perkumpulan atau asosiasi, yaitu Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia AASI. Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia AASI dibentuk selain sebagai media
komunikasi sesame anggota, juga secara eksternal sebagai wadah resmi untuk mewakili asuransi syariah, baik kepada pemerintah, legeslatif, maupun ke luar negeri.
Terutama dalam rangka membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga serupa di luar negeri yang menggunakan prinsip-prinsip syariah.
AASI sebagi wadah tunggal asuransi syariah, telah menyiapkan sertifikasi ahli asuransi syariah sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
KMK yang baru, bekerjasama dengan BPPK Departemen Keuangan, LPKG Yayasan Artha Bhakti Departemen Keuangan, menyiapkan Education Program, yaitu
Certified Islamic Insurance Society CIIS.
2. Kebutuhan Sumber Daya Manusia SDM Asuransi Syariah.
Dari gambaran di atas terlihat bahwa industri asuransi syariah sudah berkembang dan menjangkau aspek industri keuangan syariah di Indonesia.
Perkembangan ini akan terus berlanjut seiring dengan permintaan demand masyarakat akan produk dan jasa asuransi syariah. Permintaan itu sendiri akan
semakin berkembang dengan semakin meluasnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang asuransi syariah. Dengan demikian, industri-industri asuransi
syariah, lembaga-lembaga sertifikasi pendidikan dan pelatihaan dan ekonomi syariah harus terus melakukan sosialisasi dan pendidikan tentang ekonomi syariah dari
berbagai aspek kepada masyarakat. Syarat utama yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan tersebut
adalah pengembangan keahlian dan kompetensi SDM asuransi syariah di bidang jasa
asuransi syariah. Hal ini dibutuhkan untuk mendorong terjadinya akselerasi dalam inovasi dan meningkatkan kinerja asuransi syariah.
Terus bertambahnya perusahaan asuransi syariah di Indonesia merupakan kabar baik bagi perkembangan industri Asuransi syariah saat ini. Namun, sayangnya
hal itu tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia SDM asuransi syariah yang berkualitas. Seringkali, pembukaan cabang atau divisi asuransi syariah
baru hanya didukung jumlah SDM terbatas.
39
Sebaran profesi di lembaga ekonomi syariah cukup luas cakupannya meliputi: lembaga-lembaga perbankan syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah, BMT,
pelaku pasar perdagangan antar negara-negara Muslim, wirausaha, lembaga pemerintah, bisnis syariah, Lembaga atau Badan Amil Zakat LAZBAZ, lembaga
pendidikan, dan konsultan publik. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:
40
TABEL 4.3 Kondisi SDM
39
Mihami Tjokrosaputro, Perkembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia, Kendala dan Prospeknya dalam Menghadapi AFTA Tahun 2003.
Jakarta : Jurnal Ekonomi, 2002. Hal. 144.
40
Harymurthy, “Eran perguruan Tinggi Dalam Menghasilkan SDM Syariah Yang Profesional.”
: Workshop: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. h. 12.
di Lembaga Keuangan Syariah Indonesia
4 96 A
6 56
6 ,
4 :6 ,
5:6 , 7
, DD
4 :6 3
E
:6 7
6
6 =
7
Sumber: Kajian Kondisi dan Kebutuhan SDM pada Asuransni Syariah di Indonesia, FE UI 2003, hingga saat ini belum ada penelitian yang lebih kontemporer untuk
mengetahui kondisi SDM dalam Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia Saat ini telah ada lulusan lembaga pendidikan ekonomi Islam
Dari tabel di atas terlihat bahwa cakupan profesi di bidang ekonomi syariah sangat luas dan akan terus berkembang seiring dengan kesadaran masyarakat untuk
berekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Untuk itu, kebutuhan terhadap tenaga profesional di masing-masing lembaga tersebut semakin besar dari waktu ke
waktu.
3. Regulasi Asuransi Syariah Di Indonesia