Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Penelitian
Sitologi biopsi aspirasi jarum halus merupakan merupakan suatu metode yang penting dalam mendiagnosa dan penatalaksanaan lesi pada payudara
yang teraba. Biopsi aspirasi jarum halus sampai saat ini tetap diperlukan, oleh karena prosedurnya sederhana, cepat, biaya yang murah dan relatif non
invasif. Bila dilakukan dengan keahlian yang tinggi, biopsi aspirasi ini mempunyai nilai sensitifitas dan spesifitas yang cukup baik, terutama bila
didukung dengan gejala klinis dan pemeriksaan radiologi triple test.
1,2
Beberapa waktu yang lalu, secara patologi anatomi, untuk membedakan tumor jinak dengan tumor ganas hanya berdasarkan pemeriksaan jaringan
saja. Dengan perkembangan dalam bidang onkologi pada protokol pengobatan spesifik terhadap tipe tumor, penentuan klasifikasi dari tipe
bahkan sub-tipe tumor menjadi penting. Tetapi pada saat ini pada era biologi molekuler, perhatian lebih ditujukan pada tampilan yang berlebihan dari
onkogen dan DNA ploidy
sebagai indikasi prognostik yang potensial. Oleh karena itu pada masa sekarang ini, ahli patologi telah membuka isolasi dari
laboratorium menjadi bagian dari tim yang terintegrasi yang bertanggung jawab terhadap penentuan keputusan diagnostik. Selama ini interprestasi
sediaan patologi anatomi hanya bersifat subjektif, yaitu hanya berdasarkan intuisi, ketajaman mata dan pikiran dari ahli patologi anatomi. Sehingga dalam
Fitriani Lumongga : Perbedaan Nilai Numerik Kuantitasi Sitomorfometri Terhadap Keliling Dan Densitas Inti Pada Fibroadenoma, Karsinoma Duktus Dan Karsinoma Lobular Payudara, 2009
pelaporan hasil pembacaan morfologi sediaan patologi sangat bergantung pada pengalaman maupun tingkat keahlian dari para ahli patologi anatomi.
Untuk mendapatkan diagnosa yang lebih akurat, aplikasi dengan menggunakan komputer melalui perangkat lunak analisa gambar merupakan
alat bantu yang dibutuhkan untuk menilai morfologi dari sel.
3,4,5,6
Dengan analisa gambar kita dapat melakukan morfometri dengan lebih objektif. Morfometri merupakan cabang ilmu matematika, dimana luas dan
volume dari satu objek ruang tiga dimensi dapat diukur, walaupun informasi yang diketahui hanya 2 dimensi. Morfometri yang dilakukan dengan sistem
komputer dan analisa gambar dapat digunakan untuk menghitung kuantitas sel, seperti: ukuran inti, keragaman bentuk inti, tekstur kromatin inti, keliling dari inti
maupun kepadatan dari kromatin. Penilaian gambaran inti tersebut dinyatakan kedalam angka-angka yang dapat diulang kembali penghitungannya. Kemudian
dari angka-angka tersebut dipindahkan kedalam bentuk histogram. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan morfometri ini dapat digunakan pada
sediaan sitologi maupun histopatologi. Morfometri yang dilakukan pada sediaan sitologi dengan pewarnaan Feulgen akan memberikan hasil yang lebih baik
oleh karena keseluruhan inti lebih mudah dilihat dan segmentasi inti lebih mudah dilakukan serta mempunyai latar belakang yang homogen. Sedangkan
pada sediaan histopatologi morfometri terhadap inti lebih sulit oleh karena sediaan histopatologi sangat bergantung pada ketebalan dan bentuk inti yang
dapat tidak sempurna oleh karena proses pemotongan. Oleh karena itu pemeriksaan morfometri pada sediaan histopatologi mempunyai bias yang lebih
besar.
3,4
Fitriani Lumongga : Perbedaan Nilai Numerik Kuantitasi Sitomorfometri Terhadap Keliling Dan Densitas Inti Pada Fibroadenoma, Karsinoma Duktus Dan Karsinoma Lobular Payudara, 2009
Dalam melakukan morfometri terhadap inti, kita harus mengetahui bahwa inti sel memiliki struktrur yang heterogen, yaitu terdiri dari nukleolus, kromatin
inti yang tersebar memberikan gambaran titik-titik hitam yang padat. Untuk itu dalam menilai tekstur dari kromatin inti dapat digunakan
fraktal analisis, yaitu
menganalisa faktor kekasaran pada permukaan, profil permukaan inti dan kontur inti. Istilah fraktal pertama kali dikemukakan oleh Benoit B Mandelbrout
1993 yang membuat revolusioner dalam bidang matematika , mengemukakan bahwa beberapa struktur natural pada beberapa dimensi terdiri dari beberapa
elemen kecil yang penghitungannya dapat diulang kembali. Pada bidang patologi anatomi ketidak teraturan dari kromatin inti sangat berperan dalam
menentukan diagnosa. Nilai dari ketidak-teraturan inilah yang harus diukur dengan dimensi fraktal. Einstein dkk. melakukan studi mengenai aplikasi fraktal
dalam membedakan sel-sel epitel payudara jinak dengan ganas. Dengan morfometri ini akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosa pada lesi
payudara sehingga terdapat standar dan parameter yang lebih jelas dalam menentukan lesi yang jinak , ganas maupun displasia.
5,6,7,8
Pada penelitian ini dilakukan morfometri terhadap inti sel dari lesi jinak dan ganas, sedangkan pada iinti sel dari lesi displasia tidak dilakukan morfometri.
1.2. Identifikasi Masalah