Regulasi Asuransi Syariah Di Indonesia

Sumber: Kajian Kondisi dan Kebutuhan SDM pada Asuransni Syariah di Indonesia, FE UI 2003, hingga saat ini belum ada penelitian yang lebih kontemporer untuk mengetahui kondisi SDM dalam Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia Saat ini telah ada lulusan lembaga pendidikan ekonomi Islam Dari tabel di atas terlihat bahwa cakupan profesi di bidang ekonomi syariah sangat luas dan akan terus berkembang seiring dengan kesadaran masyarakat untuk berekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Untuk itu, kebutuhan terhadap tenaga profesional di masing-masing lembaga tersebut semakin besar dari waktu ke waktu.

3. Regulasi Asuransi Syariah Di Indonesia

Mengenai regulasi asuransi syariah, khususnya mengenai tenaga ahli asuransi syariah. Islamic Insurance Society sedang memperjuangkan semacam Takaful Act Undang-undang Asuransi Syariah. Diharapkan ke depan pemerintah lebih merespon perkembangan asuransi syariah. Regulasi yang mendukung perkembangan asuransi syariah khususnys SDM asuransi syariah, yaitu: a. Keputusan Menteri Keuangan KMK Republik Indonesia nomor 426 KMK.06 2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. Paragraf 5 Tenaga ahli pada kantor cabang pasal 23 ayat 2: 1. Tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a Memiliki kualifikasi sebagai ajun ahli manajemen asuransi kerugian dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia AAMAI atau dari asosiasi sejenis dari luar negeri setelah terlebih dahulu memperoleh pengakuan dari AAMAI; b Memiliki pengalaman teknis asuransi kerugian sekurang-kurangnya 2 dua tahun; dan c Tidak sedang dalam pengenaan sanksi dari asosiasi profesi. 2. Pasal 32 ayat 1.c: Memiliki tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat 2 dan pasal 24 ayat 2, yang memiliki keahlian di bidang asuransi dan atau ekonomi syariah. b. Peraturan Pemerintah PP Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian. Pasal 3 1.d Mempekerjakan tenaga ahli sesuai dengan bidang usahanya dalam jumlah yang cukup untuk mengelola kegiatan usahanya. 41 Berdasarkan KMK nomor 426KMK. 062003 tersebut dijelaskan bahwa Departemen Keuangan mensyaratkan adanya ahli asuransi syariah dan atau ekonomi syariah dalam perusahaan asuransi yang menjalankan prinsip syariah. Hal Ini diartikan oleh industri asuransi syariah, Apakah semua perusahaan asuransi syariah wajib memiliki ahli asuransi syariah dan atau ekonomi syariah? 41 Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2008 Berikut data peserta program sertifikasi keahlian asuransi syariah periode oktober 2003- desember 2008: 42 Daftar nama peserta dan nama perusahaan terlampir 1. Jumlah peserta program sertifikasi pendidikan dan pelatihan tingkat dasar asuransi syariah : 412 peserta dengan 29 angkatan. 2. Jumlah peserta program sertifikasi pendidikan dan pelatihan tingkat ajun ahli asuransi syariah : 161 peserta dengan 13 angkatan 3. Jumlah peserta program sertifikasi pendidikan dan pelatihan tingkat ahli asuransi syariah : 21 peserta dengan 2 angkatan. Dari fakta diatas telah dijelaskan bahwa setiap perusahaan asuransi syariah telah menjalankan regulasi tersebut, yaitu mengikutsertakan stafnya untuk mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah di Islamic Insurance Society sesuai dengan KMK nomor 426KMK. 062003. Sebab setiap perusahaan asuransi yang akan mengajukan izin membuka unit syariah harus mencantumkan tenaga ahli yang akan dipekerjakan di bidang asuransi atau ekonomi syariah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Keputusan Menteri Keuangan KMK dan Peraturan Pemerintah PP. Selain itu, ketika mengajukan permohonan surat rekomendasi kepada Dewan Syariah Nasional DSN sering dipertanyakan kesiapan tenaga ahli yang akan dipekerjakan. 43 42 Kerjasama Lembaga Pengembangan Kepemimpinana Global LPKG, Asosiasi Asuransi Syariah AASI, Dan Islamic Insurance Society, Kegiatan Akademik Training Asuransi Syariah, Periode Oktober s.d Desember 2008 Jakarta: Lembaga Pengembangan Kepemimpinana Global LPKG, Januari 2009, h. 1. 43 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Syakir Sula. Jakarta. 21 Januari 2009 . Berikut persyaratan pengurusan izin lembaga keuangan syariah: 1. Aspek Legal o Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah o Persetujuan dari rapat umum pemegang saham o Identitas pengurus seperti dari Dewan Pengawas Syariah, Unit Usaha Asuransi Syariah setingkat divisi dan kantor unit syariah 2. Aspek Operasional o Business plan o Hasil analisis peluang pasar an potensi ekonomi o Rencana kegiatan usaha o Rencana kebutuhan pegawai o Proyeksi arus kas bulanan selama 12 bulan o Proyeksi neraca dan perhitungan labarugi o Manual operasional o Manual produk o Cadangan teknis sesuai ketentuan undang-undang o Sumber daya manusia yang dilengkapi sertifikat training, serta dari tenaga ahli asuransi syariah 3. Aspek Syariah o Penempatan dan tugas-tugas Dewan Pengawas Syariah Ketika mengajukan surat ke Departemen Keuangan juga harus menyertakan surat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional. Karena Dewan Syariah itu nanti akan menunjuk 3 orang Dewan Pengawas Syariah yang ditempatkan diperusahaan asuransi syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah itulah yang nanti bersama team syariahnya mengawasi kegiatan usaha perusahaan asuransi syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional : 1. Menyusun produk, 2. Bagaimana memasarkan, 3. Bagaimana memisiahkan dana yang konvensinal dan syariah, 4. mana yang diinvestasikan ke syariah dan konvensional. Sebelum semua dokumen pengajuan pembukaan cabang syariah ditandatangani dan disetujui oleh Dewan Pengawas Syariah, dokumen tersebut tidak akan diproses oleh Departemen Keuangan. Hal tersebut di atas menunjukkan betapa pentingnya SDM asuransi syariah.

4. Sekilas Tentang Islamic Insurance Society IIS