1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perbankan memegang peranan penting dalam membangun sistem perekonomian di Indonesia karena perbankan berfungsi sebagai fungsi
intermediary yaitu menghimpun dan menyalurkan kembali dana yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit ekonomi yang defisit, fungsi ini
digambarkan antara kaitan penyediaan dana sebagai investasi dan modal kerja bagi unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi Triandaru dan
Budisantoso. Dalam menjalankan kegiatannya perbankan berhubungan secara
langsung dengan masyarakat dimana kepercayaan dari masyarakat merupakan hal utama yang harus dimiliki dan dijaga oleh perusahaan perbankan.Menurut
Dendawijaya 2005 kinerja merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai
tujuannya. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan suatu organisasi. Penurunan kinerja secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya
Financial Disstres yaitu keadaan yang sangat sulit bahkan mendekati kebangkrutan.
Financial Disstresmenurut Triandaru dan Budisantosopada bank-bank apabila tidak diselesaikan dengan segera akan berdampak besar pada bank-bank
tersebut dengan hilangnya kepercayaan dari nasabah.Penilaian kinerja perusahaan
2 bagi manajemendapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat
dicapai, dalam hal ini laba dapatdigunakan sebagai ukuran prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan. Penilaian kinerjaperusahaan penting dilakukan, baik oleh
manajemen, pemegang saham, pemerintah maupun pihaklain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka, termasuk penilaian
kinerja pada perusahaan perbankan. Terjadinya deregulasi perbankan tahun 1998 secara tidak langsung
berpengaruh terhadap krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Permasalahan yang ditimbulkan akibat deregulasi tersebut bukan
karena terjadinya peningkatan jumlah bank pada saat itu, namun lebih mengarah kepada kurangnya sumber daya yang memenuhi persyaratan dan cakap untuk
mengelola kegiatan bank dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Pada saat itu pemerintah melakukan beberapa langkah, dimana salah satunya adalah
mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam rangka menyehatkan perbankan nasional. Menurut data Bank Indonesia dan BPPN kebijakan yang dikeluarkan
antara lain sebanyak 71 bank ditutup dan 20 bank melakukan merger sehingga jumlah bank berkurang pada saat itu. Akibat krisis ekonomi tersebut juga
perbankan nasional mengalami kesulitan antara lain pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing loanNPL,negative
spread, kesulitan likuiditas dan lain-lain. Oleh karena itu, pembenahan di sektor perbankan dan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat baik nasional
maupun internasional dipandang sebagai suatu hal yang penting dan mendesak. Jika kepercayaan masyarakat terhadap bank hilang, maka dunia perbankan
3 Indonesia akan mengalami masalah serius dan berdampak pada krisis yang
berkepanjangan. Penilaian kinerja perbankan juga dapat ditunjukkan dengan tingkat
kesehatan perbankan. Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta
dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi
Banktersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkanstrategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi BankIndonesia antara lain
digunakan sebagai sarana penetapan danimplementasi strategi pengawasan Bank oleh Bank Indonesia.
Pada umumnya untuk menilai hal-hal tersebut digunakan enam aspek penilaian yaitu CAMELS Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity,
Sensitivity. Model CAMELS ini mengukur tingkat kesehatan dari suatu bank, sehingga Bank Indonesia dapat menilai mana bank yang sehat dan yang tidak
sehat agar Bank Indonesia dapat dengan segera melakukan suatu tindakan untuk mencegah terjadinya risiko dari bank yang dinilai mengalami kesulitan yang dapat
membahayakan kelangsungan usahanya dan atau sistem perbankan nasional. Rasio yang dinilai dalam aspek capital meliputi Capital Adequacy Ratio
CAR,aspek asset meliputi Non Performing Loan NPL,aspek manajemen meliputi Net Profit MarginNPM,aspek Earning meliputi Return on
4 AssetROA,Return on Equity ROE,Net Interest Margin NIM,BOPO Beban
Operasional Pendapatan Operasional, dan aspek Liquidity meliputi Loan to Deposit Ratio LDR. Dalam penelitian ini aspek manajemen diukur dengan Net
Profit Marginalasannya karena komponen-komponen penilaian faktor manajemen suatu bank yang terdiri dari manajemen umum, manajemen risiko, dan kepatuhan
bank terhadap peraturan yang berlaku pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perolehan laba.Aspek sensitivitas terhadap risiko pasar Sensitivity to Market
Risk baru diperkenalkan di Amerika sejak 1 Januari 1997. Sensitivity to Market Risk tidak digunakan dalam penelitian ini disebabkan keterbatasan penulis dalam
memperoleh informasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy
Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Net Profit Margin NPM, Return on Asset ROA,Loan to Deposit Ratio LDR dan Pertumbuhan Laba.Menurut
Dendawijaya 2009 Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko
kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar
bank, seperti dana masyarakat, pinjaman hutang.Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap
kreditaktiva produktif yang berisiko dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
Non Performing Loan NPL digunakan untuk memperhatikan kemampuan membayar dari debitur, sebagai antisipasi bank atas potensi kerugian
5 dari kredit bermasalah.Semakin tinggi rasio NPL maka akan semakin buruk
kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar yang akan memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.
Menurut Kasmir 2008 Net Profit Margin merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi
pokoknya,Semakin besarNPMakan semakin baik bagi perusahaan dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
Menurut Dendawijaya 2005Return on Assetdigunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
dari segi penggunaan aset. Menurut Dendawijaya 2005 Loan to Deposite Ratio LDRadalah rasio
antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.
Bangkit dari kegagalan pada tahun-tahun yang lalu, kondisi perbankan di Indonesia mulai menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan, dimana
dalam proses perkembangan tersebut perbankan selalu berusaha untuk selalu meningkatkan kinerja keuangannya. Kinerja keuangan perbankan diukur dengan
pertumbuhan laba, dengan membandingkan laba tahun ini dengan laba tahun lalu.
5
Tabel 1.1 Besarnya CAR, NPL, NPM, ROA, LDR dan
Laba Bersih dalam jutaan rupiah pada Perusahaan Perbankan
NO KODE
BANK TAHUN
CAR NPL
NPM ROA
LDR Laba Bersih
∆ Laba Bersih
1 BBKP
2013 15,12
2,26 28,94
1,75 85,80
934.622 11,97
2012 16,34
2,66 26,71
1,83 83,81
834.719 12,57
2011 12,71
2,88 27,08
1,87 85,01
741.478 50,47
2010 11,82
3,22 21,28
1,62 71,85
492.761 36,03
2 BNII
2013 12,72
2,11 18,81
1,71 93,24
1.570.316 29,66
2012 12,83
1,70 15,93
1,62 92,97
1.211.121 80,47
2011 11,83
2,14 9,49
1,13 95,07
671.096 26,35
2010 12,51
3,09 8,51
1,14 89,03
531.126 508,62
2009 14,78
2,42 0,22
0,07 82,93
10.652 102,22
3 MEGA
2013 15,74
2,17 13,52
1,14 57,41
524.780 61,9
2012 16,83
2,09 31,96
2,74 52,39
1.377.412 28,33
2011 11,86
0,98 29,25
2,29 63,75
1.073.352 12,77
2010 15,03
0,90 33,33
2,45 56,03
951.800 77,09
Sumber : www.idx.co.id
data diolah.
7 Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bagaimana pengaruh dariCapital Adequacy
Ratio CAR,Net Performing Loans NPL,Net Profit MarginNPM,Return on Asset ROA danLoan to Deposit RatioLDRterhadap Pertumbuhan Laba.
CAR Bank Bukopin tahun 2011 sebesar 12,71 meningkat jika dibandingkanCARtahun 2010 sebesar 11,82, peningkatan CARini diikuti dengan
peningkatan laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 741.478 dibandingkan laba tahun 2010 sebesar Rp 492.761. Namun pada tahun 2013 CAR sebesar 15,12
mengalami penurunan dibandingkan CAR tahun 2012 sebesar 16,34, penurunan ini tidak diikuti dengan penurunan laba bersih, sebaliknya laba bersih tahun 2013
sebesar Rp 934.622 meningkat dari tahun 2012 sebesar Rp 834.719. CAR Bank Internasional Indonesia tahun 2010 sebesar 12,51 menurun
jika dibandingkan CAR tahun 2009 sebesar 14,78, penurunan ini tidak diikuti dengan penurunan laba bersih, laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 531.126
mengalamipeningkatan dibandingkan tahun 2009, dimana pada tahun 2009 BIImengalami kerugian sebesar Rp 10.652. Begitu juga CAR BII2011 sebesar
11,83 mengalami penurunan jika dibandingkanCAR tahun 2010 sebesar 12,51, penurunan CARinitidak diikuti dengan penurunan laba bersih,laba bersih
tahun 2011 sebesar Rp 671.096 meningkat jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 531.126.
CAR Bank Mega tahun 2011 sebesar 11,86 menurun dari nilaiCAR tahun 2010 sebesar 15,03 tetapi penurunan CAR ini tidak diikuti dengan
penurunan laba bersih, laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 1.073.352 mengalami kenaikan dibandingkan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 951.800.
8 Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang-
kurangnya harus memiliki CAR 8. Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwaCARyang dimiliki Bank Bukopin, Bank Internasional Indonesia dan Bank
Mega sudah berada diatas standar minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. NPL Bank Bukopin tahun 2011 sebesar 2,88 mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2010 sebesar 3,22 dan penurunan ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba, laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 741.478
mengalami kenaikan dibandingkan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 492.761. NPL Bank Internasional Indonesia tahun 2010 sebesar 2,14 menurun
jika dibandingkan dengan NPL tahun 2009 sebesar 3,09, penurunan ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba, tahun 2010 BII mencatatkan laba
bersih sebesar Rp 531.126 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2009 dimana BII mengalami kerugian sebesar Rp 10.652.NPL BII tahun 2011 sebesar 2,11
mengalami kenaikan dari NPL tahun 2010 sebesar 1,70 seharusnya kenaikan NPL ini berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba namun dapat dilihat laba
bersih tahun 2011 sebesar Rp 1.211.121 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 671.096.
NPL Bank Mega tahun 2011 sebesar 0,98 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 0,90 dan kenaikan ini seharusnya
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba namun dapat dilihat laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 1.073.352 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan
laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 951.800. NPL tahun 2012 sebesar 2,09 mengalami kenaikan jika dibandingkan NPL tahun 2011 sebesar 0,98, kenaikan
9 ini seharusnya berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, namun dapat
dilihat laba bersih tahun 2012 sebesar Rp 1.377.412 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 1.073.352.Standar
terbaik NPL menurut Bank Indonesia berada dibawah 5. Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa NPL yang dimiliki Bank Bukopin, Bank Internasional
Indonesia dan Bank Mega berada dibawah 5. NPM Bank Bukopin tahun 2012 sebesar 26,71 mengalami penurunan
dibandingkan NPM tahun 2011 sebesar 27,08, penurunan ini seharusnya berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, namun dapat dilihat laba bersih
tahun 2012 sebesar Rp 834.719 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 741.478.
NPM Bank Mega tahun 2011 sebesar 29,25 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan NPMtahun 2010 sebesar 33,33 penurunan ini
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, namun dapat dilihat laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 1.073.352 meningkat jika dibandingkan dengan laba bersih
tahun 2010 sebesar Rp 951.800.Standar terbaik NPM menurut Bank Indonesia berada diatas 100. Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa NPM yang
dimiliki Bank Bukopin, BII dan Bank Mega dibawah 100. ROA Bank Bukopin tahun 2013 sebesar 1,75 mengalami penurunan jika
dibandingkan ROA tahun 2012 sebesar 1,83, seharusnya penurunan ini berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, namun dapat dilihat laba bersih
tahun 2013 sebesar Rp 934.622 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2012 sebesar Rp 834.719.
10 ROA Bank Internasional Indonesia tahun 2010 sebesar 1,13 mengalami
penurunan jika dibandingkan ROA tahun 2009 sebesar 1,14, seharusnya penurunan ini berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, namun dapat
dilihat laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 531.126 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan kerugian yang dialami BII tahun 2009 sebesar Rp 10.652.
ROA Bank Mega tahun 2011 sebesar 2,29 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan ROA tahun 2010 sebesar 2,45, seharusnya penurunan
iniberpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, namun dapat dilihat laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 1.073.352 mengalami kenaikan jika dibandingkan
dengan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 951.800. Standar terbaik ROA menurut Bank Indonesia berada diantara 1-2.
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa ROA yang dimiliki Bank Bukopin sudah berada diantara 1 - 2, namun ROA Bank Internasional Indonesia tahun
2009 hanya 0.07 berada jauh dari standar terbaik ROA danROA Bank Mega berada diatas 2.
LDR Bank Bukopin tahun 2011 sebesar 85,01 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan LDR tahun 2010 sebesar 71,85, kenaikan ini seharusnya
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, namun dapat dilihat laba bersih tahun 2011 sebesar Rp 741.478 jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2010
sebesar Rp 492.761. LDR tahun 2013 sebesar 85,80 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan LDR tahun 2012 sebesar 83,81, kenaikan iniseharusnya
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, namun dapat dilihat laba bersih
11 tahun 2013 sebesar Rp 934.622 jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2012
sebesar Rp 834.719. LDR Bank Internasional Indonesia tahun 2010 sebesar 95,07
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan LDR tahun 2009 sebesar 89,03, kenaikan iniseharusnya berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, namun
dapat dilihat laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 531.126 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan kerugian yg dialami BII tahun 2009 sebesar Rp 10.652.
LDR Bank Mega tahun 2011 sebesar 63,75 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan LDR tahun 2010 sebesar 56,03, kenaikan iniseharusnya
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba namun dapat dilihat laba bersih Bank Mega tahun 2011 sebesar Rp 1.073.352 mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 951.800. Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia berada diantara 85-110.
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa LDRyang dimiliki Bank Bukopin dan Bank Internasional Indonesia sudah berada diantara 85-110, namun LDR
Bank Mega berada dibawah standar terbaik LDR yang ditetapkan Bank Indonesia. Perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya mendorong penulis untuk melakukan penelitian sejenis. Begitu juga dengan perbedaan pengaruh rasio CAMEL terhadap pertumbuhan laba yang
dilihat secara sederhana melaluiannual reportperbankan. Peneliti ingin melihat kinerja keuangan perbankan setelah krisis global. Penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh RasioCAMEL terhadap Pertumbuhan Laba Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.
12
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkanuraian latar belakang diatas penulis merumuskan