62 sarang burung walet. Guna dapat mewujudkan pembangunan yang berwawasan
lingkungan tanpa mengorbankan kesejahteraan ekonomis yang adil dan merata. Mengingat begitu vitalnya fungsi perkotaan yang merupakan tempat konsentrasi
penduduk dan mengingat vitalnya peranan lingkungan dalam kelangsungan kehidupan manusia dan pembangunan daerah.
3.2 Pencemaran Lingkungan di Kecamatan Rantau Utara
Masalah lingkungan telah menjadi perhatian internasional, bahkan kepopulerannya sering disejajarkan dengan masalah Hak Azasi Manusia HAM dan
demokrasi. Lingkungan memang bagian integral dari kehidupan manusia di manapun dan kapanpun mereka berada. Lingkungan yang sehat akan membuat penduduknya
berbahagia, sedang lingkungan yang rusak akan membuat penduduk menderita. Lingkungan memang harus menjadi ukuran keberhasilan suatu proses pembangunan
bangsa dan umat manusia.
53
Ketika lingkungan sudah tidak sehat, dapat dipastikan kesehatan warga pun akan terganggu. Sampah berserakan serta saluran parit yang tumpat merupakan
kondisi di lingkungan di mana terdapat ruko sarang burung walet di Rantauprapat. Meskipun tidak di semua lokasi namun, tetap saja hal ini memberikan dampak yang
buruk secara luas terhadap daerah dan tidak dapat dijadikan pembenaran terhadap kegiatan pengusahaan sarang burung walet. Tercemarnya lingkungan di Kecamatan
Rantau Utara yang disebabkan secara tidak langsung oleh pengusahaan sarang burung
53
Fuad amsyari, 1996.Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia Merdeka.Airlangga University Press. hlm v
63 walet. Pengusahaan sarang burung walet secara langsung memang tidak membuat
dampak pencemaran lingkungan namun, terjadi pembiaran lingkungan yang mengakibatkan tidak lestarinya lingkungan.
Dampak umum terhadap pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat, antara lain a sampah
berserakan, b saluran parit tersumbat, c jalanan rusak, dan d udara yang tidak sehat. Hasil observasi penelitian ini menunjukkan bahwa dampak-dampak diatas merupakan
kondisi nyata dari berdirinya pengusahaan sarang burung walet. Ketidaksadaran pengusaha dan warga akan keadilan lingkungan menjadikan kawasan di Kecamatan
Rantau Utara tercemar lingkungannya. Berseraknya sampah-sampah warga di sekitaran ruko disebabkan karena tidak
adanya kesadaran warga serta pengusaha untuk merawat lingkungannya.Sampah tersebut seperti sudah menahun di lingkungan itu. Kondisi sampah berserakan ini
layaknya pembiaran sengaja baik dari warga sendiri maupun pemerintah.Sebenarnya pihak Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhan Batu telah
mengalokasikan tempat-tempat sampah sementara di tiap-tiap lingkungan, sebagai salah satu upaya pemerintah mewujudkan lingkungan yang bersih.Kenyataannya,
pada Jalan Kopral Abdullah justru dijumpai sampah yang berserakan di sebelah ruko walet.
64 Melalui wawancara dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten
Labuhan Batu terkait terjadinya pembiaran lingkungan di sekitaran lokasi pengusahaan sarang burung walet, Bapak A. Sitanggang mengatakan:
“Tugas dan fungsi kami sebenarnya fasilitator.Kita lihat dulu lingkungan tempat walet itu, ada yang sepi penduduk, ada juga yang rapat dengan
penduduk.Untuk itu, kita berjalan sesuai dengan program pemerintah, pengendalian lingkungan yang kami kerjakan hanya bersumber dari
sampah.Itulah program pengadaaan tempat sampah sementara bagi warga- warga. Kalau pengendalian lingkungan dampak walet itu sebenarnya dinaungi
SKPD lain. Karena sekali lagi, kami sendiri belum tahu jelas bagaimana pengusahaan itu.Harusnya pemerintah mempertegas peraturan dulu.Harus ada
identitas ruko walet itu, supaya kita bisa melihat dampaknya.Supaya bisa dikendalikan dampaknya.”
54
Sampah yang berserakan sebenarnya dapat dengan mudah diatasi kalau ada kemauan. Sampah tersebut dapat langung dibakar atau diangkut ke Tempat
Pembuangan Sampah TPS yang telah disediakan pemerintah. Pada kenyataannya, ketidakaktifan kepala lingkungan setempat ditambah lagi tindakan masa bodoh dari
Semakin lama, kualitas lingkungan akan semakin tidak terkendali ketika lazimnya budaya daerah tingkat dua dilanda obsesi kehausan ekonomis dan
kerakusan materi. Sejalan dengan sampah yang berserakan, saluran parit di sekitaran Jalan Kopral Abdullah juga berjalan tidak normal. Di tambah lagi, kondisi jalan yang
tidak di aspal, menjadikan kawasan ini layaknya lingkungan yang tidak layak di huni. Hal tersebut disebabkan pada kawasan ini terdapat sekitar 30 ruko pengusahaan
sarang burung walet. Keadaan lingkungan yang sepi dijadikan alasan untuk tidak merawat kesehatan lingkungan.
54
Hasil wawancara dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhan Batu pada tanggal 15-06-15, pukul 09.30 WIB kantor Dinas CKTR Kabupaten Labuhan Batu
65 pengusaha melahirkan lingkungan yang tidak terawat. Meskipun tidak di semua
lokasi pengusahaan sarang burung walet memiliki dampak seperti sampah dan jalanan yang rusak namun, pada umumnya masalahnya sebenarnya sama. Masalah
pembiaran yang berujung pada tidak menghasilkan kelestarian lingkungan. Pemerintah sebenarnya sudah mengalokasikan tempat bagi warga untuk
membuang sampah, sekarang tinggal kesadaran dari masyarakat tersebut untuk menjalankannya. Walaupun, pada kawasan Jalan Kopral Abdullah ini, tidak terdapat
tempat sampah sementara, bukan lantas ini dijadikan sebagai kelalaian pemerintah dalam mengelola kebijakan tentang persampahan. Warga seharusnya mengaktifkan
kegiatan bersama yaitu, gotong royong.Dengan demikian, selain terwujudnya lingkungan yang sehat, kearifan masyarakat lokal pun dapat terjalin.
Pada Jalan Sanusi, di mana pada lingkungan ini paling banyak terdapat ruko pengusahaan sarang burung walet, pun lingkungannya mengalami pencemaran.
Pencemaran udara merupakan pencemaran yang masif pada kawasan ini. Dengan berdirinya sekitar 30 ruko-ruko pengusahaan sarang burung walet bertingkat tiga atau
lebih maka sudah dapat dibayangkan bagaimana kondisi udara pada lingkungan tersbut. Ratusan walet setiap harinya berlalu lalang di jalanan ini, apalagi di pagi hari
dan malam hari. Pada waktu tersebutlah walet masuk dan keluar dari ruko-ruko.
66
TABEL 3.2 BANYAKNYA PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DAN JENIS
KELAMIN DI KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2010
KECAMATAN PENDUDUK
RASIO JENIS KELAMIN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH TOTAL
Bilah Hulu 29.277
29.031 58.308
100,85 Pangkatan
16.422 16.065
32.487 102,22
Bilah Barat 17.884
17.308 35.192
103,33 Bilah Hilir
26.047 24.939
50.986 104,44
Panai Hulu 17.541
17.002 34.543
103,17 Panai Tengah
17.894 17.130
35.024 104,46
Panai Hilir 18.650
17.911 36.561
104,13 Rantau Selatan
31.008 30.484
61.492 101,72
Rantau Utara 42.858
43.267 86.125
99,05
Labuhan Batu 217.581
213.137 430.718
102,09
Sumber : BPS Kabupaten Labuhan Batu. Catatan: Data setelah pemekaran.
Dapat dilihat bahwa Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan memiliki jumlah penduduk yang paling banyak diantara kecamatan-kecamatan yang
ada di Kabupaten Labuhan Batu. Kepadatan penduduk ini sejalan dengan program pemerintah setempat yang menetapkan kecamatan ini sebagai pusat pelayanan kota.
Menjadi hal yang berlawanan ketika, status kawasan perkotaan tidak diimbangi dengan program pelestarian lingkungan.Masyarakat perkotaan membutuhkan
67 lingkungan yang bersih dan sehat, mengingat aktivitas perkotaan yang menyita waktu
yang banyak. Dampak yang dihasilkan dari pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan
Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan mengakibatkan lingkungan perkotaan menjadi tercemar. Mulai dari pencemaran suara sampai pada dampak tidak langsung
yang disebabkan usaha walet yakni, terjadinya pembiaran lingkungan. Alhasil, lingkungan menjadi kurang terawat, sampah berserakan, parit tersumbat yang
berdampak pada merosotnya kualitas kehidupan masyarakat di Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan.
Pembelaan yang mungkin dapat diterima atas pengusahaan ini ialah pengusahaan ini menjadikan Labuhan Batu sebagai daerah pemasok sarang burung
walet dan sejauh ini belum pernah ada dampak yang berarti atas pengusahaan ini. Predikat di atas mungkin dapat dilihat sebagai hal yang positif bagi Labuhan Batu,
tetapi pemerintah setempat sendiri sepertinya tidak memperhatikan ketentraman lingkungan perkotaan, khususnya Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau
Selatan. Sejalan dengan kutipan di atas, Badan Lingkungan Hidup BLH Daerah
Kabupaten Labuhan Batu melalui wawancara penelitian ini menyatakan bahwa: “Kami tidak mempunyai andil terhadap kegiatan pengusahaan sarang burung
walet di Labuhan Batu. BLH menyatakan bahwa mereka lebih bersifat persuasif, dapat diartikan bahwa setiap praktik eksploitasi lingkungan yang
terjadi di Kabupaten Labuhan Batu pada akhirnya akan menjadi derita bersama. Inilah yang menjadikan pengelolaan lingkungan di daerah otonom
68 belum merefleksikan keterpaduan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan dan
keberlanjutan ekologi.”
55
Otonomi daerah di bidang lingkungan lebih dimaknai sebagai otonomi dalam pengendalian lingkungan, bukan dalam pengelolaan lingkungan secara utuh mulai
dari perencanaan hingga penegakan hukum. Konstruksi pengaturan demikian berimplikasi terhadap lemahnya kapasitas kelembagaan lingkungan hidup di daerah,
karena seolah-olah hanya bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan. Lemahnya kapasitas kelembagaan diperparah oleh kedudukan lembaga
lingkungan seperti lembaga teknis daerah, yang tugas dan fungsinya tidak bersifat operasional. Dengan demikian, pengelolaan lingkungan di daerah belum
merefleksikan keterpaduan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan dan keberlanjutan ekologi sebagai esensi politik lingkungan dalam prinsip-prinsip
otonomi daerah.
56
Adanya polusi suara merupakan konsekuensi yang pasti dari berdirinya ruko pengusahaan sarang burung walet. Polusi suara sepertinya dianggap sebagai hal yang
tidak penting. Melihat gangguan yang ditimbulkannya hanya dapat dirasakan oleh indra telinga saja. Polusi suara dari ruko walet bersumber dari tweeter atau musik
pemancing burung walet, yang berfungsi sebagai pemanggil burung walet yang
3.3 Polusi Suara di Kecamatan Rantau Utara