lix sampai dengan 1.000 meter, dengan rata-rata curah hujan 251,27 mm dan
kelembaban udara 78,50 serta rata-rata kecepatan angin 4,66 kmjam.
65
Sementara wilayah Kecamatan Lahat sendiri merupakan bagian dari wilayah administratif Kabupaten Lahat dengan Ibu Kota Kecamatan Kota
Baru yang secara fisik berbatasan langsung dengan Kecamatan Gumay Talang di Bagian utara dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pulau
Pinang, timur berbatasan dengan Kecamatan Merapi Barat, barat berbatasan
dengan Kecamatan Gumay Talang. Luas wilayah Kecamatan Lahat tercatat
lebih kurang 217,23 km², yang dibagi habis dalam 13 desa. Kontur wilayah Kecamatan Lahat adalah Tanah Sawah Mukim Rawa
Tanah Kebun baik Rakyat maupun Swasta.
C. Faktor Penduduk
Pada tahun 2005 Kabupaten Lahat memiliki jumlah penduduk sebanyak 514.894 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 277.516 jiwa dan
perempuan sebanyak 264.378 jiwa, dengan rata-rata jumlah penduduk per desa sebesar 1.026,31 orang. laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun
adalah 1,16. dalam kurun waktu 10 tahun tersebut 1990-2000 dan memiliki kepadatan penduduk sebesar 81,88 penduduk per kilometer
persegi.
66
Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, maka struktur penduduk di Kabupaten Lahat tergolong sebagai penduduk muda yaitu mengelompok pada
65
Kabupaten Lahat, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat 2005, h. 10
66
Kabupaten Lahat, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat 2005, h. 10
lx usia 15-29 tahun. Di samping itu, jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten
Lahat berjumlah 124.154 rumah tangga, dengan besar rumah tangga 4,36 orang. Artinya tiap-tiap rumah tangga akan dihuni antara 4 empat orang
sampai 5 lima orang. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Pendopo dengan kepadatan
penduduk 161,62 penduduk per kilometer persegi sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan paling rendah adalah Kecamatan Kikim Tengah dengan
kepadatan 25,99 penduduk per kilometer persegi. Untuk Kecamatan Lahat, jumlah penduduk adalah sebanyak 17.875
Jumlah KK yang terdiri dari 109.584 jiwa, Laki-laki 52.306 jiwa, dan Perempuan 57.278 jiwa.
67
D. Faktor Sosial
Kondisi kehidupan sosial kemasyarakatan di Lahat adalah sebagai berikut:
1. Agama
Pertumbuhan Kabupaten Lahat melahirkan suatu masyarakat yang kompleks menurut ukuran kesukuan, ras, serta kelompok-kelompok sosial
lainnya. Adanya pluralisme etnis ini juga terlihat pada kondisi keagamaan masyarakatnya. Meskipun mayoritas beragama Islam kurang lebih 90,
ada juga sebagian yang menganut agama berbeda, 5 Kristen Protestan, 2 Kristen Katolik, 5 Hindu, 1,5 Buddha.
67
Kabupaten Lahat, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat 2005, h. 15
lxi Mayoritas penduduk Kecamatan Lahat beragama Islam, Dari total
590.032 penganut Agama Islam di Kabupaten Lahat, sebanyak 88.952 pemeluk di antaranya berada di Kecamatan Lahat. Dan dari penganut Non
Islam 5.069, sebanyak 3.550 pemeluk atau mayoritas berada di Kecamatan Lahat di mana 1837 di antaranya adalah pemeluk agama
Buddha. Sementara untuk tempat peribadatan tercatat 72 buah Masjid, 5 buah Gereja, 2 buah Vihara.
68
Tabel 1 Jumlah Penduduk Lahat Menurut Agama
Berdasarkan Kecamatan
Agama No
Kecamatan Islam
Non Islam
1 Tanjung Sakti PUMI
15.857 150
2 Tanjung Sakti PUMU
13.871 13
3 Muara Pinang
31.207 -
4 Pendopo 48.795
- 5 Ulu
Musi 41.230
18 6 Tebing
Tinggi 54.062
324 7 Jarai
33.153 1
8 Kota Agung
17.969 -
9 Pulau Pinang
15.263 -
10 Pagar Gunung
11.089 6
11 Merapi Timur
18.581 -
12 Merapi Barat
24.147 5
13 Lahat 88.952
3.550 14 Gumay
Talang 7.576
- 15 PSEKSU
6.943 -
16 Pasemah Air Keruh
15.966 -
17 Pajar Bulan
22.272 -
18 Lintang Kanan
25.056 -
19 Talang Padang
13.514 -
20 Mulak Ulu
19.001 -
21 Kikim Selatan
14.076 -
22 Kikim Timur
26.891 699
23 Kikim Tengah
7.931 19
24 Kikim Barat
16.630 284
Jumlah 590.032
5.069
Meskipun saat ini mayoritas penduduknya beragama Islam, namun terdapat pula yang beragama lain. Di antara agama dimaksud ialah agama
68
Kabupaten Lahat, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat 2005, h. 19
lxii Budha, di mana mayoritas berdomisili di kecamatan Lahat. Sejarah
masuknya Islam adalah melalui Padang dan Minangkabau serta dari Jawa, akan tetapi tulisan ini tidak melakukan pembahasan tentangnya secara
lebih lanjut. Sementara itu, sejarah agama Buddha di Lahat terutama di
Kecamatan Lahat dalam proses perkembangannya praktis berhubungan dengan perkembangan agama Buddha di hampir seluruh benua Asia
:.
Terdapat 2 dua rute penyebaran dalam perkembangan agama Buddha di benua Asia, yaitu; Pertama, Jalur Selatan, tradisi yang
berkembang Theravada. Negara yang dituju dari india ke Sri Lanka, lalu ke Myanmar, Thailand, Laos dan Kamboja. Kedua, Jalur Utara, tradisi
mahayana berbagai aliran. Negara yang dituju dari india ke Asia Tengah, China, Korea, Jepang, Vietnam, Tibet, Mongolia dan Indonesia.
Agama Buddha bagi bangsa Indonesia sebenarnya bukanlah agama baru. Ratusan Tahun yang silam agama ini pernah menjadi pandangan
hidup dan kepribadian bangsa Indonesia tepatnya pada zaman kerajaan Sriwijaya, kerajaan Maratam Purba dan keprabuan Majapahit.
Perkembangan Agama Buddha di Indonesia, yaitu Abad I, ditandai kedatangan
Ajisaka.
69
Kemudian abad II, III, IV, menurut catatan Fa-Hien pada saat itu di Jawa agama Buddha sudah ada dan kedatangannya. Pada saat itu
69
Ajisaka artinya ahli dalam kitab suci, sakya ahli buddha Dharma. Ajisaka merupakan gelar untuk raja Tritustha. Dalam legenda masyarakat Jateng tentang perang dahsyat antara
Ajisaka dengan Raja Dewoto Cengkar dewoto = dewa, cengkar = jahat = dewa jahat avidya
lxiii banyak membawa rupang dan kitab agama Buddha. Perkembangan agama
Buddha mencapai jaman keemasan pada Abad VII, VIII, ditandai dengan pendirian candi Borobudur.
Perkembangan agama Buddha di Sumatera ditandai dengan berdiri kerajaan Sriwijaya Pada Abad VIII, IX. Dalam abad ini pula Sriwijaya
tumbuh dan berkembang menjadi pelabuhan penting di tepi perairan Selat Malaka, urat nadi lalu-lintas penting antara India dan Cina. Selama
beberapa abad, kerajaan ini memegang hegemoni lautan. Sriwijaya boleh dikatakan pusat perdagangan dan pusat agama Buddha di Asia Tenggara.
Agama Buddha di zaman Sriwijaya adalah agama Buddha aliran Mahayana dengan memahami bahasa Sansekerta.
Attisa, Bhikkhu yang sangat terkenal dari Tibet yang membangun kembali agama Buddha di negara tersebut pernah datang ke Sumatera dan
tinggal di sana dari tahun 1011 - 1023. Ia belajar di bawah bimbingan Dharmakirti, seorang Bhiksu terkemuka di zaman Sriwijaya. berdasarkan
catatan biografi Attisa yang di tulis di Tibet, Sumatera adalah pusat utama agama Buddha, sedang Bhiksu Dharmakirti adalah seorang cendekiawan
terbesar di zaman itu. Agama Buddha yang semula berkembang di Pulau Jawa dan
Sumatera adalah beraliran Theravada yang dikembangkan oleh Bhiksu Gunawarman. Lambat-laun aliran ini terdesak oleh aliran-aliran lain yang
masuk ke Indonesia setelah mereka mempunyai kedudukan yang kuat di
. Sehingga dapat dikatakan perang tersebut, merupakan perang antara Buddha Dharma melawan kejahatan kebodohan avidya
lxiv India. Hal ini terlihat dengan berdirinya candi Kalasan yang
dipersembahkan untuk Dewi Arya Tara personifikasi Prajnaparamita menurut aliran Tantrayana, salah satu sekte agama Buddha Mahayana
pada tahun 779 M. Dari catatan epigraphic diketahui bahwa salah satu dari raja Syailendra di Jawa mempunyai guru bernama Kumaraghosa dari negri
Ganda Bengal yang menganut faham Tantrayana. Hal tersebut mendorong berkembangnya agama Buddha Mahayana. Bersama dengan
berakhirnya masa kerajaan di nusantara, agama Buddha juga mengalami pasang surut dalam perkembangannya.
Perkembangan agama Buddha abad XX di Sumatera termasuk di Lahat ditandai dengan bhiksu yang datang di pulau Jawa. Tokohnya
adalah. Boan An Ti Chen, yang sekarang dikenal sebagai Maha Sthavira Ashin Jinarakkhita Maha Thera.
70
Bhikkhu Ashin Jinarakkhita-lah yang memimpin kebangkitan kembali agama Buddha ke seluruh lndonesia
yakni tahun 1956. Karena itu Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dinyatakan sebagai Pelopor Kebangkitan agama Buddha secara nasional di Indonesia.
Selanjutnya
,
aliran yang berkembang di Lahat adalah Mahayana. Demikian sejarah singkat masuknya agama Budha serta
perkembangannya di Lahat.
2. Kebudayaan
70
Ashin adalah gelar untuk menunjukkan orang yang memakainya sebagai bhikkhu yang patut dihormati. Sedangkan Jinarakkhita adalah orang yang pantas dilindungi dan diberkahi
Buddha.
lxv Kondisi budaya diwarnai corak heterogenitas dan masyarakat yang
terdiri dari berbagai suku bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya masing-masing serta dapat menghargai budaya suku bangsa lain,
sehingga kehidupan masyarakat di Kecamatan Lahat cukup harmonis. Dalam ukuran kesukuan, masyarakat Lahat sangatlah plural, karena
penduduk Lahat merupakan pendatang dari berbagai daerah, selain suku asli tentunya dengan penduduk asli setempat Jeme.
Bagi masyarakat Kecamatan Lahat, Pluralisme budaya juga diwarnai dengan etnis beragam yang terlihat dari total ETNIS WNI
sebanyak 94.019, WNA hanya tercatat di Kecamatan Lahat yaitu 1.066.
71
Dapat terlihat dari pergaulan hidup kemasyarakatan sehari-hari yang senantiasa mengutamakan kepentingan bersama, seperti masih
terpeliharanya budaya gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, yang mendukung terciptanya suasana kondusif dan tetap terpeliharanya
keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat. 3.
Perekonomian Perekonomian di Lahat bersumber dari pemanfaatan alam baik
migas maupun non migas seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara. Di samping itu, ada pula yang memanfaatkan keberadaan Danau Laut Tawar
dan perairan umum serta kolam-kolam sungai dan sawah untuk
mengembangkan perikanan air tawar, peternakan dan kehutanan. Komoditi
Kabupaten Lahat datang dari sektor perkebunan, perikanan, industri. Di
71
Kabupaten Lahat, Profil Desa dan Kelurahan Kabupaten Lahat Tahun 2006, h. 25
lxvi sektor perkebunan, kopi, kakao, tebu, kelapa sawit, karet, dan teh ,
merupakan komoditi unggulan. Di sektor perikanan, perikanan tangkap merupakan komoditi unggulan Kabupaten Lahat. Perikanan tangkap
termasuk budidaya ikan air tawar, keramba air tawar dan air laut, tambak udang. Produksi perikanan tangkap mencapai 72.905 ton pada tahun 2006.
Di sektor industri, industri CPO, industri minyak goreng, industri crumb rubber, industri pengolahan kopi,industri pengalengan ikan, industri ikan
beku, industri pengalengan nenas, dan industri teh hijau merupakan unggulan di Kabupaten Lahat.
72
PDRB adalah nilai produksi yang dihasilkan suatu daerah, merupakan indikator yang secara umum digunakan untuk mengukur
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Berdasarkan data statistik, perkembangan ekonomi Kecamatan Lahat berfluktuasi, dan sejak
terjadinya krisis ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi Kecamatan Lahat dengan MIGAS 7,98 dan tanpa MIGAS 6.10 pada 2005 dengan tingkat
inflasi 14.82.
73
Apabila dilihat menurut sektoral, struktur potensi ekonomi Kecamatan Lahat adalah dari sektor perkebunan yaitu, Perkebunan:Kelapa
Sawit menjadi tanaman utama masyarakat Lahat selain dari Perkebunan:Kakao, Perkebunan:Karet, Perkebunan:Kopi, Industri:Industri
Pengolahan Kopi, dan sebagainya. Sektor pertanian holtikultura yaitu, kentang, jeruk keprok gayo, durian, nenas, bunga-bungaan, kol, tomat
72
Kabupaten Lahat, Profil Desa dan Kelurahan Kabupaten Lahat Tahun 2006, h. 17
73
Kabupaten Lahat, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat 2005, h. 21
lxvii cabe. Sektor kehutanan yaitu, pinus merkusi, hutan campuran, rotan,
perikanan ikan air tawar. Sektor peternakan, perindustrian perdagangan darat yaitu, kolam keramba, jaring apung dan keramba tancap
lautdanausungai. Sektor pariwisata yaitu, gunung danau-danau laut tawar, sungai.
Sektor informal memberikan kesempatan-kesempatan produktivitas yang lebih besar dalam jangka pendek bagi penduduk di
kota, sektor ini tentu saja telah memberikan penghidupan bagi golongan mayoritas yang jumlahnya besar, dan walaupun penghasilan mereka jauh
lebih sedikit dibanding mereka dari sektor formal, sifat yang fleksibel dari sektor informal dan gampang masuk, merupakan keuntungan penting.
Sektor Informal ini mempunyai keuntungan yang besar, karena cepat menanggapi kesempatan, kemampuan yang tinggi dalam mencari sumber-
sumber dan keahlian usaha. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenal
dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya di bidang ekonomi yang dihasilkan dari berbagai sektor ekonomi, yang
secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi.
Perekonomian di Kecamatan Lahat dapat dikatakan mayoritas bersumber dari pemanfaatan alam yang subur. Batubara dikenal sebagai
salah satu sumber energi fosil yang tersedia cukup banyak di kecamatan
Lahat Sebagai Potensi Sumber Daya Alam, yaitu Batu Bara Blok
lxviii
Selatan, Air Serelo, Tanjung Baru, dan Muara Cawang. Sementara dari Potensi Minyak Bumi terletak di Senabing dan Ramok. Dan Bahan Galian
Gol C yaitu Batu Gamping. Sektor kehutanan ditunjang oleh Tanah Hutan Lindung, baik
Produksi maupun Konveksi. Sektor Pertanian terdiri dari Padi, Jagung, dan Lain-lain. Sektor Perkebunan terdiri dari Kelapa Sawit, Kopi, Karet, Lain-
lain. Sektor Peternakan terdiri dari Sapi, Kambing, Kerbau, Lain-lain. Sementara Sektor Perikanan yaitu, Keramba. Potensi
Wisata Di kecamatan Lahat banyak objek wista yang menarik terutama objek wisata
alam, antara lain yaitu : Taman Wisata sungai Lematang, Taman Rekreasi Ribang Kemambang, dan Gua Seraman yang berlokasi di Kecamatan
Lahat.
74
Mata Pencarian masyarakat di kecamatan Lahat terdiri dari profesi Petani sebanyak 8.054 Buruh sebanyak 6.528 PNS sebanyak 1.897
pengrajin sebanyak 1.364 Dagang sebanyak 3.365, dan profesi Lain-lain sebanyak 114.
75
Berdasarkan hal tersebut, capaian kinerja Perekonomian Dalam pelaksanaannya secara keseluruhan berkembang sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan serta memperlihatkan kemajuan.
4. Pendidikan
74
Kabupaten Lahat, Profil Desa dan Kelurahan Kabupaten Lahat Tahun 2006, h. 18
75
Kabupaten Lahat, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat 2005, h. 23
lxix Manusia merupakan sumber utama dalam berorganisasi karena ia
merupakan subyek sekaligus objek yang sangat menentukan. Sumber daya manusia harus mendapat prioritas utama dan dalam pengembangannya
diarahkan untuk mewujudkan mutu manusia yang tangguh persyaratan profesional serta memiliki jiwa yang tangguh.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan maju mundurnya Sumber daya manusia suatu bangsa atau masyarakat. Untuk itu
dalam menunjang perkembangan perluasan pendidikan di Lahat terdapat Sekolah Dasar Negeri 31 buah merata di setiap Desa. MadrasahIbtidaiyah
7 Sementara SLTP Negeri terdapat 8 buah, MadrasahTsanawiyah 3 sedangkan SMU 11 buah.
Berdasarkan data yang ada sampai pada akhir tahun 2006, untuk SD terdapat 89.714 orang, SMP sebanyak 41.874 orang, SMA sebanyak
35.551 orang dan sebanyak 4090,5 orang telah bergelar sarjana. Dapat dikemukakan bahwa berdasarkan data pendidikan di
Kecamatan Lahat diketahui penduduk dengan Pendidikan SD 10.799 orang SMP 7.221 orang SLTA 9.334 orang Sarjana 2.455,5 orang.
76
Dengan demikian, Dalam konteks Kecamatan lahat, Kegiatan
pengembangan diri dan pemberdayaan setiap sumber daya manusia telah berkembang baik dan dinamis yang diperlukan untuk meningkatkan
kapabilitas SDM dalam menganggapi setiap perkembangan zaman.
76
Kabupaten Lahat, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat 2005, h. 26
lxx
BAB IV PENGAJARAN DHARMA DAN SIKAP KEBERAGAMAAN