Relevansi Ajaran Dharma di Lahat

lxxvi tafsir agama seringkali kemudian menjadikan pemahaman umat yang sebenarnya tidak pernah bersentuhan dengan realitas yang sesungguhnya.

B. Relevansi Ajaran Dharma di Lahat

Indonesia merupakan negara Pancasila dan bukan negara agama maupun negara sekuler. Rumusan pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945, menyatakan bahwa negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Artinya, negara tidak hanya melindungi dan memberikan kebebasan, tetapi juga memberikan bantuan dan dorongan kepada pemeluk agama untuk memajukan agamanya masing-masing. Atas dasar pertimbangan di atas, memposisikan umat beragama dalam Negara Republik Indonesia termasuk status dan fungsi Penyelenggara Negara adalah berpedoman dengan sumber hukum toleransi kerukunan hidup masyarakat yaitu : Pancasila, UUD 45, dan Tap MPR No. IVMPR1999 bidang agama, yang menyatakan : Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama saling menghormati dalam semangat kemajemukan berusaha untuk meningkatkan kemudahan dalam menjalankan ibadah agama, konsep ini merupakan suatu pengakuan dan jaminan atas kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan menjalankan ibadah serta mengandung makna sifat untuk saling hormat menghormati antar sesama umat beragama dalam masyarakat yang diarahkan dalam kehidupan yang benar, adil, baik dan penuh persaudaraan. lxxvii Kehidupan beragama di Lahat tercermin pada eksistensi tata organisasi dan tradisi pelembagaan agama-agama yang merupakan potensi bagi pembinaan mental dan spritual, sekaligus menjadi jembatan untuk memasyarakatkan pembangunan dalam bahasa agama yang dipahami oleh masyarakat. Umat Buddha Lahat berdasarkan Pancalisa juga berkepentingan untuk turut mewujudkan kehidupan beragama dengan sebaik-baiknya. Untuk itu umat Buddha selalu berpedoman kepada Dharma dan tidak meninggalkan budaya kehidupan beragama yang penuh toleransi. 77 Umat Buddha wajib bertoleransi dan memperkokoh sikap keberagamaan, yang memiliki makna kesepakatan menerima fakta perbedaan namun tetap dalam persatuan. Dan secara teologis, Dharma memungkinkan kehidupan beragama menjadi semakin tumbuh subur, dan harmonis berlandaskan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Kerukunan sangat mutlak diperlukan di Lahat yang kondisinya sangat majemukpluralistis dengan beraneka ragam agama yang ada. Bila dihayati, keadaan Lahat yang beraneka ragam agama mewujudkan suatu keindahan. Berbhineka dalam keesaan berbeda dalam kesatuan. Hal mana berpedoman kepada nasehat Buddha Gotama dalam Digha Nikaya pada Parinibbana Sutta tentang menyelesaikan pertengtangan melalui musyawarah “Selama kaum Vajji bermusyawarah dan mengakhiri musyawarah mereka secara damai, serta menyelesaikan urusan-urusan mereka dalam suasana rukun, Ananda, maka dapatlah diharapkan perkembangan mereka bukan keruntuhan mereka”. 77 A’Sun, Tokoh Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 lxxviii Menarik untuk dikaji adalah ekspresi keagamaan di Lahat. Penelitian menemukan pelbagai bentuk ekspresi keberagamaan dalam masyarakat Buddha Lahat. Identitas keberagamaan masyarakat Buddha di Lahat sangatlah plural. Uniknya keragaman tersebut masih eksis hingga sekarang. Ekspresi keberagamaan ditentukan oleh banyak faktor, baik itu politik, sosial, paham keagamaan, 78 maupun kebudayaan. Potret masyarakat Buddha Lahat yang plural memberikan warna tersendiri dalam ranah sosial politik, terutama dalam rangka membangun semangat kebangsaan. Secara lebih khusus, corak keberagamaan umat Buddha di Lahat pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam 4 empat tataran: 1. Umat yang percaya kepada kebenaran ajaran hanya sampai tataran keyakinan. Namun mereka tidak melakukan apa-apa sebagai aktualisasi dari kepercayaan tersebut. 2. Umat yang melaksanakan ajaran sampai tataran ritual. Yaitu yang melaksanakan ajaran tetapi perilakunya tidak mencerminkan perilaku orang yang benar-benar beriman. 3. Umat yang keberagamaannya sampai tataran mencari pengalaman. Ilmu pengetahuan tentang agama mungkin tidak memadai, tetapi kerinduan terhadap jalan Dharma membawa mereka kepada kehidupan yang lebih terfokus pada upaya untuk memperoleh pengalaman spiritual dalam rangka meraih Nibbana kebahagiaan sejati. Pola keberagamaan yang demikian umum terdapat di kalangan para bikkhu. Lantaran perhatian 78 Mayoritas Umat Buddha Lahat menganut aliran Mahayana lxxix yang lebih terfokus pada upaya meraih pengalaman spiritual tidak jarang mereka cenderung mengabaikan kehidupan duniawi. 4. Umat yang menjadikan ajaran Dharma sebagai acuan dalam segala aspek kehidupan. Keberagamaannya telah sampai pada tataran konsekuensi, sehingga senantiasa berusaha mengimplementasikan ajaran Dharma dalam setiap aktivitas kehidupan. Apabila mendasarkan penilaian sikap keberagamaan dari tiga dimensi yang meliputi Pariyatti-Dhamma belajar Dhamma-vinaya, Patipatti-Dhamma melaksanakan Dhamma-vinaya, dan Pativedha-Dhamma melaksanakan vipassana-bhavana sehinga mencapai Nibbâna, maka dapat dinyatakan kondisi umat Buddha telah menggambarkan suatu proses mempunyai keyakinan keagamaan, pengamalan ajaran-ajaran agama, pengalaman keagamaan dan pengetahuan agama. Meski demikian, tingkat kemampuan praktek diri tiap-tiap individu adalah sesuai dengan tingkat kebijaksanaan dan kedudukan sosial mereka masing-masing. Dalam prespektif ini, kategori terbesar adalah kelompok umat Buddha awam, yang menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari masih perlu bimbingan dan latihan. Kelompok ini dalam mendeskripsikan Dharma bukan merupakan hal sulit untuk dilakukan. Melalui pertanyaan mengenai pengetahuan ajaran Dharma secara luas, dan mengenai pengajaran Dharma secara khusus, umat dapat menggambarkan cara pandang mereka terhadap ilmu yang selama ini mereka pelajari. Berikut adalah penuturan mereka. lxxx … Dharma itu apa ya, ya ajaran agama. Terus, ada dalam kitab suci tapi nantinya harus diikuti sebenarnya. Yang terakhir, Dharma itu abadi sekaligus ada sepanjang zaman terlihat agak bingung. 79 Dharma itu kan ajaran sang Budha, juga melihat di sekitar kita juga kan. ... nggak hanya melihat kitab suci juga kan. Alam ini juga misalnya ... ya itu bisa disebut Dharma. 80 Dharma itu yang saya tahu sih.. jalan hidup dari sang Budha, ya ajaran gitu... ya kan. Pokoknya... Itu tidak bisa berubah atau diubah gitu, gimana-gimana. ... Jadi ya tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Memang Dharma bisa artinya banyak...tapi intinya sih...sama. 81 Secara umum, mereka memahami Dharma sebagai suatu ajaran yang luas, tidak dapat dimasukkan pada ritual saja melainkan juga aplikatif dan jalan hidup. Dharma itu, ya, semuanya. Dari yang ibadah, sampe cara hidup juga ada gitu. Jadi kompleks sebenarnya. 82 Umat memang mengalami kesulitan menjalankan secara tegas Dharma dengan jangkauannya yang begitu luas, Dharma dipahami sebagai ajaran kehidupan yang kompleks, dan rumit. Mereka menilai pengajaran Dharma dapat membuat banyak perubahan nyata dalam kehidupan. ... ajaran-ajaran itu dikembangkan untuk bisa mempermudah manusia … sebenarnya Dharma itu ada untuk membantu, mempermudah kehidupan manusia. 83 79 Erviansyah, Umat Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 80 Sarpan, Umat Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 81 Iswandi, Umat Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 82 Sarpan, Umat Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 83 Erviansyah, Umat Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 lxxxi Efeknya ke kita gitu. Efek dari Dharma ternyata kita bisa ya itu kita bisa mahami Dharma itu untuk melakukan hidup apa yang kita mau. Misalnya dari buruk ini maka jadilah baik. Membuat hidup manusia benar. 84 Jalaninya itu yang kadang-kadang susah kita, nggak nyampe karena Dharma kan sesuatu yang luas gitu. Itu yang susah. 85 Termasuk dalam kelompok kedua adalah upasaka dan upasaki, yakni bhikkhu yang hidup di masyarakat umat. Kelompok ini relatif lebih tinggi dalam hal pengetahuannya tentang Dharma dan pengajarannya dibandingkan kelompok pertama, begitu juga aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi mereka ini, Dharma adalah ajaran aplikasi yang hasilnya ditujukan bagi kepentingan makhluk hidup. … Dharma itu pada dasarnya … mengaplikasikan untuk yang hidup. Tapi sebenarnya ya memang sesuatu inti dari Sari dari ajaran sang Buddha Gotama …. Itu Dharma, tapi kadang tidak hanya itu karena Dharma juga meliputi alam juga …. 86 Dharma adalah sebagai ajaran yang agung sehingga kekuatan lahir dan batin merupakan hal yang penting untuk dimiliki. Tapi.... hal itu tidak mengurangi ketertarikan dan kekaguman saya untuk mempelajari dan menjalankan Dharma. 87 Sementara kelompok ketiga yang berada dalam kondisi melepaskan diri dari penderitaan dan mencapai Nibbâna Pativedha-Dhamma. Mereka adalah Arya-sangha, yaitu persaudaraan bhikkhu suci yang telah mencapai kesucian. Penelitian yang dilakukan tidak menemukan individu yang termasuk 84 Iswandi, Umat Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 85 Sarpan, Umat Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 86 A’Sun, Tokoh Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 87 Virya Chandra, Pendeta Buddha Seksi Dukka, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 lxxxii dalam kelompok dimaksud di Lahat. Hal mana berdasarkan penelusuran lebih lanjut hanya ditemui di kota Palembang Sangha. Pencapaian kerukunan umat beragama adalah imperatif dan menjadi tugas bagi setiap pemeluk dan penganut agama. Dengan majemuknya kehidupan beragama di Lahat, implementasi ajaran Dharma tampaknya menjadi suatu keniscayaan. Dharma baca; pengajaran Dharma pada akhirnya memberikan dampak yang sangat besar bagi pencerahan masyarakat. Sejarah perkembangan agama Buddha di Lahat memberikan gambaran toleransi yang mendalam, bahwa agama Buddha hidup berdampingan dengan umat lain. Dengan demikian, Dharma tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Dharma harus benar-benar direvitalisasi untuk melapangkan jalan bagi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial. Di sini menegakkan Dharma pada hakikatnya menegakkan tujuan utama Buddha, yaitu keadilan sosial, perdamaian, dan demokrasi toleransi. Di samping mengalami berbagai kemajuan, upaya aktualisasi ajaran Dharma mewujudkan kehidupan yang aman dan damai di Lahat masih mengalami hambatan dan tantangan yang antara lain dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, politik, budaya, dan pengaruh kehidupan keagamaan masyarakat. Demikian dikatakan oleh A’Sun. 88 Selain itu, menurutnya masyarakat juga mudah terjebak terhadap kepentingan-kepentingan sempit sesaat sehingga membuat fenomena 88 A’Sun, Tokoh Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 lxxxiii kehidupan sosial umat terkadang diwarnai berbagai kasus kurang pengertian dan penghargaan. Hal yang sangat penting dalam beragama adalah menumbuhkan penghargaan, saling pengertian dan bahkan memahami ajaran agama dengan baik, seorang umat akan kurang kualitas beragamanya bila tidak memahami hakekat dari ajaran dharma, demikian pula sebaliknya. Dalam konteks kekinian di Lahat, usaha untuk menumbuhkan saling pengertian dan penghargaan hendaknya setiap umat beragama memahami agamanya dengan baik juga benar. Sejalan perspektif ini, A’Sun, menyatakan bahwa kontektualisasi dharma yang harus digalakkan adalah dengan tujuan peningkatan sumber daya insani, baik secara ilmu maupun karakter. 89 Sikap keberagamaan tidak akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak dan perasaan orang lain. Meski demikian, tidak harus berarti bahwa sikap keberagamaan didasarkan atas sikap sinkretisme yang dibuat-buat, sebab hal itu hanya akan menimbulkan kekacauan dan merusak nilai agama itu sendiri. Sikap keberagamaan hanya bisa tercapai jika masing-masing mengedepankan sikap pengertian dan penghargaan satu dengan lainnya. Secara umum, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dapat dideskripsikan bahwa umat meniscayakan suatu keterarahan transendental kepada Sang Adi Buddha. Menjadi keniscayaan, karena tanpa keterarahan 89 A’Sun, Tokoh Buddha Lahat, Wawancara Pribadi, Lahat : Tanggal 25 Oktober 2007 lxxxiv transendental kepada Sang Adi Buddha, manusia akan mengalami pragmentasi eksistensi atau keterpecahan kediriannya. Dalam konteks inilah, Dharma menjadi signifikan sebagai kekuatan batin atau spirit inner dynamic dalam mentransformasikan pembangunan dunia sosial-kultural yang rawan ke arah yang lebih etis dan humanis manusiawi. Dharma diyakini akan dapat meminimalkan kebingungan, penderitaan, konflik serta ketegangan- ketegangan etis dan sosial yang mengarah kepada chaos. Dhamma tetap merupakan kebutuhan ideal umat Buddha. Peranan Dharma sangat menentukan dalam setiap bidang kehidupan. Sebab umat tanpa Dharma tidak akan dapat hidup secara sempurna. Legitimasi religius atau Dharma akan sangat efektif dalam proses transformasi sosial-kultural, karena Dharma menghubungkan konstruksi-konstruksi realitas rawan dari masyarakat empiris dengan realitas purna transenden.

C. Problema dan Kritik dalam Pengajaran Dharma di Lahat