kecil, kaum pelajar kecil, pendek kata : . . . . kaum kromo dan kaum marhaen yang apa-apanya semua kecil.”
38
Kaum marhaen bukan hanya kaum buruh, melainkan juga petani kecil,
pedagang kecil dan pelajar kecil. Bahkan, dalam perkembangannya kaum marhaen bukan hanya kaum kecil atau kaum melarat saja. Setelah Marhaenisme
dijadikan asas oleh Partindo, orang yang disebut marhaenis adalah tiap-tiap orang bangsa Indonseia yang menjalankan Marhaenisme.
2. Konsep Dasar Marhaenisme
Ide yang mendasari Soekarno dalam merumuskan Marhaenisme diawali dari penelusuran historis yang dialami pada saat itu, yaitu kolonialisme Belanda
yang menurut Soekarno menyebabkan kesengsaraan rakyat dan kemajemukkan masyarakat Indonesia dalam suku, budaya, agama maupun aliran-aliran politik.
39
Dari penelusuran historis tersebut membuat Soekarno mencari cara bagaimana mempersatukan masyarakat Indonesia yang majemuk tersebut. Mengenai
banyaknya aliran politik yang terjadi pada saat itu, Soekarno menawarkan jalan keluar yaitu dengan ide menyatukan aliran-aliran tersebut dengan ide NASAKOM
Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Soekarno menawarkan ide tersebut dikarenakan masing-masing aliran memiliki tujuan yang sama namun berjuang
sendiri-sendiri. Berdasarkan dari penelusuran historis tersebut, Soekarno berupaya untuk
menggalang rasa sentimen kebangsaan rakyat Indonesia yang pada saat itu tercerai berai. Dimulai dengan menawarkan ide tentang nasionalisme serta
38
Soekarno, Indonesia Mengugat Jakarta: S.K. Seno, 1956, h. 137.
39
Ayub Ranoh, Kepemimpinan Kharismatis; Tinjauan Teologis-Etis atas Kepemimpinan Kharismatis Soekarno Jakarta: Gunung Mulia, 2000, h. 41.
merumuskan model nasionalisme yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Konsep nasionalisme Soekarno sangat dipengaruhi oleh pemikiran Ernest Renan 1882
dengan pendapatnya tentang bangsa. Menurut Renan bangsa adalah ada suatu nyawa, suatu azas-akal, yang terjadi dari dua hal:
1. Rakyat itu dari awal harus bersama-sama menjalani suatu riwayat.
2. Rakyat itu sekarang harus mempunyai kemauan, keinginan hidup menjadi
satu. Bukan sekedar jenis ras, bahasa, agama, persamaan kebutuhan dan batas-batas negeri yang menjadi bangsa.
40
Nasionalisme Soekarno berawal dari suatu bangsa, yaitu rakyat. Pengertian rakyat dalam konsep bangsa di atas adalah sekumpulan manusia yang
secara historis mempunyai kesamaan riwayat, kemauan dan keinginan untuk menjadi satu.
Penekanan dalam konsep nasionalisme Soekarno, yaitu tentang kesadaran akan nasib. Apa yang diinginkan oleh Soekarno adalah adanya perubahan nasib
dari bangsa yang tertindas dan terjajah menjadi bangsa yang merdeka dan memiliki harga diri.
41
“Nasionalisme adalah suatu itikad, suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu adalah satu golongan, satu bangsa.... Rasa nasionalistis itu akan
menimbulkan suatu rasa percaya akan dirinya sendiri, rasa yang mana adalah perlu sekali untuk mempertahankan diri di dalam perjuangan
menempuh keadaan-keadaan yang mau mengalahkan kita.”
42
40
Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi Panitya Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi, 1963, h. 3.
41
Yulianto Sigit Wibowo, Marhaenisme; Ideologi Perjuangan Soekarno Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, h. 37.
42
Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, h. 3.
Di atas disebutkan bahwa nasionalisme adalah keinsyafan kesadaran rakyat. Untuk menyadarkan dan membangkitkan rakyat, Soekarno menyebutkan
ada tiga cara yaitu: 1.
Menunjukkan kepada rakyat, bahwa mereka punya masa lalu adalah masa lalu yang indah.
2. Membangkitkan kesadaran rakyat, bahwa mereka punya masa kini
adalah masa kini yang gelap. 3.
Memperlihatkan kepada rakyat sinarnya masa depan yang berseri- seri dan terang, serta cara mendatangkan masa depan yang penuh
dengan janji-janji itu.
43
Dari pengertian nasionalisme di atas, Ruslan Abdulgani merumuskan tiga aspek nasionalisme Indonesia. Pertama, aspek politik, bersifat menumbangkan
dominasi politik bangsa asing untuk menggantikannya dengan suatu sistem pemerintahan yang demokratis. Kedua, aspek sosial-politik, bersifat
menghentikan eksploitasi ekonomi asing, dan membangun masyarakat baru yang bebas dari kemelaratan dan kesengsaraan. Ketiga, aspek kultural, bersifat
menghidupkan kembali kepribadian bangsa Indonesia yang disesuaikan dengan perkembangan jaman.
44
Dari konsep nasionalisme tersebut, Soekarno merasa perlu adanya ideologi yang mampu menjembatani antara ide tentang negara yang
diinginkan oleh rakyat Indonesia dengan realitas masyarakat Indonesia.
45
Nasionalisme Soekarno yang disebut sebagai sosio-nasionalisme. Sosio- nasionalisme diambil dari kata sosio yang berarti masyarakat dan nasionalisme
yang berarti perasaan yang mengikat atas dasar kesamaan asal-usul, rasa memiliki
43
Soekarno, Indonesia Mengugat, h. 118.
44
Ruslan Abdulgani, Negara dan Dasar Negara Jakarta: Penerbit Endang, 1957, h. 40.
45
Wibowo, Marhaenisme; Ideologi Perjuangan Soekarno, h. 41.
hubungan yang erat. Jadi sosio-nasionalisme adalah nasionalisme masyarakat, nasionalisme yang mencari keselamatan seluruh masyarakat dan bertindak sesuai
dengan keadaan masyarakat tersebut. Nasionalisme Soekarno adalah nasionalisme yang sadar akan keadaan masyarakat yang menderita karena penindasan
imperialisme dan sadar akan keharusan menentang dan meruntuhkannya agar dapat mendirikan suatu masyarakat baru yang adil dan makmur tanpa penderitaan,
serta bersandarkan atas azas perikemanusiaan.
46
Sosio-nasionalisme ini merupakan prinsip awal Marhaenisme. Konsep ini digunakan pada masa perjuangan dan prinsip kedua adalah sosio-demokrasi di
mana konsep ini digunakan setelah Indonesia merdeka, sosio-demokrasi bukan hanya demokrasi politik yang menitikberatkan pada kekuasaan kelembagaan
melainkan juga mencakup bidang ekonomi yang menekankan bahwa setiap warga negara memiliki hak, kewajiban dan perlakuan yang sama dalam bidang ekonomi.
Kedua prinsip tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi kemudian dalam kongres Partindo 1933
dijadikan sinonim dari istilah Marhaenisme. Soekarno memberi penegasan terhadap konsep sosio-nasionalisme dan
sosio-demokrasi, yakni membebaskan seluruh rakyat Indonesia dari belenggu kemiskinan dan kesengsaraan.
“Sosio-nasionalisme adalah nasionalisme marhaen, dan menolak tiap tindak borjuisme yang menjadi sebabnya kepincangan masyarakat itu. Jadi:
sosio-nasionalisme adalah nasionalisme politik dan ekonomi – suatu nasionalisme yang bermaksud mencari keberesan politik dan keberesan
ekonomi, keberesan negeri dan rezeki..... Sosio-demokrasi adalah timbul karena sosio-nasionalisme.”
47
46
Sastroamidjojo, Dasar-Dasar Pokok Marhaenisme, h. 26.
47
Soekarno, Indonesia Mengugat, h. 175
Konsep Marhaenisme yang merupakan sinonim dari konsep sosio- nasionalisme dan sosio-demokrasi merupakan dasar sendi sistem pemerintahan
yang bukan hanya memiliki ciri demokrasi dalam bidang politik saja, melainkan juga mencakup sendi demokrasi ekonomi. Konsep ini membedakan sistem
demokrasi Barat yang hanya mencakup sendi politik saja dengan sistem demokrasi yang diinginkan oleh Marhaenisme Soekarno.
Ide sentral dari Marhaenisme yang mencakup aspek demokrasi politik dan ekonomi, sama halnya dengan ide sentral yang terkandung dalam tema demokrasi,
yaitu partisipasi rakyat. Dalam demokrasi politik dituntut tersedianya ruang bagi rakyat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam sistem politik, sama halnya dengan
demokrasi ekonomi, Soekarno mensyaratkan dilibatkannya partisipasi rakyat dalam sistem ekonomi. Partisipasi rakyat yang terangkan dalam demokrasi sendiri
telah memberikan arti pada pemanfaatan secara optimal segenap potensi rakyat dalam segi politik maupun segi ekonomi. Pengelolaan potensi ekonomi yang
bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini dikelola dengan sistem padat karya.
48
C. Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Marhaenisme