Latar Belakang Keluarga Pemikiran Soekarno tentang marhaenisme

Marhaenisme dan Pendjelasan Singkatnya”. Pada buku ini membahas tentang sembilan tesis yang dideklarasikan dalam konferensi Partindo di Jogjakarta pada bulan Agustus 1933 dan memberi penjelasan tiap-tiap tesisnya. Ali Sastroamidjojo dalam bukunya “Dasar-Dasar Pokok Marhaenisme” membahas tentang kapitalisme dan imperialisme dan awal masuknya ke Indonesia. Juga membahas tentang keadaan masyarakat Indonesia yang pada saat itu berhadapan dengan kapitalisme Belanda hingga terjadi pergerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia. Ali Sastroamidjojo menerangkan tentang dasar dari Marhaenisme dan menghubungkan Marhaenisme dengan Pancasila dan manifesto politik. Oleh sebab itu penulis merasa persoalan tersebut penting sekali untuk dikaji ke dalam sebuah karya ilmiah, agar kita dapat memahami secara mendalam dan menyeluruh bagaimana ideologi Marhaenisme yang dipaparkan oleh Soekarno pada 4 Juli 1927 yang lalu.

B. Latar Belakang Keluarga

Soekarno dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Sukemi Sosrodihardjo yang berasal dari Blitar dan Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari Bali. Ayah Soekarno, Raden Sukemi Sostrodihardjo 1 termasuk golongan bangsawan rendahan Jawa, sebagaimana ditunjukkan oleh gelar “Raden” yang disandangnya dan dengan demikian bisa masuk sekolah pendidikan guru Kweekschool yang dibuka sekitar tahun 1870 di Probolinggo, Jawa Timur. 2 1 Lahir tahun 1869 dan meninggal pada 8 Mei 1945, pada usia 76 tahun. 2 Bernhard Dahm, Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan, penerjemah; Hasan Basari Jakarta: LP3ES, 1987, h. 27. Setelah lulus, Sukemi dipekerjakan pada sebuah sekolah pendidikan pegawai negeri bumiputra yang baru dibuka di Singaraja, Bali. Di samping tugas sebagai pengajar, ia menambah penghasilannya dengan bekerja sebagai asisten peneliti DR. Van der Tuuk, seorang ahli bahasa Batak yang pada waktu itu sedang sibuk mempelajari bahasa dan adat-istiadat Bali. Sedangkan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai, yang menurut Soekarno adalah putri dari salah satu keluarga Bali dari kelas Brahmana, dan setelah upacara perkawinan menurut agama Islam dikeluarkan dari kasta Brahmananya. 3 Sukemi dan istrinya tetap tinggal di Singaraja sampai lahir anak tertua mereka, seorang putri bernama Sukarmini. Dalam masa dua tahun setelah kelahiran putrinya tersebut, Sukemi mengajukan permohonan dan diizinkan pindah ke Surabaya. Setelah enam tahun lahirnya Soekarno, keluarganya pindah dari Surabaya ke Sidoarjo dan kemudian ke Mojokerto, di mana Sukemi dinaikkan pangkatnya menjadi manteri guru di sekolah Ongkoloro untuk kaum Bumiputra. 4 Kusno Sosro Soekarno, 5 melewatkan bagian terbesar dari masa kecilnya di Tulungagung, Kediri. Bersama kakeknya, Soekarno dididik untuk selalu bersikap jujur dan adil, juga membiarkannya menuruti kehendak hatinya sendiri. Seperti pada saat masih kecil Soekarno sudah diperbolehkan menonton pertunjukkan wayang, yang berlangsung mulai senja hingga dini hari. Bahkan sebelum 3 O. P. Simorangkir, Renungan Bapak Marhaen Indonesia; Bung Karno Jakarta: Univ. Krisnadwipayana, 2002, h. v. 1. Pernikahan yang mereka lakukan merupakan pernikahan yang jarang terjadi pada masanya, yakni pernikahan antar-suku, antar-agama. 4 Simorangkir, Renungan Bapak Marhaen Indonesia, h. 1-2. 5 Nama kecil Soekarno yang dikemudian hari kedua nama depannya dibuang sesuai dengan kebiasaan Jawa. pergerakan nasionalis dimulai, Soekarno kecil duduk malam demi malam di muka layar, hasrat akan kemerdekaan dihidupkan terus oleh dalang. 6 Selain dengan kakeknya, Soekarno juga dekat dengan pembantu keluarganya yaitu Sarinah, yang dikemudian hari dipujanya sebagai lambang wanita Indonesia. Soekarno mengakui, bahwa Sarinah besar pengaruhnya dalam hidupnya. Melalui dialah ia belajar mencintai rakyat jelata. Di Tulungagung, ia hanya menjalani masa yang singkat. Ketika usianya sekitar enam tahun, keluarganya pindah ke Sidoarjo dan kemudian pindah ke Mojokerto. Di Mojokerto, ayahnya diangkat menjadi guru di Ongkoloro dan Soekarno masuk ke sekolah tempat ayahnya mengajar. Pada masa kecilnya Soekarno telah memiliki kelebihan, yakni dengan cepat menguasai kawan bermainnya. Ia senang dengan reputasinya sebagai jagoan muda, yang lebih berani dari pada teman-temannya, suka memimpin dan mengatur kegiatan bermain membuat dirinya menjadi pusat dari suatu geng kecil. 7

C. Latar Belakang Pendidikan