BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari waktu ke waktu, industri jasa keuangan syariah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada dekade belakangan ini terjadi percepatan
pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan syariah di berbagai belahan dunia, tidak saja di negara-negara Muslim tetapi juga di kawasan berpenduduk mayoritas non-
Muslim. Di Benua Eropa misalnya, telah didirikan Islamic Bank of Britain dan Islamic Investment Bank, asuransi syariah, manajemen investasi, dan beberapa
lembaga keuangan mikro syariah. Hal serupa terjadi juga di dataran benua Amerika dan Australia. London pun sekarang bersiap-siap untuk menjadi salah satu pusat
keuangan syariah dunia.
1
Meskipun pertumbuhannya relatif sangat cepat, industri keuangan syariah masih menghadapi beberapa kendala terutama di sektor sumber daya manusia SDM.
Pertumbuhan yang tinggi dari sisi asset keuangan syariah hendaknya diimbangi oleh pertumbuhan dari tenaga professional pelaku industri keuangan syariah itu sendiri.
2
Tentu saja, tenaga profesional yang diharapkan adalah mereka yang memiliki dan memenuhi kualifikasi tertentu sebagai pelaku industri keuangan syariah. Bukan
1
Nuruddin Mhd. Ali, “Menyoal Profesionalisme dalam Industri Keuangan Syariah” artikel diakses pada 12 Juni 2008 dari http:www.tazkia.online.com.html.
2
Hadari Nawawi, Perencanaan SDM; Untuk Organisasi Profit yang Kompetitif, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003, Hal. 108.
sekedar pelaku industri keuangan konvensional yang diberi pelatihan beberapa hari tentang dasar-dasar keuangan syariah.
Terus bertambahnya perusahaan asuransi syariah di Indonesia merupakan kabar baik bagi perkembangan industri Asuransi syariah saat ini. Namun, sayangnya
hal itu tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia SDM asuransi syariah yang berkualitas. Seringkali, pembukaan cabang atau divisi asuransi syariah
baru hanya didukung jumlah SDM terbatas.
3
Berdasarkan data Islamic Insurance Society IIS per Maret 2006, sekitar 80 persen dari seluruh cabang atau divisi asuransi syariah belum memiliki ajun ahli
syariah. Islamic Insurance Society IIS mengestimasi asuransi syariah Indonesia per Maret 2006 memiliki sekitar 200 cabang dan hanya didukung 30 ajun ahli syariah.
Jumlah yang cukup sedikit bila dibandingkan kondisi SDM di asuransi konvensional. Per Maret 2006, sebagian besar cabang asuransi konvensional telah memiliki
sedikitnya seorang ajun ahli asuransi syariah. Jumlah tersebut sesuai dengan ketentuan departemen keuangan Depkeu.
4
Padahal, keahlian ajun ahli syariah sangat dibutuhkan dalam mendorong perkembangan inovasi produk asuransi syariah. Hal tersebut berdampak pada kurang
berkembangnya produk inovatif di industri asuransi syariah. Saat ini, sebagian besar cabang atau divisi asuransi syariah lebih memilih untuk meniru produk asuransi
konvensional lalu dikonversi menjadi syariah mirroring. Jadi, produk asuransi
3
Mihami Tjokrosaputro, Perkembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia, Kendala dan Prospeknya dalam Menghadapi AFTA Tahun 2003.
Jakarta : Jurnal Ekonomi, 2002. Hal. 144.
4
Republika, “Tantangan Dalam Sumber Daya Manusia SDM Asuransi Syariah”, artikel diakses pada, 14 Mei 2008 dari http:www.republika.com.html.
syariah yang ada saat ini lebih banyak merupakan produk ikut-ikutan dari asuransi konvensional. Contohnya, mereka ada bank assurance, kita buat yang syariahnya,
Dalam upaya untuk mendorong perkembangan asuransi syariah di Indonesia dan pentingnya kualitas SDM di industri asuransi syariah, maka Berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan KMK Nomor 426KMK.062003 Pasal 232 dan Pasal 32 1c tentang Perizinan Usaha Asuransi Syariah, bahwa untuk membuka
cabang Perusahaan Asuransi Syariah dibutuhkan tenaga ahli dibidang asuransi atau ekonomi syariah.
5
Dalam KMK Nomor 426KMK.062003 tentang perizinan usaha asuransi dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, hanya menyebutkan
pada pasal 4 ayat 3 bahwa selain harus memenuhi ketentuan dalam ayat 1, pendirian atau konversi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah
harus pula menyampaikan: a bukti pendukung bahwa tenaga ahli yang dipekerjakan memiliki keahlian di bidang asuransi dan atau ekonomi syariah.
6
Dari perkembangan itu muncul suatu kebutuhan bahwa industri asuransi syariah juga harus ada dan
kebutuhan itu harus dipenuhi dengan tenaga SDM yang berkualitas dengan itu Islamic Insurance Society IIS masuk kewilayah itu.
Perusahaan asuransi syariah sangat memahami bahwa sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberhasilannya. Sadar akan
5
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia AASI BPPK Departemen Keuangan Republik Indonesia, brosur pendaftaran UJian Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah, Jakarta: Asosiasi
Asuransi Syariah Indonesia AASI BPPK Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2006
6
Muhammad Syakir Sula, Asuaransi Syariah ; Konsep dan Operasional, Jakarta : Gema Insani Press, 2004, hal. 569
pentingnya kualitas dari tenaga kerja untuk mencapai standar yang diperlukan baik oleh pelanggan-pelanggan lokal maupun internasional, Perusahaan asuransi syariah
menyadari bahwa sumber daya manusia adalah sumbangan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan Perusahaan. Perusahaan asuransi syariah bangga
akan kemampuannya dalam menyediakan kesempatan bagi seluruh karyawan untuk mengembangkan kreatifitas, memajukan prospek usaha dan mencapai tujuannya
untuk menjadi Perusahaan yang mendunia.
7
Dari gambaran di atas terlihat bahwa industri ekonomi syariah sudah berkembang dan menjangkau hampir semua aspek industri asuransi syariah.
Perkembangan ini akan terus berlanjut seiring dengan permintaan demand masyarakat akan produk dan jasa asuransi syariah dan keuangan syariah. Permintaan
itu sendiri akan semakin berkembang dengan semakin meluasnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang asuransi syariah. Dengan demikian, lembaga-lembaga
keuangan dan ekonomi syariah harus terus melakukan sosialisasi dan pendidikan tentang ekonomi syariah dari berbagai aspek kepada masyarakat.
Syarat utama yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan tersebut adalah pengembangan keahlian dan competensi di bidang jasa asuransi syariah dan
keuangan syariah. Hal ini dibutuhkan untuk mendorong terjadinya akselerasi dalam inovasi dan meningkatkan kinerja perusahaan asuransi syariah dalam penguatan
kapasitas sumber daya manusia.
7
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003, h.28.
Melihat perkembangan SDM di industri asuransi syariah di atas, terlihat seperti ada jarak antara yang diidealkan dengan kenyataan di lapangan. Hal ini antara
lain ditandai oleh masih minimnya pengetahuan tentang aturan-aturan syariah di kalangan pelaku industri itu sendiri. Ini terjadi karena masih kurangnya pendidikan
lanjutan setelah pendidikan dasar ekonomi dan keuangan syariah. Perusahaan asuransi syariah harus menjadi learning organization yang terus belajar dan
mengembangkan pengetahuan keuangan syariah. Dari sini lah mereka kemudian dapat mempercepat munculnya inovasi produk dan jasa yang ditawarkan kepada
masyarakat.
8
Selama ini ada beberapa kritikan masyarakat terhadap pelaku industri keuangan syariah karena dianggap sama saja dengan yang konvensional. Bahkan, di
beberapa bagian terkesan bahwa perusahaan asuransi konvensional lebih baik daripada perusahaan asuransi syariah. Hal ini terkait dengan kualitas layanan yang
diberikan. Perusahaan asuransi syariah harus betul-betul syariah dari segi operasional dan layanan yang diberikan kepada masyarakat dan bukan sekedar namanya saja yang
syariah. Ala kulli hal
pada setiap keadaan, para profesional keuangan syariah diharapkan juga mampu memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang
keuangan syariah itu sendiri. Masyarakat harus dididik terus menerus tentang bagaimana berekonomi dan bertransaksi yang sesuai syariah, menanamkan
pemahaman bahwa asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional. Pendidikan masyarakat ini memang membutuhkan investasi waktu dan ada
8
Nuruddin Mhd. Ali, “Menyoal Profesionalisme dalam Industri Keuangan Syariah”
opportunity costnya, namun in long run investasi itu akan kembali kepada industri asuransi syariah itu sendiri.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi tentang peranan program sertifikasi keahlian asuransi
syariah dalam pengembangan SDM. Pertanyaan mendasar yang hendak dikaji dalam masalah ini adalah apakah peranan program sertifikasi keahlian asuransi syariah
dalam pengembangan SDM pada Islamic Insurance Society? Pada bagian selanjutnya akan diuraikan bagaimana upaya Islamic Insurance Society dalam pengembangan
SDM asuransi syariah yang berkarir di industri keuangan syariah? serta analisis peranan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dalam pengembangan SDM
pada Islamic Insurance Society?. Hal ini untuk mengetahui gap antara idealita yang dicitakan yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan KMK nomor
426KMK.062003 Pasal 23 2 dan Pasal 32 1c tentang Perizinan Usaha Asuransi Syariah, bahwa untuk membuka cabang Perusahaan Asuransi Syariah dibutuhkan
tenaga ahli dibidang asuransi atau ekonomi syariah dan kondisi riil yang ada di lapangan. Maka penulis mengangkat masalah tersebut dengan menjadikan fokus
penelitian skripsi yang diberi judul : “PERANAN PROGRAM SERTIFIKASI KEAHLIAN ASURANSI SYARIAH DALAM PENGEMBANGAN SDM PADA
ISLAMIC INSURANCE SOCIETY”. Akhirnya, semoga penelitian ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan bermanfaat bagi semua kalangan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah