

Tidak tercapainya target distribusi tablet Fe di kabupaten tersebut dapat meningkatkan prevalensi anemia. Namun data anemia pada ibu hamil belum ada pelaporan yang jelas, apalagi data tentang kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe. Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan dalam konsumsi tablet Fe dan kurangnya pemeriksaan kadar Hb secara rutin.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya kerja, peran petugas. Faktor obat yaitu pengobatan yang sulit dilaksanakan, tidak menunjukkan kearah penyembuhan, waktu yang lama dan efek samping obat. Faktor penderita seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan dukungan keluarga (Anonim, 2008).

Sedangkan secara khusus, faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet Fe yaitu pengetahuan ibu hamil, pendidikan dan kunjungan ante natal care. Petugas kesehatan memegang peranan penting dalam setiap kunjungan ante natal care, petugas kesehatan harus mengenal kehamilan risiko tinggi khususnya anemia kurang gizi dan memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil (Anonim, 2002).

Petugas kesehatan atau lebih khususnya dokter mempunyai peranan penting dalam proses pengobatan dan penyembuhan penyakit pasien (Sarwono, 2007). Petugas kesehatan menurut Potter dan Perry (2007) terdiri dari empat kelompok


(23)

profesi yaitu bidan, perawat, dokter dan profesi kesehatan lain seperti ahli gizi, dan lain sebagainya.

Salah satu petugas kesehatan yang terlibat dalam pengelolaan anemia pada ibu hamil adalah bidan. Bidan menurut IBI (2005) dapat berperan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan, pengelola institusi pelayanan kesehatan, pendidik dalam asuhan kebidanan dengan memberikan pendidikan kesehatan dan konseling serta peneliti. Menurut Simatupang (2008), sebagai pelaksana pelayanan kebidanan bidan dapat berperan sebagai provider dan konselor dan menurut Herawati (2006) petugas kesehatan dapat berperan sebagai komunikator, motivator, fasilitator dan konsultan. Muninjaya (2004) juga menjelaskan bahwa petugas kesehatan harus menyadari peranannya sebagai customer yaitu staf yang diberikan tugas istimewa memberikan asuhan pelayanan medis dan kesehatan kepada masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan. Menurut IBI (2005), dalam pengelolaan anemia kehamilan, bidan harus memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil dan pada setiap kunjungan antenatal, memberikan penyuluhan tentang gizi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin C dan menanyakan apakah ibu hamil meminum tablet Fe sesuai dengan ketentuan.

Kenyataannya, hasil penelitian menunjukkan bahwa peran petugas kesehatan dalam peningkatan kepatuhan konsumsi tablet Fe masih belum baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Noviyanti (2004) di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh bahwa dari 68 orang ibu hamil, 6 orang (8,8%) menyatakan peran petugas masih kurang baik dan 4 orang (4,5%) diantaranya tidak mengonsumsi tablet


(24)

Fe. Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Susanti (2002) di Pekalongan bahwa ada hubungan bermakna antara faktor pelayanan petugas (seperti pemeriksaan kasus anemia, konseling dan pemberian tablet Fe) dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe. Dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan masalah rendahnya peran petugas dalam pelayanan kesehatan, misalnya pasien jarang sekali diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau perasaannya. Seringkali petugas memberikan terlalu banyak informasi dan berbicara dengan gaya paternalistik dan merendahkan pasien, terutama jika pasien berasal dari sosial ekonomi yang rendah (Sarwono, 2007).

Masalah lainnya adalah ketidakpuasan pasien dalam proses konseling. Sebagai konselor, petugas kesehatan harus mau mendengarkan perasaan dan pandangan pasien dan memberikan anjuran dan saran yang realistis, sehingga saran itu lebih mungkin dilaksanakan oleh pasien, kenyataannya 40-50% pasien tidak sepenuhnya mematuhi instruksi petugas kesehatan, misalnya tidak meminum obat sesuai dengan dosisnya atau malah menggunakan obat lain disamping obat yang diberikan oleh petugas. Padahal kepatuhan pasien kepada dokternya adalah kepuasan terhadap hasil dari proses konsultasi dan konseling (Sarwono, 2007).

Berdasarkan paparan diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.


(25)

1.2. Permasalahan

Cakupan distribusi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar masih sangat rendah bahkan yang terendah dibandingkan dengan kabupaten lain di NAD, yaitu 12,40% untuk Fe1 dan 10,56% untuk Fe3. Tidak tercapainya target distribusi tablet Fe di kabupaten tersebut dapat meningkatkan prevalensi anemia. Namun data anemia pada ibu hamil belum ada pelaporan yang jelas, apalagi data tentang kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe. Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan dalam konsumsi tablet Fe dan rendahnya pemeriksaan kadar Hb secara rutin.

Berdasarkan permasalahan diatas, perumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.


(26)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi Bidang Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar agar dapat meningkatkan pendistribusian tablet Fe kepada puskesmas dan posyandu dan dapat melakukan supervisi kepada petugas kesehatan agar berperan aktif dalam kegiatan monitoring kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet Fe.

2. Sebagai bahan informasi bagi Kabupaten Aceh Besar tentang kegiatan petugas kesehatan dalam monitoring kepatuhan konsumsi tablet Fe serta pengaruhnya terhadap cakupan konsumsi tablet Fe dan prevalensi anemia. 3. Sebagai bahan masukan bagi organisasi kesehatan untuk meningkatkan

peran petugas dalam kegiatan monitoring kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe.

4. Sebagai informasi bagi institusi pendidikan kesehatan tentang perilaku masyarakat khususnya ibu hamil dalam mentaati program pengobatan serta upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe 2.1.1. Kepatuhan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan merupakan respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya (Notoatmojo, 2007).

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Gejala kejiwaan yang yang dimaksud dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya, masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Perilaku mengonsumsi obat merupakan perilaku peran sakit yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan penderita agar dapat sembuh. Kepatuhan menjalankan aturan pengobatan sangat penting untuk mencapai kesehatan secara optimal. Perilaku kepatuhan dapat berupa perilaku patuh dan tidak patuh yang dapat diukur melalui dimensi kemudahan, lama pengobatan, mutu, jarak dan keteraturan pengobatan. Kepatuhan akan meningkat bila instruksi pengobatan jelas, hubungan obat terhadap


(28)

penyakit jelas dan pengobatan teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih, petugas kesehatan yang menyenangkan dan berwibawa, dukungan sosial keluarga pasien dan lain sebagainya (Medicastore, 2007).

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut perintah. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain (Santoso, 2005). Menurut Anonim (2008) tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan, yang sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan, perhitungan tingkat kepatuhan dapat dikontrol bahwa pelaksanaan program telah melaksanakan kegiatan sesuai standar.

Pengertian kepatuhan menurut Sacket adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan, misalnya dalam melakukan diet dan menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam bidang pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajiban untuk berobat sedemikian rupa sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan (Anonim, 2008).

Menurut Kelman perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru internalisasi. Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru itu, dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (Sarwono, 2007).


(29)

Pada tahap identifikasi, kepatuhan timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas kesehatan atau tokoh tersebut. Pada tahap ini belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat mengkaitkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga jika ia ditinggalkan oleh tokohnya idolanya, maka ia tidak merasa perlu lagi melanjutkan perilaku tersebut. Sedangkan pada tahap internalisasi, perubahan perilaku baru dapat optimal dimana perilaku yang baru tersebut dianggap bernilai positif bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya (Sarwono, 2007).

Menurut Medicastore (2007), medication compliance (kepatuhan pengobatan) adalah mengonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lain sesuai dengan waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan hanya akan efektif apabila pasien mematuhi aturan dalam penggunaan obat. Apabila ada anjuran untuk menghabiskan obat tersebut, maka harus mengonsumsi obat tersebut sampai habis.

Lebih lanjut Medicastore (2007) menjelaskan ada beberapa tips untuk membantu ibu hamil atau pasien mengonsumsi obat tepat pada waktunya, seperti : 1. Menyesuaikan waktu minum obat dengan rutinitas sehari-hari, misalnya pada

pagi hari saat sarapan, siang hari saat makan siang, malam hari saat makan malam atau sebelum tidur.

2. Pasang alarm pada jam-jam yang sama untuk mengingatkan waktu minum obat. 3. Gunakan pot-pot obat atau kantung-kantung obat dan isi dengan obat-obat yang

harus diminum pada waktu yang tertentu, lalu beri label dan simpan kantung-kantung tersebut dalam wadah yang mudah dijangkau.


(30)

4. Penting untuk menyimpan obat-obatan di tempat yang diketahui secara pasti, supaya tidak harus menghabiskan waktu mencari-cari saat datangnya waktu minum obat.

5. Yang terpenting adalah jangan pernah menghentikan penggunaan obat atas keinginan sendiri karena merasa lebih sembuh dan jangan pernah menyembunyikan ketidakpatuhan dari petugas kesehatan.

Ada beberapa faktor yang mendukung kepatuhan pasien dalam pengobatan yaitu: (1) pengetahuan yang diperoleh pasien, misalkan membaca buku-buku, mendengarkan kaset tentang kesehatan; (2) memahami kepribadian pasien, sehingga menimbulkan empati perasaan pasien; (3) adanya dukungan sosial dari keluarga atau teman-teman; (4) perawatan dibuat sederhana; dan (5) meningkatkan interaksi profesional antara pasien dengan petugas kesehatan (Medicastore, 2007).

Untuk monitoring kepatuhan konsumsi tablet Fe dapat diukur dengan cara : (1) terjadinya perubahan warna hitam pada tinja menunjukkan bahwa sasaran minum tablet Fe. Adanya Fe dalam tinja juga dapat diketahui dengan tes Afifi; (2) melihat kemasan bungkus tablet Fe, untuk memantau jumlah tablet Fe yang telah dikonsumsi; (3) supervisi dan monitoring untuk melihat apakah tablet Fe benar-benar dikonsumsi oleh ibu hamil; (4) melihat perkembangan kesehatan ibu hamil apakah sasaran mengonsumsi tablet Fe (Depkes RI, 1999).

Perkembangan kesehatan ibu hamil dapat dilihat dari gejala-gejala utama yang ditimbulkan akibat anemia yaitu 5 L (lesu, lemah, letih, lelah dan lalai) dan gejala anemia lainnya. Gejala-gejala tersebut diakibatkan karena kekurangan Hb dalam


(31)

darah, mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransport ke sel tubuh maupun otak (Depkes RI, 1999).

Sri (2001) pernah melakukan penelitian tentang sistem monitoring yang tepat untuk mengawasi konsumsi tablet Fe dengan jenis penelitian quasy experimental yaitu dengan memberikan kartu, yang dapat dengan mudah ditandai oleh ibu hamil pada saat mengonsumsi tablet besi. Kartu ini harus dibawa pada saat periksa kehamilan, kemudian petugas kesehatan dapat memonitor melalui kartu ini.

Hasil penelitian Sri (2001) diperoleh bahwa kartu monitoring dan model pengawasan oleh bidan dapat memberikan efek yang cukup baik untuk mengingatkan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. Dengan demikian dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dan menurunkan angka droup out konsumsi tablet besi. Oleh karena itu selain diberikan tablet besi, perlu pula disertai suatu perangkat yang berfungsi untuk mengingatkan ibu hamil agar tidak lupa minum tablet besi tersebut, dan sekaligus berperan sebagai alat monitoring bagi petugas kesehatan. Perangkat tersebut dapat berupa kartu seperti yang telah dikembangkan dalam penelitian ini atau bentuk lainnya, yang perlu dikembangkan lagi.

Menurut Wiknjosatro (2002), kepatuhan minum tablet Fe apabila ≥ 90 % dari tablet besi yang seharusnya diminum. Kepatuhan ibu hamil minum pil besi merupakan faktor penting dalam menjamin peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil. Menurut Depkes RI (1999), target konsumsi tablet Fe1 (1 bungkus pertama) pada bulan pertama adalah 90%, sedangkan Fe3 (1 bungkus) pada bulan ketiga adalah 85%.


(32)

2.1.2. Konsumsi Tablet Fe

Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen yang essensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pemindahan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin. Disamping itu berbagai jenis enzim memerlukan zat besi sebagai faktor penggiat (Paath, dkk, 2005). Tablet zat besi adalah sebuah tablet yang mengandung ferri karbonat sebagai konstituen pokok. Preparat zat besi jenis lain yang sering digunakan adalah ferro fumarat, glukonat dan sulfat. Tablet zat besi diperkenalkan oleh Blaud pada tahun 1832 yang kemudian disebut ”pil Blaud” (DeMaeyer, 1998).

Manfaat zat besi adalah untuk sintesis haemoglobin dalam darah, memproduksi panas untuk adenotrifosfat dalam respirasi sel. Zat besi disimpan dalam hepar, limpa dan sumsum tulang. Komposisi zat besi dalam tubuh adalah 70% dalam haemoglobin darah dan 30% dalam mioglobin. Haemoglobin (Hb) darah berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan mioglobin berfungsi sebagai simpanan oksigen dalam intramuskuler (Mandriwati, 2008). Total kebutuhan zat besi kira-kira antara 2-6 gram, tergantung berat badan dan kadar Hb nya (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sekitar 30 sampai 40 mg (Manuaba, 1998).

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa haemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Kriteria anemia menurut WHO adalah


(33)

Hb <11 gram/dl. Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya adalah Hb <10 gram/dl, hemotokrit <30% dan eritrosit <2,8 juta/mm³ (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan alat Sahli dapat digolongkan yaitu Hb 11 gram/dl adalah tidak anemia, 9-10 gram/dl untuk anemia ringan, 7-8 gram/dl untuk anemia sedang dan <7 gram/dl untuk anemia berat (Manuaba, 2001).

Menurut WHO kejadian anemia selama kehamilan berkisar antara 20-89% dengan menetapkan Hb 11 gram/dl sebagai dasarnya. Angka kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% pada trimester II dan 24,8% pada trimester III. Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia atau 7 dari 10 wanita menderita anemia kekurangan gizi. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah dan murah (Manuaba, 1998).

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gram/dl (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gram/dl pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gram/dl pada trimester II (Saifuddin, 2002).

Penyebab utama anemia karena defisiensi zat besi khususnya dinegara berkembang adalah konsumsi gizi yang tidak memadai. Banyak orang bergantung


(34)

hanya pada makanan nabati yang memiliki absorbsi zat besi yang buruk dan terdapat beberapa zat dalam makanan tersebut yang mempengaruhi absorbsi besi (Gibney, et.al, 2009).

Penyebab lainnya adalah karena darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002).

Tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi tidak khas, hampir sama dengan anemia pada umumnya yaitu cepat lelah atau kelelahan, hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang, sehingga metabolisme otot terganggu, nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi akibat otak kekurangan oksigen karena daya angkut hemoglobin berkurang, terkadang sesak nafas karena tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi pernafasan lebih dipercepat, palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi dan tanda lainnya adalah pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa dan konjungtiva. Tanda khas anemia defisiensi besi adalah adanya kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung mirip sendok (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).


(35)

Setiap ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas agar diperiksa kadar Hbnya (Depkes RI, 1999). Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III (Manuaba, 2001).

Upaya pencegahan dan penangulangan pada dasarnya adalah mengatasi penyebabnya, Pada anemia berat (kadar haemoglobin <8 gram/dl) biasanya terdapat penyakit yang melatarbelakangi yaitu antara lain penyakit tubercolosis, infeksi cacing dan malaria, sehingga selain penanggulangan pada anemianya, harus dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut (Depkes RI, 1999).

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 7000 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

Ibu hamil dengan anemia zat besi tidak mampu memenuhi kebutuhan zat besi pada janinnya secara optimal sehingga janin sangat resiko terjadinya gangguan kematangan atau kematuran organ tubuh janin dan risiko terjadinya prematur. Perdarahan saat melahirkan pada keadaan anemia sangat berisiko mengalami


(36)

perdarahan hipovelemik dan kematian akan lebih besar (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Menurut Depkes RI (1999) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan zat besi yaitu :

1. Meningkatkan program penyuluhan tentang konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan sumber hewani (heme-iron) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan dan lain-lain. Selain itu juga perlu ditingkatkan makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayur-sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan haemoglobin.

2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi yaitu menambahkan zat besi asam folat, vitamin A dan asam amino essensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri pangan. Untuk mengetahui bahan makanan yang mengandung zat besi dianjurkan membaca label pada kemasannya. 3. Suplementasi besi folat secara rutin selama jangka waktu tertentu adalah untuk

meningkatkan kadar haemoglobin secara cepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang perlu diikuti dengan cara lainnya.

Menurut Gibney, et.al (2009), ada empat pendekatan utama untuk pencegahan dan pengendalian anemia karena defisiensi zat besi yaitu (1) penyediaan suplemen zat besi, (2) fortifikasi bahan pangan yang bisa dikonsumsi dengan zat besi, (3) edukasi


(37)

gizi dan (4) pendekatan berbasis hortikultur untuk memperbaiki ketersediaan hayati zat besi pada bahan pangan yang umum.

Upaya Depkes lainnya seperti yang tercantum pada Amiruddin (2007) adalah (1) penggunaan Buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun 1999, dan poster-poster mengenai tablet besi sudah dibagikan, (2) Buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi petugas sejak tahun 1993 sampai sekarang, (3) kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap sekarang sudah mengalami perbaikan yaitu tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet per bungkus aluminium dengan komposisi yang sama. Namun program di lapangan menunjukkan bahwa belum semua ibu hamil mendapatkan tablet besi sesuai yang diharapkan program yaitu 90 tablet.

Dosis pemberian zat besi dibedakan atas dosis pencegahan dan dosis pengobatan. Dosis pencegahan diberikan kepada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan kadar Hb. Dosis yang dianjurkan untuk ibu hamil sampai masa nifas adalah sehari satu tablet (60 mg besi elemental) dan 0,25 mg asam folat. Berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan. Mulai pemberian pada waktu perama kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya (Kunjungan pertama atau K1) (Depkes RI, 1999).

Sedangkan dosis pengobatan diberikan kepada sasaran dengan anemia (kadar Hb kurang dari batas seimbang). Bila ibu hamil sampai masa nifas dengan kadar Hb<11 gram/dl, pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari pada kehamilannya


(38)

sampai 42 hari setelah melahirkan (Depkes RI, 1999). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Cara Pemberian Tablet besi pada Setiap Kelompok Sasaran Kelompok Sasaran Ibu hamil Sampai Masa Nifas Bayi (6-12 bulan) Anak Balita (12-60 bulan) Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) Remaja Putri, WUS, Pekerja Wanita dan Calon Pengantin Wanita Saat/Waktu Pemberian Setiap hari minimal 90 hari Setiap hari selama 60 hari Setiap hari selama 60 hari Setiap minggu selama 3 bulan Setiap minggu selama 16 minggu Dosis Pencegahan

1 x 1 tablet/hari

1 x ½ sendok takar/hari

1 x 1 sendok takar/hari

1 x 1 tablet/ming

gu

1 x 1 tablet/minggu Dosis

Pengobatan

3 x 1 tablet/hari

3 x ½ sendok takar/hari

3 x 1 sendok takar/hari

1 x 1 tablet/hari

1 x 1 tablet/hari

Sumber : Depkes RI (1999).

Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di Puskesmas (Manuaba, 2001). Beri tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut. Bila Hb kurang dari 11 gram/dl teruskan pemberian tablet Fe (IBI, 2005).

Untuk menghindari akibat yang tidak diinginkan, maka ibu hamil dengan anemia perlu ditangani segera dengan asupan nutrisi yang baik sesuai dengan kebutuhan antara lain makanan yang mengandung zat besi dan protein cukup (bahan pangan hewani dan nabati seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan) dan sayuran berwarna hijau yang mengandung mineral dan vitamin (Paath, dkk, 2005).


(39)

Kebutuhan suplemen zat besi pada ibu hamil menurut Hilman et.al dalam Mandriwati (2008) adalah 65 mg perhari sejak umur kehamilan 20 minggu. Kemasan suplemen zat besi berupa tablet sulfat ferosis. Penyerapan zat besi bisa meningkat bila ada zat asam dalam lambung dan bisa terhambat bila diminum bersamaan dengan makanan dan minuman yang mengandung alkohol, teh, kopi, coklat, buah-buahan yang mengandung alkohol (seperti durian, nanas, mangga, kuini). Cara minum yang baik adalah bersamaan dengan minum vitamin C/jus/buah jeruk atau minum bersamaan dengan makan daging atau ikan sehingga menstimulasi asam lambung.

Menurut Waterbury (2001), pengobatan dengan tablet besi diberikan dalam keadaan perut kosong (1 jam sebelum makan) dan bila timbul efek samping maka dapat diberikan tablet besi bersamaan dengan makanan (meskipun terjadi penurunan penyerapan zat besi sebesar 50%), tetapi tidak bersamaan dengan obat maag (antasida) dan dengan teh (penyerapan sangat menurun).

Biasanya ibu hamil diberikan tablet zat besi untuk mencukupi kebutuhan zat besi, untuk perkembangan otak janin dan pembentukan sel darah merah. Namun sebaiknya ibu hamil tidak berlebihan dalam mengonsumsi zat besi, sebab hal itu akan menyababkan peningkatan tekanan darah, padahal tekanan darah yang tinggi akan menyulitkan proses persalinan. Dalam laporan yang dimuat dalam the British Journal of Obstetrics and Gynecology, peneliti dari Universitas Iranian, mengatakan bahwa kelebihan zat besi berpengaruh buruk pada janin dan ibunya. ”Anemia memang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan kurang atau lahir prematur, tapi bukan


(40)

berarti wanita hamil mengonsumsi pil vitamin secara membabi buta,” katanya (Anonim, 2006).

Sebaiknya ibu hamil hanya mengonsumsi suplemen zat besi jika direkomendasikan oleh dokter. Untuk menjamin perkembangan otak dan kecerdasan yang optimal, Food Standards Agency, Inggris, merekomensikan ibu hamil untuk mengonsumsi tambahan vitamin, terutama asam folat dan vitamin D, sedangkan kebutuhan nutrisi lain sudah cukup didapatkan dari makanan. Sumber zat besi yang baik terdapat pada daging, telur, susu, sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan seperti tempe dan tahu (Anonim, 2006).

Kekurangan zat besi menyebabkan anemia, pada kondisi hamil pada ibu-ibu yang aktif bekerja membutuhkan zat besi lebih banyak, karena zat besi dikeluarkan untuk energi bersama dengan kalori. Fungsi persiapan zat besi dalam tubuh ibu hamil adalah untuk kebutuhan aktifitas tubuh setiap hari, untuk stabilitas kadar Hb darah supaya aliran oksigen ke janin optimal dan menghindari kelelahan saat bersalin sehingga tidak terjadi perdarahan yang berlebihan (Mandriwati, 2008).

2.2. Peran Petugas Kesehatan

Peran adalah tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Depdikbud, 2001). Peran adalah suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang kedudukan. Jadi peran menggambarkan


(41)

perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umum (Sarwono, 2007).

Ahli sosiologi menemukan sesuatu yang bermanfaat untuk mempelajari interaksi antara individu sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai peranan. Suatu peranan, apakah dokter, perawat, bidan atau petugas kesehatan lain mempunyai kewajiban atau paling tidak diharapkan untuk menjalankan suatu tugas atau kegiatan yang sesuai dengan peranannya (Muzaham, 2007).

Petugas kesehatan adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Azwar, 1996). Petugas kesehatan berdasarkan pekerjaannya adalah tenaga medis, dan tenaga paramedis seperti tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga penunjang medis dan lain sebagainya. Ada dua aspek mutu pelayanan kesehatan yang perlu dilakukan di puskesmas yaitu quality of care dan quality of service. Quality of care antara lain menyangkut keterampilan tehnis petugas kesehatan (dokter, bidan, perawat atau paramedis lain) dalam menegakkan diagnosis dan memberikan perawatan kepada pasien (Muninjaya, 2004).

Adapun peran petugas kesehatan adalah sebagai berikut : 2.2.1. Customer

Sebagai pemberi pelayanan, petugas membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Petugas memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya mengembalikan kesehatan


(42)

emosi, spiritual dan social. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal (Potter dan Perry, 2007).

Sebagai customer, bidan harus melakukan pemeriksaan status anemia pada kunjungan pertama ibu hamil, melakukan anamnesis riwayat kesehatan dan mengisi KMS ibu hamil atau buku KIA atau kartu ibu secara lengkap, memeriksa kadar Hb. Pemeriksaan Hb dapat dilakukan jika ada tanda-tanda anemia (IBI, 2005). Pada anemia ibu hamil data yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan (seperti riwayat penyakit diabetes, ginjal, jantung, darah) dan penyakit pencernaan, pola kebiasaan (seperti pola makan, sumber makanan dan jenis makanan, kebiasaan minum teh, kopi, alkohol, merokok), sosial ekonomi keluarga, jumlah keluarga, jarak kelahiran, pemeriksaan kesehatan selama hamil dan riwayat persalinan (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Riwayat penyakit perlu dikaji, karena anemia dapat terjadi karena penyakit pada saluran pencernaan yang mengakibatkan perlukaan dan perdarahan gastrointestinal serta gangguan absorbsi besi pada usus karena infeksi atau neoplasma. Atau gangguan fungsi sumsum tulang akibat adanya tumor, pengobatan, toksin dan tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya eritropoitin pada penyakit ginjal (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering


(43)

seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis (Manuaba, 1998).

Berikutnya juga dilakukan pemeriksaan fisik (seperti ekspresi wajah, konjungtiva, sklera, keadaan kuku dan kulit, tekanan darah dan nadi, kardio vaskuler, keadaan ginjal dan pemeriksaan stomatiti, glositis dan cheilitis) dan pemeriksaan laboratorium seperti haemoglobin, haemotokrit, serum besi, serum asam folat dan serum vitamin B12 (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Petugas kesehatan harus memberikan asuhan antenatal yang baik seperti melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah kehamilannya normal, memberikan konseling tentang gizi, aktifitas dan istirahat, memberikan zat besi hari mulai minggu ke 20 (Saifuddin, 2004).

Penimbangan berat badan dilakukan pada umur kehamilan trimester I dan II bertujuan untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu sebelum dan sesudah hamil. Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung mulai trimester I sampai dengan trimester III berkisar antara 9–13,5 kg. Kenaikan berat badan normal setiap minggu pada kehamilan trimester III adalah 0,4–0,5 kg. Penurunan berat badan yang berlebihan menyebabkan ibu mengalami gizi kurang dan anemia (Mandriwati, 2008).

Dalam pemberian pelayanan suplemen gizi, ada beberapa aspek yang dilakukan yaitu menyiapkan lingkungan, menyiapkan obat-obatan dan mencuci tangan. Berikutnya menyiapkan ibu dengan memberikan informasi tentang jenis suplemen yang akan diberikan dan memberikan suplemen kepada ibu sesuai dengan kebutuhan.


(44)

Petugas perlu menanyakan kepada ibu apakah ibu sudah memahami cara minum suplemen yang diberikan, apabila belum maka perlu dilanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang cara minum, makanan atau minuman yang menghambat penyerapan, efek samping dan cara penyimpanan dirumah (Mandriwati, 2008).

2.2.2. Komunikator

Komunikator adalah orang ataupun kelompok yang menyampaikan pesan ataupun stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain yang menerima pesan tersebut memberikan respon (Mundakir, 2006).

Menurut Mundakir (2006), petugas kesehatan secara fisik dan psikologis harus hadir secara utuh pada waktu berkomunikasi dengan klien. Petugas tidak cukup hanya mengetahui tehnik komunikasi dan isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap dan penampilan dalam berkomunikasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar menjadi komunikator yang baik yaitu :

1. Penampilan yang baik, sopan dan menarik sangat berpengaruh dalam proses komunikasi. Seorang yang menerima pesan adakalanya yang pertama diperhatikan adalah penampilan komunikator. Sebagai seorang petugas kesehatan, penampilan yang bersih, sopan dan menarik sangat perlu dalam menjalankan perannya memberikan asuhan pelayanan kepada klien.

2. Penguasaan masalah. Sebelum melakukan komunikasi seorang komunikator hendaknya faham dan yakin betul bahwa apa yang akan disampaikan merupakan


(45)

permasalahan yang penting. Penguasaan masalah juga dapat meningkatkan kepercayaan komunikasi terhadap komunikator.

3. Penguasaan bahasa. Proses komunikasi akan berjalan lambat apabila bahasa yang digunakan kurang sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh penerima pesan. Penguasaan bahasa yang kurang baik dapat menyebabkan salah penafsiran. Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran yang lain. Pelayanan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, komunikasi antar profesi kesehatan lainnya. Memberi perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga atau mengajarkan sesuatu kepada klien, tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan klien (Potter dan Perry, 2007).

Sebagai komunikator petugas seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian informasi sangat diperlukan karena menurut Notoatmodjo (2003), komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu diperlukan komunikasi yang efektif dari petugas kesehatan.

Dalam penanganan anemia kehamilan, petugas harus bersikap ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan. Melakukan pemeriksaan kadar Hb pada minggu ke-20 atau pada semua ibu hamil dengan kunjungan pertama (IBI, 2005). Petugas kesehatan harus mengevaluasi pemahaman ibu tentang informasi yang diberikan.


(46)

Juga memberikan pesan kepada ibu apabila terjadi efek samping yang tidak bisa ditanggulangi segera datang untuk konsultasi ke petugas (Mandriwati, 2008).

Pendidikan gizi diharapkan terjadinya perubahan perilaku ke arah perbaikan konsumsi pangan dan status gizi yaitu cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih dan menggunakan pangan (Baliwati, dkk, 2006). Berikan informasi tentang gizi pada setiap kunjungan antenatal tentang perlunya minum tablet Fe, mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin C serta menghindari minum teh/kopi atau susu dalam 1 jam sebelum atau sesudah makan (IBI, 2005).

2.2.3. Motivator

Motivasi berasal dari kata motif (motive) yang artinya adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang hingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga pada seseorang maupun sekelompok masyarakat tersebut sehingga mau berbuat dan bekerja sama secara optimal, melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar,1996).

Motivasi juga didefinisikan sebagai kekuatan dari dalam individu yang mempengaruhi kekuatan atau petunjuk perilaku, motivasi itu mempunyai arti mendorong/menggerakkan seseorang untuk berperilaku, beraktivitas dalam mencapai tujuan (Widayatun, 1999). Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama


(47)

dalam berprilaku. Motivator adalah orang yang memberikan motivasi atau dorongan kepada seseorang untuk berperilaku (Santoso, 2005).

Petugas harus menanyakan apakah ibu hamil minum tablet Fe sesuai dengan ketentuan dan apakah persediaannya cukup. Tablet zat besi harus diminum 1 tablet sehari selama 90 hari. Dengarkan keluhan yang disampaikan ibu dengan penuh minat dan yang perlu diingat adalah semua ibu memerlukan dukungan moril selama kehamilannya (IBI, 2005).

2.2.4. Fasilitator

Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan atau menyediakan fasilitas (Santoso, 2005). Petugas kesehatan harus dapat berperan sebagai fasilitator bagi klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagai fasilitator bidan dilengkapi dengan Buku Pedoman Pemberian Tablet Fe dengan tujuan agar petugas mampu melaksanakan pemberian tablet Fe pada kelompok sasaran dalam upaya menurunkan prevelensi anemia. Adapun tujuan khususnya adalah agar petugas kesehatan mampu menentukan kelompok sasaran dengan anemia, mampu mengelola pengadaan tablet Fe, mampu melakukan pemberian tablet Fe dan melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian tablet Fe (Depkes RI, 1999).

Ibu hamil harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir (Saifuddin, 2004). Menurut IBI (2005) bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua


(48)

kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bidan juga harus merencanakan kunjungan secara teratur ke posyandu, kelompok ibu, insitusi pendidikan dan tempat kegiatan masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan atau kebersihan secara umum, kesiapan menghadapi kehamilan, makanan bergizi, pencegahan anemia, kematangan seksual, kehidupan seksual yang bertanggung jawab dan bahaya kehamilan pada usia muda.

2.2.5. Konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Depkes RI, 2002).

Tujuan umum pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil mencapai perkembangan yang optimal dalam batas-batas potensi yang dimiliki dan secara khusus bertujuan untuk mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, membimbing ibu belajar membuat keputusan dan membimbing ibu mencegah timbulnya masalah (Mandriwati, 2008).

Pada umumnya jasa konseling diperlukan apabila ada pihak yang mempunyai kesulitan tentang sesuatu dan berharap dengan konsultasi kesulitan tersebut dapat teratasi. Konseling adalah bagian dari peran dan tanggung jawab petugas kesehatan kepada klien dalam memberikan pelayanan yang optimal (Mundakir, 2006).

Konseling berbeda dengan komunikasi infomasi edukasi karena konseling merupakan upaya untuk menciptakan perubahan perilaku yang dilaksanakan secara


(49)

individu atau kelompok dengan menggunakan komunikasi efektif, untuk mengutarakan permasalahan sesuai dengan kondisi sasaran sampai sasaran merasakan permasalahannya dan membimbing dalam pelaksanaannya (Mandriwati, 2008).

Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu pembinaan hubungan baik, penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan sebagainya) dan pemberian informasi sesuai kebutuhan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan dan menindaklanjuti pertemuan (Depkes RI, 2002). Langkah-langkah pelaksanaan konseling menurut Mandriwati (2008) adalah tahap persiapan dan tahap pelaksaan. Tahap persiapan yaitu menyiapkan ruangan yang kondusif, menyiapkan alat-alat peraga sesuai dengan kebutuhan dan menyiapkan alat tulis, catatan dan kartu ibu sesuai dengan kebutuhan.

Tahap pelaksanaan konseling disingkat dengan GATHER yaitu greet (menyapa ibu untuk memulai percakapan dan menciptakan suasana yang akrab), ask (menanyakan permasalahan kehamilan yang sedang dihadapi), tell (memberi informasi tentang cara atau metode yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah), help (yaitu membantu ibu memilih cara yang tepat untuk mengatasi permasalahannya sesuai dengan kemampuan ibu), explain (menjelaskan secara rinci tehnik pelaksanaan cara-cara yang dipilih) dan return (membuat kesepakatan dengan ibu untuk pertemuan berikutnya untuk mengevaluasi keberhasilan cara-cara pemecahan masalah yang telah dilaksanakan) (Mandriwati, 2008).

Petugas kesehatan harus mampu menjadi konselor untuk menjalankan peran dan fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kesehatan ditengah-tengah masyarakat.


(50)

Sebagai konselor petugas harus mampu meyakinkan ibu bahwa ia berada dalam asuhan orang yang tepat sehingga ibu mau berbagi cerita seputar permasalahan kesehatan yang dialaminya dan ibu mau menerima asuhan yang diberikan (Simatupang, 2008).

Sifat konselor yang baik adalah mau mengajar dari dan melalui pengalaman, mampu menerima orang lain, mau mendengarkan dan sabar, optimis, respek, terbuka terhadap pandangan dan interaksi yang berbeda, tidak menghakimi, dapat menyimpan rahasia, mendorong pengambilan keputusan, memberi dukungan, membentuk dukungan atas dasar kepercayaan, mampu berkomunikasi, mengerti perasaan dan kekhawatiran orang lain dan mengerti keterbatasan mereka (Simatupang, 2008).

Sikap empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (compliance) (Muninjaya, 2004).

2.3.Landasan Teori

Ada Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya kerja, peran petugas. Faktor obat yaitu pengobatan yang sulit dilaksanakan, tidak menunjukan kearah penyembuhan, waktu yang lama dan efek samping obat. Faktor penderita seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan dukungan keluarga (Anonim, 2008).


(51)

Sedangkan secara khusus, faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet Fe yaitu pengetahuan ibu hamil, pendidikan dan kunjungan ante natal care (Anonim, 2002). Peran petugas kesehatan adalah sebagai komunikator, motivator, fasilitator dan konsultan (Herawati, 2006). Petugas kesehatan juga harus menyadari peranannya sebagai customer (Muninjaya, 2004). Sebagai pelaksana pelayanan kebidanan bidan dapat berperan sebagai provider dan konselor Simatupang (2008). Untuk lebih jelas berikut ini digambarkan kerangka teori penelitian berlandaskan modifikasi dari beberapa teori diatas yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1. Landasan Teori Faktor yang mempengaruhi kepatuhan Konsumsi Tablet Fe (Sumber : Muninjaya, 2004; Herawati, 2007; Anonim, 2002; Anonim, 2008).

Faktor Petugas • Jenis Petugas

• Pengetahuan Petugas • Lama bekerja

• Peran petugas sebagai: 1. Komunikator 2. Motivator 3. Fasilitator 4. Konselor 5. Customer

Kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi

tablet Fe Faktor Obat :

• Tingkat kesembuhan

• Waktu penyembuhan

• Efek samping obat Faktor Pasien :

• Umur

• Pekerjaan

• Dukungan keluarga • Pengetahuan • Pendidikan

• Kunjungan kesehatan

Tidak Patuh Patuh


(52)

2.4.Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang dikemukakan diatas, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Peran Petugas Kesehatan :

1. Customer 2. Komunikator 3. Motivator 4. Fasilitator 5. Konselor

Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Fe


(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif, yaitu untuk mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek, penyakit) dengan melakukan penelusuran terhadap insidens efek atau penyakit yang timbul akibat pajanan faktor risiko tertentu (Sastroasmoro, 1995).

Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi ibu hamil tanpa kepatuhan dan tanpa peran petugas kesehatan. Kemudian ibu hamil diikuti, sebagian akan terpajan dengan faktor risiko (peran petugas) dan sebagian tidak. Pengamatan dilakukan selama 3 bulan, kemudian dibandingkan insidens efek (kepatuhan konsumsi tablet Fe) pada kelompok ibu hamil dengan adanya peran petugas dan kelompok ibu hamil dengan tanpa peran petugas, seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 3.1. Pola Jenis Penelitian Kohort Prospektif Ibu hamil tanpa

peran petugas dan tanpa kepatuhan

Ada peran petugas

Tidak ada peran petugas Penelitian mulai disini

Apakah terjadi efek

Patuh Tidak patuh Patuh Tidak Patuh Diikuti prospektif


(54)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Besar, dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan daerah dengan angka cakupan distribusi tablet Fe terendah dibandingkan dengan Kabupaten lain di Provinsi Aceh yaitu 12,40% untuk Fe1 dan 10,56% untuk Fe3. Penelitian ini dimulai sejak penyusunan proposal, kolokium, pelaksanaan penelitian, konsultasi hasil penelitian, seminar hasil dan ujian tesis yang berlangsung sejak bulan Januari 2009 sampai dengan Januari 2010.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar dan pernah melakukan kunjungan kesehatan (pelayanan ante natal care) ke tempat pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas berjumlah 7.091 orang (Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar tahun 2008).

3.3.2. Sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Soleh (2005) yaitu:

2 ) ( 1 N d

N n

+

=

Keterangan:


(55)

N : Jumlah populasi yang diketahui (N=7.091 orang)

d : Presisi atau tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (d=10% atau 0,1).

Perhitungan besarnya sampel adalah :

( )

2 1 , 0 091 . 7 1 091 . 7 + = n

(

0,01

)

091 . 7 1 091 . 7 + = n 91 , 70 091 . 7 = n

n = 98,6 orang, dibulatkan menjadi 100 orang.

Maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang ibu hamil yang tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Aceh Besar. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Cluster Sampling yaitu pengambilan sampel pada populasi yang tersebar dalam beberapa wilayah (cluster), yang masing-masing mempunyai ciri yang hampir sama, maka salah satu atau beberapa wilayah dapat dipilih secara acak sebagai sampel. Pemilihan sampel dapat dilakukan secara bertingkat misalnya cluster sampling onestage atau cluster sampling twostage, dan lain-lain (Soleh, 2005).

Penelitian ini menggunakan pemilihan sampel secara cluster sampling one stage yaitu dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Besar, penulis memilih beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Indrapuri, Ingin Jaya, Montasik, Suka Makmur dan Darul Imarah. Selanjutnya sampel diambil secara acak terhadap 100 orang ibu hamil yang tersebar di beberapa desa yang ada di 5 kecamatan tersebut yaitu ibu


(56)

hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu (merupakan usia atau tahap pertama ibu hamil menerima tablet Fe1) atau kurang dari 20 minggu tapi merupakan kunjungan pertama, tidak mengalami anemia kronis (kadar Hb <7 gram/dl) dan tidak menderita penyakit tertentu seperti malaria, tuberculosis dan infeksi cacing.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan data primer yang diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disusun. Data primer pada penelitian ini adalah data tentang peran petugas kesehatan sebagai customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor dan data tentang kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe.

Pada waktu pengumpulan data peneliti bekerja sama dengan petugas kesehatan yang berada di wilayah kerja puskesmas untuk melihat perkembangan kesehatan dan memeriksa kadar Hb ibu hamil. Peneliti juga menggunakan 10 orang tenaga enumerator yaitu bidan lulusan DIII Kebidanan, dengan kriteria mampu melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil dan pemeriksaan Hb dengan alat sahli. Sebelum penelitian, tenaga enumerator terlebih dahulu dilakukan tes keterampilan pemeriksaan Hb dan pemeriksaan fisik ibu hamil, kemudian peserta yang memenuhi persyaratan akan dilatih cara mengajukan pertanyaan.

Penelitian awal dilakukan dengan mengumpulkan data ibu hamil sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dan berada di 5 wilayah kerja puskesmas


(57)

tersebut. Selanjutnya peneliti bekerja sama dengan petugas kesehatan dan kader kesehatan yang ada di desa untuk melakukan pengumpulan data.

Penelitian dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu penelitian pertama pada ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu tapi merupakan kunjungan pertama ke tempat pelayanan kesehatan dan penelitian kedua dilakukan dengan interval waktu 3 bulan sejak penelitian awal.

Pada penelitian pertama ini, peneliti dibantu oleh petugas kesehatan dan tenaga enumerator untuk melakukan wawancara identitas dan alamat ibu hamil secara lengkap serta membuat denah alamat rumah pada lembaran kuesioner untuk mengurangi kehilangan sampel dari proses pengamatan penelitian. Selanjutnya peneliti menilai perkembangan kesehatan ibu hamil dan mengukur kadar Hb. Perkembangan kesehatan diukur dengan melakukan wawancara terhadap keluhan yang dialami ibu hamil seperti lesu, lemah, dan lain sebagainya dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda-tanda anemia seperti kuku pucat, denyut nadi cepat, konjungtiva pucat, dan lain sebagainya.

Untuk melakukan pemeriksaan kadar Hb dilakukan dengan metode Sahli dengan langkah-langkah sebagai berikut : sebelumnya peneliti menanyakan kesediaan ibu hamil untuk dilakukan pemeriksaan Hb, kemudian tusuk ujung jari dengan lanset steril, bersihkan darah yang pertama keluar dengan kapas kering, gunakan pipet untuk menghisap darah sampai darah mencapai garis warna biru pada tabung atau angka 20 mm. Masukkan pipet ke dalam tabung sahli kemudian keluarkan darah sambil menarik pipet keluar, aduk HCL 0,1% sebanyak 2 cc dengan darah sampai


(58)

benar-benar tercampur. Masukkan aquades setetes demi setetes kedalam tabung sahli, aduk kembali setelah ditetesi sampai warnanya sama dengan warna standar. Kemudian hasil pemeriksaan dibaca dengan melihat angka yang tertera pada permukaan darah dalam tabung.

Setelah waktu 3 bulan, penelitian dilanjutkan pada ibu hamil yang telah terdata pada kunjungan sebelumnya dan kemudian melakukan wawancara untuk mengetahui peran petugas kesehatan sebagai customer, komunikator, motivator, fasilitator dan konselor.

Selanjutnya juga melakukan pengumpulan data untuk menilai kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet fe seperti jumlah tablet Fe yang diminum, cara minum tablet Fe, perubahan warna tinja, perkembangan kesehatan dan pemeriksaan kembali kadar Hb ibu. Untuk menilai perubahan warna tinja, peneliti melakukan wawancara kepada ibu hamil dan tidak melakukan tes afifi di laboratorium, demikian juga untuk menilai jumlah tablet Fe yang diminum dan cara minum tablet Fe dilakukan dengan metode wawancara.

Sedangkan untuk menilai kadar Hb dan perkembangan kesehatan ibu hamil dilakukan seperti penelitian pertama yaitu melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik ibu hamil serta pemeriksaan kadar Hb dalam darah dengan metode sahli.


(59)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Aceh Besar dan Provinsi Aceh tahun 2007-2008 dan literatur lain berupa bahan bacaan yang relevan dengan tujuan penelitian.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas instrument dalam penelitian ini dilakukan kepada 15 orang responden di Kota Banda Aceh. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan skor item correct correlation pada analisis reliability statictics. Jika skor r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan jika skor r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid (Riduwan, 2005).

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indek reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach”s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika skor r alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel dan jika skor r alpha < r tabel, maka dinyatakan tidak reliabel (Riduwan, 2005).

Nilai r tabel dilihat dengan menggunakan rumus df = n-2, maka df = 15-2 pada tingkat kemaknaan 5% didapat angka r tabel = 0,514. Berdasarkan hasil uji validitas data dengan bantuan SPSS versi 15,0 (lampiran 2) dapat disimpulkan


(1)

16. Apakah bidan mencatat jumlah tablet Fe yang diberikan pada buku Bantu ibu hamil (buku pink)?

a. Ada b. Tidak

17. Apakah bidan menjelaskan bahwa setiap kunjungan, ibu harus membawa buku Bantu ibu hamil (pink)?

a. Ada b. Tidak

2. KOMUNIKATOR

NO. PERNYATAAN NILAI

1. Apakah bidan sangat ramah dan bersahabat? a. Ada

b. Tidak

2. Apakah penampilan bidan cukup bersih, sopan dan menarik ? a. Ada

b. Tidak

3. Apakah dalam berbicara bidan menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah difahami?

a. Ada b. Tidak

4. Apakah bidan memberikan informasi cara minum obat tambah darah dengan jelas?

a. Ada b. Tidak

5. Apakah bidan memberikan informasi tentang makanan dan minuman yang tidak boleh diminum bersamaan dengan tablet Fe dengan jelas?

a. Ada b. Tidak

6. Apakah setelah pemberian informasi tentang tablet Fe, bidan menanyakan kembali pemahaman ibu tentang informasi yang diberikan?

a. Ada b. Tidak

7. Apakah bidan mendengarkan dengan baik keluhan ibu tentang efek samping minum tablet tambah darah?

a. Ada b. Tidak

8. Apakah bidan memberikan anda kesempatan untuk menemukakan pendapat?

a. Ada b. Tidak


(2)

3. MOTIVATOR

NO. PERNYATAAN NILAI

1. Apakah bidan menganjurkan ibu minum tablet tambah darah selama hamil ini?

a. Ada b. Tidak

2. Apakah bidan menganjurkan ibu minum tablet tambah darah minimal 1 tablet perhari ?

a. Ada b. Tidak

3. Apakah bidan menganjurkan ibu segera kembali ke puskesmas atau petugas kesehatan bila obat tambah darah telah habis ?

a. Ada b. Tidak

4. Apakah bidan mendorong ibu untuk minum tablet tambah darah selama 90 hari berturut-turut?

a. Ada b. Tidak

5. Apakah bidan meyakinkan ibu bahwa dengan minum tablet tambah darah secara teratur ibu akan sehat?

a. Ada b. Tidak

6. Apakah bidan meyakinkan ibu bahwa dengan minum tablet tambah darah secara teratur, janin ibu akan lahir dengan sehat?

a. Ada b. Tidak

7. Apakah bidan meyakinkan ibu bahwa dengan minum tablet tambah darah secara teratur, perdarahan selama kehamilan dan persalinan dapat dicegah? c. Ada

d. Tidak

4. FASILITATOR

NO. PERNYATAAN NILAI

1. Apakah di puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan yang ada di desa selalu tersedia tablet tambah darah?

a. Ada b. Tidak

2. Apakah pada kunjungan pertama ke puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan, bidan memberikan 30 tablet resep obat tambah darah kepada ibu?

a. Ada b. Tidak


(3)

3. Apakah pada kunjungan bulan ke-2 (bulan berikutnya), bidan kembali memberikan 30 tablet resep obat tambah darah kepada ibu?

a. Ada b. Tidak

4. Apakah pada kunjungan bulan ke-3 (pada akhir persalinan), bidan juga memberikan 30 tablet resep obat tambah darah kepada ibu?

c. Ada d. Tidak

5. Apakah bidan memberikan tablet tambah darah secara gratis? a. Ada

b. Tidak

6. Apakah bidan didesa melakukan kunjungan rumah untuk memantau ibu selama minum tablet Fe?

a. Ada b. Tidak

7. Apakah bidan menyatakan bersedia dikunjungi ulang bila dijumpai masalah selama minum table Fe?

a. Ada b. Tidak

5. KONSELOR

NO. PERNYATAAN NILAI

1. Apakah bidan dapat membina hubungan baik dengan ibu? a. Ada

b. Tidak

2. Apakah bidan membantu ibu mengatasi keluhan yang dialami selama minum tablet tambah darah ini?

a. Ada b. Tidak

3. Apakah bidan bersedia mendengarkan keluhan ibu selama minum tablet tambah darah ini?

a. Ada b. Tidak

4. Apakah selama konsultasi bidan memberikan saran yang sesuai dengan harapan ibu?

a. Ada b. Tidak

5. Apakah bidan bersedia mendengarkan perasaan dan harapan ibu tentang kesehatan janin selama minum tablet Fe?

a. Ada b. Tidak


(4)

C. KEPATUHAN

NO. PERNYATAAN NILAI

A. Jumlah Tablet Fe

1. Apakah ibu minum obat tambah darah 1 tablet setiap hari? a. Ya

b. Tidak

Bila tidak jumlah tablet Fe yang ibu minum perhari : _________ (sebutkan)

2. Apakah sebanyak 30 tablet tambah darah (bungkus pertama) habis diminum?

a. Ya b. Tidak

Jika tidak, berapa tablet sisanya : ________________ tablet (sebutkan!)

Kesimpulan : a. < 27 tablet b. > 27 tablet

3. Apakah sebanyak 30 tablet tambah darah (bungkus kedua) habis diminum? a. Ya

b. Tidak

Jika tidak, berapa tablet sisanya : ________________ tablet (sebutkan!)

Kesimpulan : a. < 27 tablet b. > 27 tablet

4. Apakah sebanyak 30 tablet tambah darah (bungkus ketiga) habis diminum? a. Ya

b. Tidak

Jika tidak, berapa tablet sisanya : ________________ tablet (sebutkan!)

Kesimpulan : a. < 27 tablet b. > 27 tablet

5. Kesimpulan seluruh jumlah tablet yang diminum ibu selama 90 hari: c. < 81 tablet

d. > 81 tablet

B. Cara Minum Tablet Fe

6. Apakah ibu minum obat tambah darah dengan air putih, vitamin C, jus atau buah?

a. Ya b. Tidak


(5)

7. Apakah 1 jam sebelum atau sesudah minum obat tambah darah, ibu tidak minum teh, kopi atau susu?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah ibu minum obat tambah darah tidak bersamaan dengan durian, mangga atau kuini?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah ibu minum obat tambah darah tidak bersamaan dengan obat maag (antasida)?

a. Ya b. Tidak

C. Perubahan warna tinja

10. Apakah pada hari terakhir ibu minum obat ini, tinja ibu berwarna hitam? a. Ya

b. Tidak

D. Perkembangan Kesehatan Ibu Hamil

11. Apakah saat ini ibu merasa sehat dan tidak mengalami keluhan atau gangguan kesehatan?

a. Ya b. Tidak

Bila tidak, sebutkan keluhan yang ibu alami sekarang (jawaban boleh lebih dari satu):

Lesu Lemah Letih Lelah Lalai

Nyeri kepala Pusing Sesak nafas Jantung berdebar Denyut nadi cepat Muka pucat


(6)

Kuku pucat Konjungtiva pucat Kuku rapuh

Kuku cekung seperti sendok

E. Kadar Hb Ibu Hamil

12. Kadar Hb sekarang (Trimester III): _______________________ gram/dl

Kesimpulan :

a. Tidak anemia (kadar Hb normal) b. Anemia (kadar Hb dibawah normal)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dan Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

0 49 179

Pengaruh Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe terhadap Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012

4 94 83

Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Dan Petugas Kesehatan Terhadap Standar Pelayanan Antenatal Dengan Kejadian Anemia Di Wilayah Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2004

0 43 70

Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Terhadap Tingkat Kejadian Anemia Di Puskesmas Pekan Heran Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2008

23 182 59

Hubungan Perilaku Ibu Hamil Dan Motivasi Petugas Kesehatan Dengan Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Di Puskesmas Mamas Kecamatan Darul Hasanah Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2009

0 33 73

Pengaruh Pendidikan Kesehatan dan SMS Reminder Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

1 23 0

HUBUNGAN PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET Fe

2 9 134

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluargadan Motivasi Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Zat Besi Di Puskesmas Sitinjo Kabupaten Dairi 2015

0 0 18

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TABLET FE DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET FE

0 0 8

PENGARUH PENDAMPINGAN KADER PADA IBU HAMIL TERHADAP KEPATUHAN MINUM TABLET Fe

0 0 6